logo Kompas.id
UtamaMelawan Siklus
Iklan

Melawan Siklus

Oleh
A Prasetyantoko, Pengajar Unika Atma Jaya, Jakarta
· 5 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/oIinEJOGZeGEBSrrq8kdxlJupFk=/1024x1296/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F10%2Fkompas_tark_28173143_51_0.jpeg
Kompas

PrasetyantokoPengajar Unika Atma Jaya JakartaKompas/Heru Sri Kumoro (KUM)29-02-2016

Joseph Schumpeter, pelopor teori siklus asal Austria, pernah berujar, saat paling baik melakukan inovasi justru pada saat krisis. Krisis adalah bagian tak terelakkan dalam tatanan ekonomi bebas (kapitalis). Itulah mengapa dalam sistem perekonomian modern, dinamika naik-turunnya perekonomian (boom-bust cycle) menjadi sesuatu yang lazim, bahkan belakangan ini semakin intensif serta cenderung tak terkendali (crisis cycle). Oleh karena itu, pemerintah harus bertugas mengawal siklus melalui kebijakan yang bersifat counter-cycle.

Sejalan dengan argumen di atas, biasanya kebijakan bagus muncul pada saat situasi buruk (krisis). Minggu lalu, Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 5,75 persen. Selain kenaikan suku bunga, BI juga melakukan inovasi kebijakan dengan mengeluarkan instrumen perdagangan mata uang berjangka pada valuta asing (valas) di pasar domestik (domestic non-deliverable forward/DNDF). Tujuannya, agar pelaku usaha bisa melakukan lindung nilai di pasar domestik dalam transaksi dengan valuta asing. Instrumen ini lazim digunakan negara berkembang yang mengalami fluktuasi nilai tukar.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000