KAIRO, KOMPAS -- Publik Turki dan Timur Tengah kini dikejutkan dengan berita hilangnya wartawan asal Arab Saudi dan penulis populer di kolom tetap di harian The Washington Post, Jamal Khashoggi (59), sesaat setelah ia memasuki kantor Konsulat Arab Saudi di kota Istanbul, Turki, Selasa (2/10/2018).
Khashoggi dikenal anti Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS). Ia mengasingkan diri ke Amerika Serikat setelah MBS dinobatkan sebagai putra mahkota pada Juni 2017, menyingkirkan saudara sepupunya, Pangeran Mohammed bin Nayef.
Sejak bermukim di AS, Khashoggi semakin aktif mengkritik MBS melalui tulisannya secara rutin di The Washington Post. Ia menyebut, MBS mendatangkan petaka di Arab Saudi dengan keterlibatannya dalam perang Yaman dan semakin buruknya hubungan Arab Saudi dengan banyak negara, seperti Qatar, Turki, Jerman, Iran, dan Kanada.
Khashoggi juga mengkritik secara keras semakin gencarnya penangkapan ulama, akademisi, dan aktivis yang berbeda pendapat dengan MBS dan Pemerintah Arab Saudi.
Hubungan Ankara-Riyadh bisa mengalami krisis baru pasca-menghilangnya wartawan Arab Saudi penulis tetap ”The Washington Post” setelah masuk kantor Konsulat Saudi di Istanbul.
Di ranah kehidupan pribadi, Khashoggi terakhir diberitakan jatuh hati kepada perempuan Turki, Hatice (36). Ia berniat menikahi Hatice dan mendatangi kantor Konsulat Arab Saudi di Istanbul sekitar pukul 13.00 pada Selasa lalu untuk mengurus surat yang menerangkan bahwa ia tidak berstatus menikah agar bisa menikah dengan Hatice.
Hatice mengantar Khashoggi ke kantor Konsulat Arab Saudi itu. Namun, ia menunggu di luar kantor karena tidak diizinkan ikut masuk mendampingi calon suaminya. Khashoggi menyerahkan telepon genggamnya kepada Hatice dan meminta Hatice segera menghubungi pihak berwajib Turki jika terjadi hal-hal yang tak diinginkan terhadap dirinya.
Hatice mengungkapkan, calon suaminya itu tidak pernah keluar lagi dari kantor konsulat. Ia pun segera menghubungi pihak berwajib Turki untuk mengadukan nasib calon suaminya yang raib begitu masuk ke dalam kantor Konsulat Arab Saudi.
Silang pendapat
Silang pendapat terjadi antara otoritas Turki dan Arab Saudi tentang nasib Khashoggi. Aparat keamanan Turki diberitakan mengepung kantor Konsulat Arab Saudi. Jubir Kepresidenan Turki, Ibrahim Kalin, menegaskan, Khashoggi masih berada di dalam kantor Konsulat Arab Saudi.
Namun, pihak konsulat mengungkapkan, Khashoggi telah keluar dari kantor konsulat dan hilang sesaat setelah keluar dari kantor itu.
Kamis, Kementerian Luar Negeri Turki memanggil duta besar Arab Saudi untuk dimintai penjelasan terkait nasib Khashoggi. Departemen Luar Negeri AS menyatakan sudah tahu tentang hilangnya Khashoggi. Menlu AS Mike Pompeo telah menelepon MBS, Rabu, tetapi belum jelas apakah pembicaraan itu menyinggung soal Khashoggi.
Sejumlah lembaga pers internasional mengecam keras hilangnya Khashoggi. International Press Institute di Vienna, Austria, menulis surat kepada Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud dan mendesak Kerajaan Arab Saudi untuk memastikan Khashoggi segera dibebaskan.
Dua kemungkinan
Ada dua kemungkinan soal nasib Khashoggi. Pertama, sesuai dengan versi Konsulat Arab Saudi bahwa Khashoggi sudah keluar kantor dan hilang di luar. Jika ini yang terjadi, Arab Saudi kemungkinan besar menyewa sindikat untuk menangkap Khashoggi agar dibawa pulang ke Saudi.
Kemungkinan kedua, Khashoggi disekap di kantor konsulat lantaran sikapnya yang beroposisi terhadap MBS. Tujuan Riyadh menyekap Khashoggi untuk mengorek informasi tentang jaringan oposisi Arab Saudi di luar negeri, kemudian Arab Saudi berunding dengan Turki untuk mencapai kesepakatan tertentu dalam upaya memulangkan Khashoggi ke Arab Saudi.
Jika berlarut-larut, kasus Khashoggi bisa memicu krisis baru Turki-Arab Saudi. Saat ini, hubungan kedua negara memburuk akibat sikap Turki yang memihak Qatar setelah Arab Saudi, Mesir, Bahrain, dan Uni Emirat Arab memblokade Qatar pada Juni 2017. Selain itu, Ankara juga dekat dengan Iran, rival Arab Saudi dalam krisis Suriah.