Perang dagang sudah menimbulkan ketegangan. Sanksi Washington setelah Beijing membeli senjata dari Rusia membuat hubungan keduanya memburuk. Insiden Laut China Selatan kembali memanaskan situasi.
BEIJING, SELASA China dan Amerika Serikat saling menyalahkan dan mengecam setelah terjadi insiden dua kapal perang milik kedua negara saling berdekatan di Laut China Selatan, Minggu (30/9/2018).
Angkatan Laut China dalam pernyataannya, Selasa (2/10), menuding kapal perusak AS, USS Decatur, sengaja berlayar terlalu dekat dengan pulau-pulau di Laut China Selatan yang diklaim milik Beijing. Manuver USS Decatur dinyatakan sebagai ancaman terhadap kedaulatan China. Beijing sangat menentang manuver itu.
Kementerian Pertahanan China menyebut USS Decatur sudah mendekati perairan di sekitar pulau-pulau milik China. Karena itu, Beijing menyatakan terpaksa mengirim Luyang, kapal perusak yang dilengkapi peluru kendali, untuk memperingatkan USS Decatur agar menjauh.
Sebaliknya, juru bicara armada Pasifik AS, Mayor Tim Gorman, balik menuding Luyang mendekati Decatur dengan manuver yang membahayakan dan tidak profesional. Luyang dinilai melakukan manuver-manuver agresif sembari memperingatkan Decatur untuk meninggalkan perairan itu.
Menurut dia, Luyang mendekati Decatur hingga hanya tersisa jarak 41 meter di antara keduanya. Luyang memaksa Decatur memutar untuk menghindari tabrakan. AS bersikeras sedang berlayar di perairan internasional dekat Karang Gaven di Laut China Selatan.
Seperti banyak negara lain, AS tidak mengakui klaim China atas Laut China Selatan. AS dan negara-negara lain juga menolak klaim kedaulatan China atas pulau-pulau hasil reklamasi di Laut China Selatan.
Sebaliknya, China bersikeras perairan di sekitar pulau reklamasi adalah perairan teritorial, bukan perairan internasional. China dilaporkan menempatkan sejumlah infrastruktur pertahanan di pulau-pulau buatan tersebut.
Batalkan dialog
Ketegangan China-AS tidak hanya berwujud saling kecam. AS telah membatalkan dialog keamanan kedua negara.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, mengatakan, sedianya dialog itu akan digelar pada Oktober ini. ”AS belakangan menyatakan keinginan untuk menunda dialog,” ujarnya seraya menambahkan China-AS akan terus menjaga komunikasi soal dialog itu.
Dialog menurut rencana diikuti menlu China dan AS dan merupakan pertemuan kedua. Menlu AS dan China dinyatakan secara prinsip telah setuju menggelar dialog putaran kedua. Pertemuan pertama berlangsung di Washington DC pada 2017.
Sejumlah pihak di Beijing menyebut militer China tidak senang sanksi AS atas negara itu. Sanksi dijatuhkan setelah China membeli 10 jet tempur Sukhoi SU-25 dan sistem pertahanan rudal S-400 dari Rusia. Militer China juga marah kepada transaksi persenjataan baru antara AS dan Taiwan.
Hubungan AS-China sudah memburuk gara-gara perang dagang. Belakangan, relasi semakin memburuk gara-gara sanksi AS ke China. Beijing menyatakan Washington tidak berhak mencampuri kerja sama militer Rusia-China.
Seorang pejabat AS, yang tidak bersedia diungkap namanya, membenarkan dialog itu dibatalkan. Akan tetapi, tidak diungkap penyebabnya.
Menteri Pertahanan AS Jim Mattis mengaku tidak melihat hubungan AS-China memburuk. Pernyataan itu diungkap sehari setelah ia membatalkan rencana muhibah ke Beijing. ”Ada ketegangan, tetapi kami tidak melihat hubungan memburuk,” ujarnya.