JAKARTA, KOMPAS — Jumlah korban meninggal akibat gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah hingga Kamis (4/10/2018) pukul 13.00 mencapai 1.424 orang yang tersebar di Kota Palu serta Kabupaten Donggala, Sigi, dan Parigi Moutong. Sementara jumlah korban luka berat mencapai 2.459 orang.
Kemungkinan korban meninggal masih akan bertambah mengingat korban yang dinyatakan hilang sebanyak 113 orang. ”Jumlah korban hilang ini di luar yang ada di wilayah Petobo, Balaroa, dan kompleks perumahan yang tenggelam akibat likuefaksi,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho, di Jakarta.
Menurut Sutopo, dari 1.424 korban yang meninggal, sebanyak 1.047 sudah dimakamkam. ”Sebagian dimakamkan secara massal di TPU Paboya,” ujarnya.
Saat ini, lanjut Sutopo, prioritas penanganan tanggap darurat bencana di Sulawesi Tengah terus dilakukan. Ada sejumlah prioritas penanganan tanggap darurat yang dilakukan saat ini, yakni melanjutkan evakuasi dan penyelamatan korban, penanganan medis di rumah sakit termasuk rumah sakit lapangan, distribusi logistik kepada pengungsi, serta percepatan infrastruktur, mulai dari jalan, listrik, bandara, pelabuhan, hingga telekomunikasi.
”Seperti yang dilihat, sampai hari ini penanganan sudah jadi lebih baik. Listrik sudah menyala, komunikasi juga. Distribusi air bersih dan BBM dilanjutkan,” ucap Sutopo.
Untuk proses evakuasi dan penyelamatan korban, menurut Sutopo, pemerintah terus menambah jumlah alat berat. Saat ini, alat berat yang digunakan untuk evakuasi dan penyelamatan korban sudah ada 25 unit.
”Evakuasi ada di sembilan titik. Total ada 25 alat berat yang digunakan untuk pencarian korban, seperti di Hotel Roa Roa ada 2 unit, Hotel Mercure 2 alat berat, dan perumahan Potobo ada 4 alat berat. Sementara 21 alat berat lain masih dalam perjalanan. Jadi, tidak benar pemberitaan sejumlah media, termasuk media asing, yang menyebut tidak ada alat berat di sana,” tutur Sutopo.