Melebur di Synchronize
Synchronize Fest, yang diklaim sebagai sebuah gerakan, menjadi wadah peleburan antargenerasi. Di tengah mayoritas penonton berusia belasan hingga dua puluhan tahun, tampak penonton berusia matang antara empat puluhan dan lima puluhan tahun.
Para penampil juga terdiri atas berlapis generasi. Mulai dari God Bless dan Rhoma Irama yang jaya pada 1970-an sampai 1980-an, dan tentu saja band-band yang tenar pada 2000-an hingga saat ini. Semua melebur, berbagi ruang merayakan dan menikmati musik bersama.
Penampilan God Bless, Sabtu (6/10/2018) malam, adalah salah satunya. Band rock legendaris yang lahir di era 1970-an itu mampu memikat penonton-penonton muda yang memadati area Synchronize Fest. Lagu-lagu mereka dikenal dan dihafal dengan baik oleh penonton yang menyambut penampilan God Bless dengan antusias.
Hanya lebih sedikit dari pukul 19.00, saat panggung menggelap dan gitaris Ian Antono muncul meraungkan gitarnya membawakan ”Bagimu Negeri”, penonton riuh menyambut dengan tepuk tangan membahana. Penonton yang sebelumnya berada jauh dari panggung pun segera merapat mendekati bibir panggung.
God Bless lantas menggebrak dengan ”Bla Bla Bla”. Penonton segera menyambut hangat. Yang kenal lagu itu segera ikut bernyanyi. Penonton yang tak kenal hanya diam, namun tetap terlihat asyik menyimak aksi God Bless di atas panggung.
Malam itu, energi para personel God Bless tampak mengalir tanpa henti. Vokal Ahmad Albar tetap tersimak prima, pun ketika membawakan lagu-lagu God Bless yang menuntutnya mengeluarkan vokal tinggi penuh tenaga. Begitu juga dengan Ian Antono, Donny Fatah, Abadi Soesman, dan Fajar Satritama.
Nyaris tanpa jeda, mereka memanaskan panggung dengan lagu-lagu hit, seperti ”Menjilat Matahari”, ”Musisi”, ”Syair Kehidupan”, ”Bis Kota”, dan ”Semut Hitam”.
Ahmad Albar hanya menyapa penonton sesekali. Memastikan penonton menikmati penampilan mereka. Namun, di lagu-lagu mereka yang populer, dia aktif mengajak penonton ikut menyanyi. ”Kami butuh suara Anda semua,” ujarnya yang segera disambut antusias penonton.
Terjalin intens
Interaksi terjalin makin intens. Selain menyanyi bersama, penonton juga bergerak bersama mengikuti instruksi sang vokalis. Semua lebur menikmati sajian God Bless hingga lagu terakhir yang mereka bawakan.
Tak jarang, di tengah aksi para personel God Bless, penonton berdecak kagum. Jejak musikalitas God Bless yang panjang memang tak bisa diingkari. Di atas panggung, mereka masih tetap menyuguhkan aksi musikal yang mengagumkan. Kerap kali penonton berteriak bersama dalam satu tarikan lirik, seperti pada refrein lagu ”Rumah Kita”, ”Panggung Sandiwara”, dan ”Syair Kehidupan”.
A Parmonangan (52), yang malam itu menonton bersama anak dan kerabatnya, mengatakan, lagu-lagu God Bless membawanya kembali pada masa-masa di bangku sekolah. Dia mengajak kerabatnya untuk turut merasakan euforia menyanyikan lagu God Bless. ”Saya ditemani mereka yang masih usia 25 tahun,” katanya bersemangat.
Penonton lain, Adrian (17), mengenal lagu God Bless dari ayahnya. Dia sangat menikmati permainan God Bless yang segera mengingatkannya ketika masih kanak-kanak. Dia juga merasakan bahwa lagu-lagu God Bless, yang kini mulai menjadi klasik, dapat menjadi jembatan komunikasi antargenerasi. Seperti malam itu, penonton beragam usia berdiri dan bernyanyi bersama.
God Bless hanya tampil tidak sampai satu jam, namun mereka berhasil menyuguhkan penampilan apik meski gitar Ian sempat mengalami gangguan. Setelah lima kru membantunya, Ian dapat memainkannya kembali dengan baik.
Sabtu malam, selain penampilan God Bless, Syncronize Fest hari kedua juga dimeriahkan aksi panggung Sheila on 7, Hivi, Rhoma Irama dan Soneta, Project Pop, dan Tohpati Ethnomission.
Dua tahun lalu, penampilan ”Raja Dangdut” Rhoma Irama dengan Soneta Band-nya juga terbukti mampu melebur perbedaan antargenerasi. Anak-anak muda yang notabene penggemar band-band indie ternyata juga menggemari dangdut.
Simpati bencana
Di hari pertama Synchronize Fest, Jumat (5/10), sejumlah musisi dan band sudah tampil menggempur panggung. Beberapa di antaranya bahkan menyinggung kondisi Tanah Air yang sedang dilanda duka karena gempa dan tsunami yang menerjang Palu dan sekitarnya.
Sentimental Moods, band ska asal Jakarta yang tampil di District Stage, mengajak penonton untuk berdonasi melalui aplikasi yang disediakan Bukalapak. Mereka juga mengajak penonton untuk mengheningkan cipta sebagai tanda simpati dan empati mereka kepada para korban.
Jiung Band asal Jakarta, yang tampil dengan atribut Betawi, juga menyatakan dukacita mereka untuk korban gempa dan tsunami yang baru saja meluluhlantakkan Palu dan sekitarnya. Begitu juga untuk yang terjadi di Lombok. ”Semoga mental mereka kembali lagi,” ujar sang vokalis, Ajoel.
Terkait hal itu, penyelenggara rupanya juga membuka kesempatan bagi penonton untuk turut berdonasi bagi korban bencana Palu dan sekitarnya. Selain melalui aplikasi Bukalapak, tersedia pula stan Dompet Dhuafa.
Direktur Festival Synchronize Fest David Karto mengungkapkan, penyelenggara sengaja menyediakan aplikasi dan stan donasi untuk Palu dan sekitarnya guna mengajak penonton turut berempati terhadap para korban yang terdampak bencana. ”Jadi, tidak cuma senang-senang saja, tetapi turut berempati kepada saudara-saudara yang sedang dilanda kedukaan,” ujar David.
Selain ungkapan dukacita dan rasa simpati terhadap korban bencana Palu dan sekitarnya, sejumlah band juga menyentil berbagai persoalan yang tengah menjadi perhatian publik. Seperti kasus operasi plastik yang ternyata berujung hoaks. Salah satunya Koil.
Namun, selebihnya musisi dan band yang tampil di hari pertama relatif hanya menyajikan aksi musikal alias sekadar menghibur dengan lagu-lagu mereka. Meski begitu, penonton tampak tak terganggu. Mereka tetap larut dalam keseruan dan kegembiraan menikmati musik.
Hari Minggu ini, sejumlah musisi dan band lintas generasi masih akan meramaikan panggung Synchronize Fest. Beberapa di antaranya Endah N Rhesa Extended, Chandra Darusman & Friends, Shaggy Dog, Jamrud, RAN, The Adams, Nonaria, Deredia, dan Superman is Dead.
Beberapa penampilan yang juga tidak boleh dilewatkan di hari Minggu adalah Padi Reborn, Dewa 19 Feat Ari Lasso & Once Mekel, Nasida Ria, Ubiet & Kroncong Tenggara, dan Iwa K. Sementara dari panggung musik elektronik XYZ Stage ada Manumata, Ramengvrl, Dubyouth, hingga Javabass Soundsystem. (NIK/HEI)