Perusahaan Pembiayaan Belum Terdampak Kenaikan Suku Bunga
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Sejumlah perusahaan pembiayaan masih belum merasakan dampak negatif dari kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia selama 2018. Perusahaan pembiayaan sejauh ini belum mengalami keketatan likuiditas dan peningkatan kredit bermasalah.
Direktur Utama PT Adira Dinamika Multi Finance (Adira Finance) Hafid Hadeli, saat dihubungi di Jakarta, Selasa (2/10/2018), mengatakan, belum menemukan kendala untuk menerima modal dari bank yang menjadi mitra perusahaan.
Adira Finance adalah perusahaan pembiayaan untuk produk kendaraan bermotor, elektronik, dan perabotan. Sebanyak 92,07 persen saham perusahaan tersebut dimiliki oleh Bank Danamon.
“Tantangan kenaikan bunga BI memang dapat meningkatkan kenaikan bunga kredit dari bank sehingga perusahaan pembiayaan juga harus menaikkan tingkat bunga ke konsumen,” tuturnya.
Kendati belum menghadapi pengetatan likuiditas dari bank, perusahaan pembiayaan mulai melakukan efisiensi untuk menekan kebutuhan dana yang tidak diperlukan. Adira Finance melakukannya dengan mengotomasi persetujuan kredit kepada konsumen secara digital (paperless).
Perusahaan pembiayaan mulai melakukan efisiensi untuk menekan kebutuhan dana yang tidak diperlukan
Direktur Keuangan PT Wahana Ottomitra Multiartha atau WOM Finance Zacharia Susantadiredja menyampaikan hal yang senada, yaitu belum ada pengetatan likuiditas dari bank. “Kami masih memiliki dukungan pendanaan dari bank pemegang saham mayoritas, yaitu Bank Maybank Indonesia (68,56 persen),” katanya.
Namun, ucap Zacharia, tetap ada kemungkinan perusahaan pembiayaan akan ikut menaikkan tingkat suku bunga kredit jika upaya efisiensi dan peningkatan produktivitas yang dilakukan tidak lagi efektif. WOM Finance adalah perusahaan pembiayaan untuk kendaraan bermotor.
Adapun Bank Indonesia (BI) hingga September 2018 telah menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 150 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen. Suku bunga deposit facility naik menjadi 5 persen dan lending facility sebesar 6,5 persen.
Kenaikan dilakukan untuk menstabilkan pelemahan nilai tukar rupiah. Berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), nilai tukar rupiah pada 2 Oktober 2018 adalah Rp 14,988 per dollar AS.
Secara terpisah, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah Redjalam menyampaikan, dampak kenaikan suku bunga belum dirasakan karena jumlah kenaikan tergolong kecil sehingga permintaan kredit belum terganggu.
“Sekarang suku bunga baru 5,75 persen. Jumlah itu belum setinggi sebelumnya yang dapat mencapai 7 persen,” kata Piter.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah suku bunga yang ditetapkan perusahaan pembiayaan saat ini sudah cukup tinggi. Oleh karena itu, selisih keuntungan yang diperoleh perusahaan pembiayaan masih bisa memenuhi target.
Piter melanjutkan, kebanyakan perusahaan pembiayaan bekerja sama dengan bank besar yang masih dapat menjaga suku bunga kredit. Kondisi itu berbeda dengan yang dialami bank kecil dimana mereka harus mulai menaikkan suku bunga kredit untuk menyesuaikan dengan kebijakan BI.
Daya beli
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengatakan, likuditas tidak mengetat karena bank masih mempercayai perusahaan pembiayaan. Perusahaan pembiayaan yang bermasalah dengan keuangan dinyatakan hanya sedikit jumlahnya.
Mayoritas perusahaan pembiayaan bergerak di bidang otomotif dan perabot rumah tangga. “Sejauh ini, daya beli masyarakat untuk kendaraan bermotor masih baik,” kata Suwandi.
Sejauh ini, daya beli masyarakat untuk kendaraan bermotor masih baik
Piter menambahkan, daya beli masyarakat untuk kendaraan bermotor mulai membaik pada pertengahan 2018. Namun, hal yang harus diingat adalah perbaikan daya beli hanya terjadi di masyarakat kalangan menengah dan atas. Daya beli masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) masih belum membaik.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.