Ekspansi Pabrik Pakan ke Luar Jawa Butuh Kepastian Pasar
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah mengimbau pelaku industri peternakan untuk membangun sentra di sekitar pusat-pusat produksi jagung sehingga dapat menekan biaya logistik. Namun, ekspansi pabrik pakan ke sentra produksi jagung di luar Pulau Jawa membutuhkan kepastian penyerapan pasar.
Kementerian Pertanian mencatat, realisasi produksi jagung nasional hingga Agustus 2018 mencapai 22,23 juta ton. Sementara, kebutuhan jagung untuk pakan ternak berkisar 600.000-800.000 ton per bulan atau 7,2 juta-9,6 juta ton setahun.
”Sebagian besar jagung yang berlimpah itu berada di Pulau Jawa. Sudah saatnya sentra peternakan juga bergerak mendekati pusat produksi jagung di luar Pulau Jawa,” kata Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Sumardjo Gatot Irianto dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (1/10/2018).
Artinya, sentra yang diharapkan itu terdiri dari pusat produksi jagung, pabrik pakan ternak, dan peternakan. Menurut Gatot, integrasi menunjang ketersediaan pasokan (availability), keterjangkauan (accessability), dan tingkat kemampuan pembelian (affordability).
Jika industri peternakan hanya terpusat di Pulau Jawa, kontribusi biaya logistik terhadap struktur harga jagung bertambah 5 persen. Oleh karena itu, perlu perbaikan infrastruktur untuk menunjang logistik untuk mengatasi problem tersebut.
Menurut penasihat Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT), Sudirman, mengatakan, ekspansi industri ke pusat-pusat produksi jagung di luar Pulau Jawa sudah dicoba. ”Butuh setidaknya 2-3 juta penduduk konsumen peternakan di daerah ekspansi untuk memenuhi skala ekonomi pembangunan pabrik pakan ternak,” ujarnya.
Hingga saat ini, dari 91 pabrik pakan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, 25 pabrik berada di luar Pulau Jawa. Menurut Sudirman, ada 2 pabrik yang mulai dibangun di Kalimantan Selatan tahun depan. Dalam kurun 5 tahun ke depan, ada 3-4 pabrik pakan baru yang akan dibangun di Sulawesi.
Investasi yang dibutuhkan untuk membangun pabrik pakan berkisar Rp 150 miliar per unit. Kapasitas pabrik tersebut sekitar 8.000 ton.
Orientasi utama pabrik-pabrik pakan baru itu ialah untuk memenuhi kebutuhan lokal. ”Apabila harus mengirim pakan ke Pulau Jawa, daerah pabrik pakan itu mesti difasilitasi infrastruktur pendukung, seperti pelabuhan yang memadai,” ujar Sudirman.
Menurut Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia Singgih Januratmoko, permintaan daging ayam di daerah sasaran ekspansi paling tidak 3.000-4.000 ton per bulan. Adanya kepastian serapan akan memberi kepastian stabilitas harga.
Produksi
Saat ini, 60 persen peternakan terpusat di Pulau Jawa karena Jawa menjadi pasar yang permintaannya tinggi. Pada tahun 2019, menurut Singgih, ada sentra-sentra baru di Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, dan Nusa Tenggara Barat.
Dalam kesempatan yang sama, Gatot memperkirakan panen raya jagung akan terjadi di Jawa Timur pada Oktober 2018. Produksinya diproyeksikan mencapai 647.000 ton.
Panen raya itu tersebar di 35 titik di Jawa Timur, termasuk Kediri, Nganjuk, dan Jombang. Secara nasional, produksi jagung pada Oktober 2016 diproyeksikan sebanyak 2,16 juta ton dengan luas panen sekitar 0,36 hektar.