JAKARTA, KOMPAS — Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Fanshurullah Asa mengimbau masyarakat korban gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah untuk tidak membeli bahan bakar minyak menggunakan jeriken. Selain alasan keamanan, pembelian bahan bakar minyak dengan jeriken atau drum dikhawatirkan merembet ke praktik penimbunan. Masyarakat diminta tidak cemas kekurangan pasokan bahan bakar minyak.
"BBM itu mudah sekali terbakar. Penyimpanan dalam jeriken atau drum sangat rentan kebakaran. Selain itu, kami bersama aparat kepolisian akan menindak tegas siapa pun yang menimbun BBM," kata Fanshurullah dalam keterangan resmi, Minggu (7/10/2018).
Fanshurullah menjamin pasokan BBM di Sulteng cukup sehingga penimbunan BBM tak perlu dilakukan. Sampai saat ini, 19 stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Kota Palu dan sekitarnya sudah beroperasi normal. PT Pertamina (Persero) juga telah mengoperasikan 41 unit dispenser portable dan 10 unit mobil dispenser yang siap melayani penjualan BBM di mana saja.
Selain BBM, Pertamina mengamankan pasokan elpiji lewat operasi pasar di 16 titik. Sebanyak 1.680 tabung elpiji berukuran 12 kilogram dan 3 kilogram dijual ke masyaratak dalam operasi pasar tersebut. Di Palu, ketersediaan elpiji saat ini sebanyak 293 metrik ton yang tersimpan dalam 97.666 tabung di stasiun pengisian bahan bakar elpiji di Palu, Donggala, dan Parigi.
"Masyarakat tak perlu membeli secara berlebihan. Kami jamin stok cukup dan tersedia. Kami akan terus menjaga kecukupan pasokan BBM dan elpiji," ujar Unit Manager Communication & CSR Pertamina Marketing Operation Region VII Pertamina M Roby Hervindo.
Sementara itu, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) berhasil memulihkan tujuh gardu induk di Palu, Sigi, dan Donggala. PLN juga telah berhasil memperbaiki 35 sistem distribusi listrik di Palu. Dengan demikian, sistem kelistrikan di Palu dan sekitarnya sudah mencapai 85 persen.
"Setidaknya, 14 hari pasca gempa, sistem kelistrikan akan pulih minimal 90 persen," ucap Kepala Komunikasi Korporat PLN I Made Suprateka.