PM Abe Fokus pada Stabilitas dengan Mempertahankan Kabinet
Oleh
KRIS RAZIANTO MADA
·3 menit baca
TOKYO, SELASA — Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mempertahankan sebagian besar menteri dalam kabinet barunya. Bahkan, sekutu-sekutu politiknya tetap menduduki jabatan yang sama. Langkah itu dinilai sebagai keputusan Abe untuk lebih fokus pada stabilitas.
Abe mengumumkan kabinet barunya, Selasa (2/10/2018) di Tokyo, Jepang.
”Hari ini saya merombak kabinet demi permulaan yang kuat bagi pembangunan negara. Saya ingin mempertahankan kerangka kerja bagi pemerintahan dengan cara yang stabil,” ujar Abe seusai mengumumkan jajaran baru di kabinetnya, Selasa.
Dalam kabinet baru, ia antara lain menempatkan Takeshi Iwaya (61) untuk menggantikan Itsunori Onodera sebagai menteri pertahanan. Iwaya merupakan politisi senior yang pernah sekejap bertugas sebagai wakil menteri pertahanan dan menteri luar negeri.
Iwaya akan meneruskan kebijakan Jepang yang menilai Korea Utara sebagai ancaman walau ada peredaan ketegangan di Semenanjung Korea dan ada negosiasi denuklirisasi Korea Utara. Dalam siaran tahunan, Kementerian Pertahanan Jepang menegaskan, Korut tetap menjadi ancaman serius dan nyata. Jepang juga menyoroti kebangkitan militer China. Beijing disebut memicu kekhawatiran atas keamanan kawasan.
Meski Abe menyatakan Iwaya berpengalaman, analis kajian politik Jepang di Nihon University, Tomoaki Iwai, berpendapat berbeda. ”Iwaya bukan orang baru di pertahanan, melainkan juga tidak punya pengalaman sebanyak Onodera. Kemampuannya sebagai kepala pertahanan tidak jelas,” ujar Iwai.
Sekutu lama
Abe mempertahankan sejumlah sekutunya di jabatan yang sama. Mereka antara lain Menteri Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga, Menteri Keuangan Taro Aso, Menteri Luar Negeri Taro Kono, Menteri Perdagangan dan Industri Hiroshige Seko, dan Menteri Ekonomi Toshimitsu Motegi. Motegi memimpin tim perunding Jepang dalam negosiasi perdagangan dengan AS.
Dia mengangkat teman lama, sekutu yang dapat diandalkan serta mempertahankan orang di posisi-posisi kunci demi stabilitas.
”Dia mengangkat teman lama, sekutu yang dapat diandalkan, serta mempertahankan orang di posisi-posisi kunci demi stabilitas,” kata Direktur Kajian Jepang di Temple University Jeffrey Kingston.
Kingston menyoroti fakta hanya ada satu perempuan yang menjadi menteri di kabinet sekarang. Di kabinet sebelumnya, Abe menunjuk dua perempuan sebagai menteri.
”Tidak heran apabila Abe fokus pada stabilitas dibandingkan tantangan. Abe memprioritaskan tugas mendesak, seperti mengatasi deflasi, sehingga dia bisa mengonsolidasaikan kekuatan sebelum mengubah konstitusi,” kata Iwai.
Abe memang ingin mengubah konstitusi Jepang. Konstitusi warisan Perang Dunia (PD) II itu membuat Jepang tidak bisa punya militer. Jepang hanya punya pasukan bela diri. Meskipun demikian, Jepang termasuk salah satu negara dengan kekuatan militer terbesar.
Fokus Abe terutama bagian IX pada konstitusi yang dirancang AS itu. Konstitusi melarang Jepang menggunakan kekuatan perangnya dalam sengketa internasional. Kubu konservatif Jepang memandang konstitusi itu sebagai langkah memalukan Jepang setelah negara itu kalah dalam PD II.
Abe pernah menyatakan, ia sedang menyerahkan rancangan naskah perubahan konstitusi ke parlemen pada tahun ini. Ia menunjuk Hakubun Shimomura, politisi ultrakonservatif, untuk memimpin upaya perubahan itu. (AP/REUTERS)