Salah Diet dan Olahraga Bisa Picu Serangan Jantung
Oleh
Yovita Arika
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Menjaga tubuh tetap sehat dan ideal bisa dilakukan melalui diet dan olahraga. Namun jika dilakukan dengan cara yang salah, dapat memicu serangan jantung. Pemilihan cara diet dan olahraga yang tepat menghindari risiko terjadinya serangan jantung.
Dokter spesialis penyakit dalam konsultan kardiovaskular Rumah Sakit Awal Bros, Tangerang, Yudistira Panji Sentosa, di Jakarta, Selasa (2/10/2018), mengatakan, banyak orang yang memilih jalan pintas untuk mendapatkan tubuh ideal, baik melalui diet maupun olahraga.
Beberapa cara diet yang sering dipilih akhir-akhir ini, antara lain diet makan lemak, diet tanpa olahraga, dan diet protein tinggi. Cara tersebut bisa berakibat fatal bila tidak sesuai dengan kondisi tubuh dan tanpa pengawasan dokter.
Pada diet makan lemak, misalnya, seseorang hanya mengonsumsi lemak tanpa karbohidrat. Langkah ini dianggap efektif menurunkan berat badan. Massa lemak tubuh akan berkurang karena terjadi pembakaran lemak, baik yang diasup maupun yang ada di tubuh.
Namun, lemak yang diasup tidak boleh sembarangan. Konsumsi lemak jahat dalam jangka panjang dapat meningkatkan kadar kolesterol dan menyumbat pembuluh darah. Selain itu, diet ini juga tidak bisa diterapkan pada setiap orang, terutama yang mengidap kolesterol tinggi atau memiliki riwayat keturunan kolesterol tinggi dan penyakit jantung.
“(Melalui diet lemak) badan memang menjadi kurus, tetapi (bisa menyebabkan) kolesterol tinggi. Penimbunan lemak di pembuluh darah jantung bisa memicu serangan jantung,” kata Yudistira dalam temu media yang diadakan Rumah Sakit Awal Bros.
Pola olahraga yang tidak tepat juga meningkatkan risiko serangan jantung. Seseorang yang jarang olahraga, apalagi yang memiliki penyumbatan di pembuluh darah jantung, tidak boleh memaksakan diri ketika berolahraga. Olahraga dilakukan secara bertahap hingga tubuh terbiasa.
Dalam olahraga yang memicu detak jantung (kardio), misalnya lari, denyut jantung seseorang tidak boleh melebihi denyut jantung (heart rate) maksimal. Jika berusia 50 tahun, denyut jantung maksimalnya 220 denyut per menit dikurangi usia, yaitu 170 denyut per menit. Target ideal denyut jantung saat olahraga adalah 80 persen dari denyut jantung maksimal.
“Olahraga tanpa pemanasan dan cenderung berlebihan, melebihi batas kemampuan jantung, dapat berakibat pada serangan jantung,” ujar Yudistira.
Menurut Yudistira, sebelum memilih diet dan olahraga, seseorang harus mengenali diri terlebih dahulu, apakah mengidap atau memiliki riwayat keturunan yang berisiko terhadap jantung. Untuk memastikan kondisi tubuh, pengecekan kesehatan oleh dokter disarankan. Cara diet dan olahraga yang tepat mengurangi risiko serangan jantung.
Diet seimbang
Pada kesempatan berbeda, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Rumah Sakit Harapan Kita Bambang Dwiputra mengatakan, dalam memilih diet, seseorang perlu mengetahui tujuannya, apakah hanya untuk menjaga tubuh tetap sehat atau ingin menurunkan berat badan.
“Diet yang dianjurkan adalah diet yang seimbang, yaitu memastikan bahan asupan gizi, seperti karbohidrat, protein, lemak, dan mineral pada proporsi yang cukup,” ujarnya pada temu media Peringatan Hari Jantung Sedunia yang diadakan Kementerian Kesehatan di Jakarta, Jumat (28/9/2018).
Adapun untuk mencegah penyakit jantung koroner, diet yang direkomendasikan secara internasional tergantung faktor risiko yang dimiliki seseorang. Jika faktor risikonya hipertensi, diet yang disarankan adalah diet rendah garam. “Kalau kolesterol tinggi, bisa dengan mengganti makanan berminyak dengan mengonsumsi buah dan sayur,” ujarnya. (YOLA SASTRA)