Kebakaran Meluas, Helikopter Pengebom Air Kembali Dioperasikan di Sumsel
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
INDRALAYA,KOMPAS—Dalam empat hari terakhir, titik panas di Sumatera Selatan terus meningkat. Melihat kondisi ini, BNPB akhirnya mengizinkan kembali operasi helikopter water bombing yang sempat dihentikan pengoperasiannya 30 September lalu.
Berdasarkan catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel, jumlah titik panas dalam empat hari terakhir selalu di atas 50 titik per hari. Titik panas terbanyak terjadi pada Selasa (2/10/2018) yang mencapai 77 titik, adapun pada Rabu, titik panas mencapai 71 titik. Titik panas tersebar di wilayah Kabupaten Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, Banyuasin, Musi Banyuasin, Muara Enim, Ogan Komering Ulu (OKU), OKU Selatan, dan Musi Rawas.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan BPBD Sumatera Selatan Anshori, Rabu (3/10/2018) mengatakan, kebakaran terjadi karena kondisi cuaca di wilayah Sumsel yang kering dan panas sehingga potensi kebakaran lahan sangat tinggi. Di sisi lain, tim pemadam darat terkendala memadamkan api karena sumber air mengering dan akses menuju titik api yang sangat sulit.
Hal ini diperparah dengan penghentian operasi helikopter water bombing per 30 September lalu karena dievaluasi. Hal ini membuat proses patroli dan pemadaman sangat sulit dilakukan.
Ketika helikopter patroli masih berjalan, ungkap Anshori, pihaknya dengan mudah memantau titik api dan langsung memadamkannya. “Saat ini proses pemantauan hanya mengandalkan satelit LAPAN dan pemantauan dari darat yang tentu sangat terbatas,” katanya.
Melihat hal itu, mulai Kamis (4/10/2018), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperbolehkan helikopter yang jam terbangnya belum mencapai 300 jam untuk melakukan operasi pengeboman air. Adapun helikopter yang telah terbang lebih dari 300 jam diistirahatkan. Khusus untuk Kalimantan Selatan, tidak ada penghentian operasi helikopter.
Mengacu pada keputusan tersebut, lanjut Anshori, di Sumsel dari 10 helikopter yang bersiaga, 6 helikopter diantaranya sudah bisa beroperasi. Anshori mengatakan, setelah adanya izin itu, patroli dan pemadaman akan dilakukan terutama di dua wilayah rawan kebakaran yakni Kabupaten Ogan Ilir dan Ogan Komering Ilir.
Kabut
Dampak dari menyebarnya titik panas tersebut sudah terasa di Palembang. Rabu pagi, kabut menyelimuti sejumlah tempat. Jarak pandang hanya 800 meter dan kecepatan angin mencapai 3,7 km per jam. Namun BMKG menerangkan itu bukan kabut asap.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Klas I Kenten Palembang Nandang Pangaribowo mengatakan kabut yang menyelimuti Palembang, Rabu pagi, adalah akumulasi dari kabut embun, debu, asap, dan bahan-bahan yang bercampur lainnya.
Nandang menjelaskan, ciri kabut asap akan terlihat dari tingkat Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) yang menunjukan angka 200-300 atau lebih. Saat itu kondisi udara sudah tergolong tidak sehat. Kabut juga akan berlangsung dari pagi hingga petang. Namun, pada Rabu pagi, tingkat ISPU menunjukan tren menurun.Berdasarkan alat pengukur ISPU, konsentrasi PM 10 menunjukan angka hampir 150 di pagi hari atau di golongan sedang. Namun di ke siang hari, tingkat ISPU menurun ke angka 70. Selain itu, kabut berangsur menghilang menjelang siang hari. Hal ini menunjukan kabut yang ada bukanlah kabut asap melainkan halimun yang merupakan campuran dari sejumlah zat yang ada di udara.
Walau demikian, lanjut Nandang, pihaknya berharap agar masyarakat tidak membakar lahan karena kondisi lahan di Sumsel sangat rentan terbakar. Prakiraan probabilistik curah hujan pada dasarian I Oktober menunjukan, sebagian besar wilayah Sumatera Selatan berpeluang mendapatkan curah hujan kurang dari 50 milimeter (mm). Adapun untuk dasarian II Oktober sebagian besar wilayah Sumsel berpeluang mendapatkan curah hujan kurang dari 100 mm.
Adapun untuk di wilayah Ogan Ilir dan Ogan Komering Ilir misalnya, curah hujan rata-rata berkisar 50-100 mm per dasarian. Bahkan, di sejumlah wilayah di OKI, ada yang curah hujan di bawah 50 mm per dasarian. Adapun untuk Hari Tanpa Hujan (HTH) sebagian besar wilayah di Sumsel masuk di kriteria HTH pendek atau tidak hujan selama 6-10 hari.
Pantauan Kompas, masih ada kebakaran di Ogan Ilir seperti di Sungai Rambutan, Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir. Terpantau tiga titik kebakaran di kawasan itu.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru mengatakan untuk meminimaliasi kebakaran pemerintah akan berkoordinasi dengan dinas terkait untuk mengubah lahan terlantar menjadi lahan yang bermanfaat dan bernilai ekonomi bagi masyarakat. “Saya akan buat perda untuk mengubah lahan rawa yang terlantar menjadi sawah,” katanya.