Mereka Inspirasi Kita
Asian Para Games 2018 bukan sekadar pesta olahraga bagi atlet disabilitas se-Asia. Lebih dari itu, ajang ini merupakan panggung bagi kisah anak manusia untuk melampaui keterbatasannya. Perjuangan mereka menjadi inspirasi kita.
JAKARTA, KOMPAS— Asian Para Games Jakarta 2018 akan resmi dibuka pada Sabtu (6/10/2018) malam di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.
Ajang ini menjadi inspirasi untuk melampaui keterbatasan sekaligus momentum untuk menggaungkan kesetaraan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas di Asia.
Asian Para Games Jakarta 2018 merupakan perhelatan ketiga setelah digelar pertama di Guangzhou tahun 2010 dan di Incheon tahun 2014. Asian Para Games kali ini diikuti 2.762 atlet dari 43 negara.
Memperebutkan 512 medali emas dari 18 cabang dalam pertandingan yang digelar di 19 arena hingga Sabtu (13/10).
Jumlah atlet, negara peserta, dan medali emas yang diperebutkan dalam Asian Para Games kali ini lebih banyak dibandingkan dengan dua penyelenggaraan sebelumnya. Pada Asian Para Games Guangzhou 2010, tercatat ada 41 negara peserta, 2.405 atlet, dan 341 medali emas yang diperebutkan dari 19 cabang.
Sementara pada Asian Games Incheon 2014, ada 41 negara peserta, 2.497 atlet, dan 443 medali emas yang diperebutkan dari 23 cabang.
Di ajang ini, tuan rumah Indonesia menargetkan masuk delapan besar peraih medali dengan 18 medali emas. Target itu lebih tinggi dari capaian Indonesia di Guangzhou (2010) yang berada di posisi ke-14 dengan 1 emas, 5 perak, dan 5 perunggu ataupun prestasi di Incheon (2014) di peringkat ke-9 dengan 9 emas, 11 perak, dan 18 perunggu.
Saat melepas kontingen Indonesia di halaman Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (2/10), Presiden Joko Widodo justru optimistis. Kalaupun target delapan besar itu meleset, justru bisa naik ke posisi enam besar atau lima besar.
Optimisme itu terinspirasi dari capaian Indonesia di Asian Games 2018 yang melampaui target. Meski ditargetkan masuk 10 besar, Indonesia bisa finis di peringkat keempat dengan 31 emas, 24 perak, dan 43 perunggu.
Optimisme meraih target Asian Para Games 2018 juga didasari pada prestasi atlet difabel Indonesia pada perhelatan ASEAN Para Games 2017, saat menjadi juara umum. Memang lingkup ASEAN Para Games 2017 lebih kecil ketimbang Asian Para Games 2018. Namun, capaian itu bisa menjadi modal pemacu semangat untuk lebih berprestasi.
”Dengan peningkatan prestasi dari tahun ke tahun, kami yakin mampu meraih lebih kali ini. Apalagi ini di rumah sendiri, di kandang lawan saja kami mampu juara umum,” kata Ketua Umum Komite Paralimpiade Nasional (NPC) Senny Marbun.
Target 18 medali emas diharapkan diraih dari atlet bulu tangkis, renang, dan catur, masing-masing 4 emas; lalu atletik (3 emas), tenis meja (2 emas), dan angkat berat (1 emas).
Pada ajang ini, Indonesia bakal sulit mengimbangi dominasi tiga negara kuat di Asia, yakni China, Jepang, dan Korea Selatan. Namun, Asian Para Games sejatinya bukan sekadar pencapaian medali. Lebih dari itu, Asian Para Games merupakan panggung bagi atlet penyandang disabilitas yang perjuangannya melampaui keterbatasan, bisa menjadi inspirasi bangsa-bangsa di Asia.
Contohnya, atlet bulu tangkis Paralimpiade Indonesia dengan klasifikasi SU-5 atau keterbatasan tubuh atas, Suryo Nugroho (23). Lengan kiri bawah Suryo diamputasi saat kecelakaan sepeda motor pada 2006.
Suryo yang sebelumnya merupakan atlet yunior tingkat daerah sempat terpuruk. Namun, dengan dorongan dari sang ayah dan ibu, pria yang mengidolakan Taufik Hidayat tersebut masuk ke jalur bulu tangkis Paralimpiade.
Suryo kesulitan menyeimbangkan diri saat awal-awal berlatih dengan setengah lengan kirinya. Namun, dengan usaha keras, Suryo menjadi salah satu legenda bulu tangkis Paralimpiade Indonesia.
Pada umur yang masih sangat muda, Suryo sudah menjadi juara dunia bulu tangkis pada 2017. Ia pun langganan meraih medali dalam ASEAN Para Games ataupun Asian Para Games, sejak 2010.
Misi besar
Di luar kisah inspiratif dari perjuangan atlet-atlet Paralimpiade tersebut, Asian Para Games mengemban misi besar untuk menggaungkan kesetaraan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas di Asia.
”Penyandang disabilitas merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam masyarakat. Mereka hidup, tumbuh, dan berkembang, serta mempunyai hak, kewajiban, dan kesempatan yang sama dengan warga masyarakat lainnya,” kata Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita.
Agus berharap, ajang ini juga meninggalkan warisan berupa infrastruktur dan perilaku warga yang lebih ramah terhadap penyandang disabilitas.
Ketua Panitia Penyelenggara Asian Para Games Indonesia (Inapgoc) Raja Sapta Oktohari menyatakan, semangat kesetaraan coba digelorakan lewat ajang ini.
”Kami tidak sekadar mempersiapkan ajang olahraga. Dalam konsep yang lebih besar, ada misi untuk menjadikan Indonesia ramah bagi penyandang disabilitas,” kata Okto.
Perhatian bagi penyandang disabilitas menjadi penting, apalagi jumlahnya di Indonesia relatif banyak. Berdasarkan data Survei Penduduk Antarsensus (Supas) 2015 dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penyandang disabilitas mencapai 8,56 persen dari total 255,18 juta penduduk.
Meski pada ajang ini ada sejumlah perbaikan terhadap akses bagi penyandang disabilitas di arena, fasilitas umum di sekitarnya, seperti transportasi massal dan trotoar, belum sepenuhnya memadai untuk menunjang kemandirian penyandang disabilitas.
Ketua Komite Advokasi Penyandang Cacat Indonesia (KAPCI) Fikri Thalib berharap, ada upaya untuk terus membenahi fasilitas umum dan transportasi publik yang lebih ramah disabilitas. (KEL/LAS/JOG/WHY)