Penambahan anggota polisi dan TNI untuk menjamin distribusi bantuan berjalan lancar dan masyarakat merasa aman. Sebelumnya, banyak gerombolan yang tidak jelas asalnya mengambil barang milik korban bencana, membobol mesin ATM, dan mengambil barang-barang di toko.
PALU, KOMPAS Polisi menambah 2.000 personel untuk mengamankan Kota Palu serta Donggala dan sekitarnya setelah gempa yang mengguncang kawasan itu pada pekan lalu. Selain itu didatangkan pula tambahan sekitar 1.100 anggota TNI, Selasa (2/10/2018), untuk membantu pengamanan dan evakuasi korban.
Pengamanan ketat oleh personel TNI tampak di Pelabuhan Pantoloan dan sejumlah SPBU. Selain itu, perjalanan truk-truk pembawa bantuan juga dikawal anggota TNI dan Polri. Hal itu untuk mencegah kemungkinan adanya gangguan di perjalanan.
Polisi juga telah menetapkan 45 orang sebagai tersangka pencurian dan kini ditangani Polda Sulawesi Tengah. ”Tersangka paling banyak pelaku pencurian di pusat perbelanjaan, yakni 28 orang, sedangkan tersangka lainnya adalah percobaan pembobolan mesin anjungan tunai mandiri serta pencurian BBM,” kata Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto.
Pengamanan mandiri
Sebelumnya, warga yang menjadi korban bencana gempa dan tsunami resah oleh minimnya pengamanan aparat di lokasi bencana. Akibatnya, banyak pencuri yang menyasar barang-barang milik korban. Warga kemudian melakukan pengamanan mandiri.
Syamsudin (40), Ketua RT 001 Kelurahan Layana Indah, Mantikulore, mengatakan, Senin malam warga menangkap basah gerombolan pelaku yang berniat mencuri mobil yang rusak karena hantaman tsunami dengan menggunakan truk.
Warga pun langsung mengejar gerombolan yang berpencar lari di kegelapan karena listrik belum menyala. Truk milik pencuri kemudian dibakar warga.
Kondisi yang sama ditemui di Desa Wani II, Kecamatan Labuan, Kabupaten Donggala. Sepeda-sepeda motor yang tergeletak rusak dipereteli pencuri. ”Kami sampai tidak tahu harus melapor ke mana. Polisi tidak ada di sekitar sini,” kata Muhsin (33), warga Wani II.
Dari barang yang diincar, gerombolan itu jelas bukan orang yang terdesak kebutuhan di tengah kondisi bencana ini. ”Kalau mencuri makanan atau bensin saja, kami paham. Tapi yang bikin jengkel, mereka mengambil barang lain,” ujar Muhsin.
Mempersulit
Kepala Bidang Perhubungan Darat Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Tengah Sumarno mengatakan, aksi gerombolan penjarah itu juga mempersulit distribusi bantuan. ”Orang yang membawa bantuan mau masuk kampung jadi takut karena kejadian ini,” katanya.
Penjarahan toko-toko elektronik, kontainer berisi kasur busa, hingga gudang-gudang minimarket dan televisi hingga kipas angin oleh gerombolan yang tak jelas dari mana asalnya terlihat bebas di sepanjang Jalan Trans-Sulawesi Kota Palu-Kabupaten Donggala.
Aksi penjarahan juga dilakukan sekelompok orang di Fitra Swalayan, di Jalan Dewi Sartika, Selasa pagi. Ratusan orang mendatangi swalayan tersebut dan mengambil apa pun yang bisa diambil. Penjarahan membuat jalan di depan swalayan macet.
Polisi akhirnya datang membubarkan massa dan mengeluarkan tembakan peringatan.
”Tambahan anggota kepolisian ini untuk menjamin distribusi bantuan berjalan lancar dan masyarakat merasa aman,” kata Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Ari Dono Sukmanto (REN/IRE/ENG/SAN)