Jumlah Penumpang Kereta Bandara Baru 25 Persen dari Kapasitas
Oleh
ADHI KUSUMAPUTRA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Kereta Bandara Soekarno-Hatta hanya melayani seperempat dari total jumlah penumpang yang dapat diangkutnya setiap hari. Angka ini tidak berubah sejak Juni 2018. PT Railink sebagai pengelola sarana KA Bandara didorong untuk mengevaluasi tipe penumpang serta mengintegrasikan Kereta Bandara dengan moda transportasi lainnya.
Dalam sehari, terdapat 35 perjalanan Kereta Bandara dari Stasiun BNI City, Jakarta Pusat, menuju Stasiun Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang. Berangkat setiap 30 menit sekali, KA Bandara relasi BNI City-Bandara Soetta beroperasi mulai pukul 04.51 WIB hingga 21.51 WIB. Dari arah sebaliknya, Kereta Bandara juga melayani 35 perjalanan, sehingga jumlah perjalanan dalam sehari adalah 70.
Pantauan Kompas, Selasa (2/10/2018), kereta keberangkatan pukul 16.51 WIB dinaiki sekitar 40 penumpang. Setengah jam sebelumnya, jumlah penumpang hanya berkisar 20-30 orang. Meski meningkat, jumlah tersebut masih jauh dari total 272 penumpang yang dapat diangkut KA Bandara dalam satu perjalanan yang bertarif Rp 70.000.
Staf Hubungan Masyarakat PT Railink Diah Suryandari mengatakan, dari 19.040 penumpang yang dapat diangkut setiap hari, kursi yang terisi baru mencapai 4.750 atau 25 persen. “Memang masih sama (dengan Juni 2018). Tapi, Kereta Bandara Kualanamu, Medan, yang sudah beroperasi sejak 2013 pun keterisiannya masih sekitar 40—45 persen,” kata Diah.
Ia berharap, peningkatan jumlah penumpang Kereta Bandara Soetta yang mulai beroperasi sejak 2 Januari 2018 lebih cepat. Sebab, Bandara Soetta melayani 60 juta—65 juta penumpang pesawat dalam setahun. Angka ini jauh lebih besar daripada jumlah penumpang di Bandara Kualanamu, yakni 8,5 juta orang.
Sejak Juni 2018, rute Kereta Bandara diperpanjang hingga Stasiun Bekasi. Hanya ada delapan perjalanan dari Stasiun Bandara Soetta-Stasiun Bekasi dan sebaliknya. Diah mengatakan, jumlah penumpang dari dan menuju Bekasi kini berkisar 80—100 orang per hari, masih sama dengan saat masa uji coba (Kompas.id, 20 Juni 2018).
Kereta Bandara, kata Diah, hanyalah satu alternatif transportasi dari daerah Sudirman, Jakarta, menuju Bandara Soetta. Di samping kalangan pebisnis, segmen masyarakat yang dibidik sebagai pasar utama adalah pengguna kendaraan pribadi.
“Kami ingin mengedukasi masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum. Makanya, kami menawarkan kenyamanan, kecepatan, dan ketepatan waktu. Bisa lihat sendiri bagaimana fasilitas stasiun dan kereta kami. Kereta Bandara juga sangat on time, kalau terlambat paling lama cuma semenit,” kata Diah.
Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sudaryatmo mengatakan, PT Railink perlu mempertegas segmen masyarakat yang dibidiknya sebagai penumpang. Ini dapat dilakukan dengan mengenal tipe-tipe penumpang.
“Tipe konsumen itu macam-macam, ada yang sensitif terhadap waktu, harga, dan kenyamanan. Kelebihan Kereta Bandara adalah kenyamanan dan kecepatannya, tapi, perpindahan point-to-point nya tidak praktis. Sampai di stasiun Kereta Bandara, penumpang masih harus naik kereta layang ke terminal. Itu menyulitkan orang yang sensitif waktu dengan banyak bawaan,” papar Sudaryatmo.
Karena itu, meskipun cepat, ia merekomendasikan PT Railink untuk berfokus pada penumpang yang memiliki banyak waktu, yaitu wisatawan. Sudaryatmo menambahkan, membidik kalangan pebisnis yang tidak sensitif harga sudah tepat. Namun, Kereta Bandara yang tidak langsung membawa penumpang ke depan pintu terminal keberangkatan memungkinkan kalangan pebisnis memilih kendaraan lainnya, atau bahkan terbang dari Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
Salah satu penumpang, Supriyanto (49) menilai Kereta Bandara cepat dan bebas macet, namun harganya lebih mahal daripada Bus Damri, yaitu Rp 40.000. Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, yang menjadi titik keberangkatan Bus Damri menuju Bandara Soetta juga lebih dekat dari rumahnya di daerah Senen. “Kalau waktu saya cukup longgar, saya naik Bus Damri di Gambir. Tapi kalau mepet, ya, naik KA Bandara,” kata dia.
Pemasukan
Di tengah rendahnya jumlah penumpang, Diah tidak dapat menyampaikan jumlah pemasukan PT Railink setelah sembilan bulan beroperasi. Sumber pemasukan dapat dibedakan menjadi penumpang dan non-penumpang.
“Untuk meningkatkan jumlah penumpang, kami coba mengembangkan integrasi antarmoda dengan Bus Perum PPD dan Taksi Bluebird. Induk perusahaan kami, PT KAI (Kereta Api Indonesia) dan PT Angkasa Pura II, juga berencana membangun jalan akses menuju kereta komuter di Stasiun Sudirman,” kata Diah.
Sudaryatmo mengatakan, Stasiun BNI City belum menjadi titik pertemuan berbagai moda transportasi. Ini menjadi disinsentif bagi penumpang untuk naik Kereta Bandara.
Sementara itu, pemasukan non-penumpang berasal dari kerja sama dengan perusahaan, pemasangan iklan, serta penyewaan gerai. Kini, terdapat 10 bank yang bekerjasama dengan PT Railink, antara lain Bank Mandiri, BRI, BNI, BCA, Danamon, dan Permata.
Sedangkan, terdapat delapan gerai yang disewa di Stasiun BNI City, mayoritas oleh restoran cepat saji seperti KFC dan Roti’O. Gerai-gerai di stasiun Kereta Bandara Soetta juga telah disewa, di antaranya, oleh Bakmi GM dan Alfamart. (KRISTIAN OKA PRASETYADI)