DAMASKUS, RABU -- Pasukan Turki kembali memasuki Idlib, Suriah. Pengiriman pasukan itu bagian dari kesepakatan Turki-Rusia untuk membentuk zona demiliterisasi di Idlib.
Total 40 kendaraan, yang terdiri dari truk dan panser angkut pasukan (APC) memasuki Idlib pada Rabu (3/10/2018) dini hari. Prajurit-prajurit Turki akan ditempatkan di pos-pos pemantauan yang sejak lama dibuat Turki di Idlib. Pengiriman itu merupakan yang kedua dalam dua pekan terakhir. Pekan lalu, Turki juga mengirim pasukan dan aneka persenjataan ke Idlib.
Pengerahan itu terjadi sehari setelah Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan mengumumkan akan memperkuat pos-pos pantau pasukannya di Suriah. Erdogan juga menyatakan akan bekerja sama dengan Rusia untuk menghadapi kelompok radikal di Suriah.
Penambahan pasukan itu dilakukan menjelang semakin dekatnya batas pengosongan area yang akan dijadikan zona demiliterisasi. Dalam kesepakatan Rusia-Turki pada September 2018, disetujui penarikan aneka persenjataan berat dari zona demiliterisasi paling lambat 10 Oktober 2018.
Selain itu, milisi kelompok-kelompok yang dinyatakan radikal harus meninggalkan wilayah itu paling lambat 15 Oktober 2018. Zona itu akan diawasi bersama oleh pasukan Turki dan Rusia.
Zona demiliterisasi ditetapkan selebar hingga 20 kilometer dan membentang di sepanjang perbatasan Idlib. Pasukan Suriah dan milisi oposisi akan berada di luar zona demiliterisasi itu.
Front Pembebasan Nasional (NFL), pasukan oposisi Suriah yang didukung Turki, menolak keterlibatan Rusia sebagai pasukan patroli di Idlib. Mereka menyatakan tidak percaya Rusia karena menyokong pemerintah Suriah.
"Permintaan kepada saudara Turki adalah hal itu tidak bisa disepakati. Hal ini adalah garis tegas yang tidak bisa dilanggar. Turki berjanji tidak ada pasukan Rusia,” kata salah satu pimpinan NFL, Sheikh Omar Hutheifa.
Menteri Luar Negeri Suriah Walid Muallem menyatakan, pemerintah Suriah mendukung dan akan mematuhi kesepakatan zona demiliterisasi. Penerapan zona itu dinyatakan sebagai langkah penting menuju pembebasan Idlib.
Zona itu disepakati di tengah persiapan Suriah melakukan serangan besar-besaran ke Idlib. Sepanjang Agustus 2018, pemerintah Suriah memperkuat pasukan di sekitar Idlib untuk menyiapkan serangan itu. Aneka persenjataan berat ditempatkan di sekeliling perbatasan Idlib dengan wilayah lain di Suriah.
Pemerintah Suriah berkeras serangan itu harus dilakukan. Sebab, Idlib menjadi satu-satunya provinsi Suriah yang masih dikendalikan pasukan oposisi dan teroris.
Berbagai negara mencoba mencegah serangan itu dengan alasan kemanusiaan. Setelah berbagai perundingan, Turki dan Rusia membuat kesepakatan pada 17 September 2018. Dalam kesepakatan itu, kedua negara yang menyokong kubu berbeda dalam perang saudara Suriah itu setuju menetapkan zona demiliterisasi. Turki-Rusia juga setuju milisi yang tergabung dengan kelompok teroris akan dikecualikan dari kesepakatan itu.