BANYUWANGI, KOMPAS — Fenomena hoaks atau kabar bohong semakin merebak dalam beberapa tahun terakhir. Guru Besar Filsafat Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana, Armada Riyanto, menilai hoaks sebagai musuh akal budi yang sehat.
Dalam tiga hari terakhir, banyak berita hoaks beredar terkait gempa di Palu-Donggala, Sulawesi Tengah, ataupun erupsi Gunung Soputan, Sulawesi Utara. Bahkan, hoaks terkait penganiayaan aktivis Ratna Sarumpaet yang ternyata menjalani operasi sedot lemak menjadi pembicaraan yang hangat di tengah masyarakat.
Pandangan terkait hoaks disampaikan Armada ketika dihubungi dari Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (4/10/2018). Menurut Armada, apusan atau hoaks dalam filsafat menyasar dan melabrak wilayah fundamental kodrati manusia, yaitu akal budi (rasio).
”Akal budi manusia itu selalu merindukan kebenaran dan tidak pernah kompetibel (menerima) dengan apusan. Apusan itu secara moral buruk, tetapi itu bukan dari setan,” ujarnya.
Apusan dalam societas milenial (generasi milenial), lanjut Armada, memiliki karakter trendi, kekinian, dan konfusing. Apusan memang mengacaukan tetapi enak diviralkan.
Armada menilai apusan tidak boleh dimengerti sebagai kekhilafan karena apusan kerap tampil atau dijadikan bagian dari sebuah strategi tertentu.
”Ada yang memandang benar apusan dan justru memakainya untuk ’memukul’ lawan. Mereka yang melakukan hal itu tidak bisa disebut kapusan (tertipu) sebab mereka mengambil keuntungan (meski sesaat) dari hal itu,” kata Armada.
Sementara pencipta apusan, kata Armada, juga tidak boleh sekadar dipahami sebagai tukang ngapusi (pembohong). Pembuat apusan telah benar-benar bersalah karena mereka mempermainkan aparat negara, menggoyang keamanan hidup bersama, dan mempermainkan kredibilitas negara.
”Apusan itu mengobrak-abrik kodrat akal budi manusia yang rindu kebenaran dan keadilan. Semoga bangsa dan rakyat Indonesia sungguh mengerti bahwa apusan adalah musuh bersama. Apusan adalah musuh akal budi yang sehat (recta ratio),” kata Guru Besar Filsafat Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana, Malang, itu.
Kasus hoaks yang menjadi pembicaraan hangat akhir-akhir ini adalah penganiayaan aktivis Ratna Sarumpaet yang ternyata menjalani operasi sedot lemak. Ratna akhirnya mengakui bahwa dirinya adalah pembuat hoaks.
”Kali ini saya pencipta hoaks terbaik ternyata. Menghebohkan semua negeri,” ujar Ratna dalam pernyataan persnya.