Tinggi Gunung Anak Krakatau bertambah seiring dengan naiknya aktivitas vulkanik. Di Sulawesi Utara, Gunung Soputan meletus dan menimbulkan hujan abu di sekitarnya.
SERANG, KOMPAS Ketinggian Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda meningkat menjadi 338 meter di atas permukaan laut. Peningkatan itu terjadi secara bertahap karena aktivitas Anak Krakatau yang intens. Hingga Rabu (3/10/2018), Gunung Anak Krakatau terus meletus dan mengalami tremor.
Menurut Deny Mardiono, Kepala Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten, pengukuran terbaru Anak Krakatau dilakukan pertengahan September 2018. Pengukuran itu dilakukan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
”Pengukuran sebelumnya kalau tidak salah pada tahun 2007 dengan ketinggian Anak Krakatau 305 meter di atas permukaan laut,” katanya.
Ketinggian Anak Krakatau naik karena erupsi. Erupsi itu menyebabkan lontaran material. Material yang dikeluarkan menambah ukuran gunung itu.
Penambahan itu otomatis menambah tinggi Anak Krakatau. ”Anak Krakatau sedang membangun tubuhnya,” kata Deny.
Hingga Rabu, status Anak Krakatau masih Waspada. Kemarin, gunung itu terus meletus dan mengalami tremor. Berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Rabu pukul 12.00-18.00, terjadi 149 kali letusan dengan amplitudo 30-50 mm dan durasi 32-211 detik. Anak Krakatau juga mengalami tremor terus-menerus dengan amplitudo 3-40 mm. Aktivitas Anak Krakatau itu terpantau meningkat jika dibandingkan pagi dan siang hari dengan jumlah letusan 53 kali dengan amplitudo 40-50 mm dan durasi 31-276 detik.
Selain letusan, gempa vulkanik terjadi satu kali dan tremor terus-menerus dengan amplitudo 5-51 mm. Pada malam hari, lava pijar yang keluar dari ka-
wah Anak Krakatau dapat teramati.
Camat Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Sabtudin mengatakan, peningkatan aktivitas Anak Krakatau tidak mengganggu aktivitas warga. Namun, radius 2 km dari kawah tetap terlarang untuk segala aktivitas.
Soputan
Di Sulawesi Utara, Gunung Soputan meletus dengan kolom abu vulkanik sekitar 4 kilometer di atas puncak kawah, Rabu. Sejauh ini tidak ditemukan keterkaitan antara letusan itu dan gempa yang terjadi di Palu-Donggala, Sulawesi Tengah.
Petugas pengamat Gunung Api Soputan, Asep Hidayat, mengatakan, erupsi Soputan terpantau sejak Rabu sekitar pukul 01.00. Status Soputan naik dari Waspada menjadi Siaga.
Erupsi Soputan terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 39 milimeter dan durasi 6 menit. Kolom abu dengan tekanan kuat berwarna abu-abu hingga coklat dengan intensitas tebal bertiup ke arah barat dan barat laut. Erupsi Soputan terakhir terjadi pada 8 Februari 2016.
Hujan abu pukul 12.00 hingga sore melanda Desa Maliku dan Menara, Kecamatan Amurang Timur, Kabupaten Minahasa Selatan.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kasbani di Bandung, Jawa Barat, mengatakan, peningkatan aktivitas vulkanis Gunung Soputan tidak berkaitan langsung dengan gempa bermagnitudo 7,4 yang mengguncang Sulawesi Tengah, Jumat (28/9). ”Gempa memang bisa memicu peningkatan aktivitas vulkanis. Namun, biasanya dibutuhkan waktu dalam hitungan bulan sejak gempa terjadi.” ujar Kasbani. (ZAL/TAM/VIO/BAY)