Panggung Keberagaman
Indonesia memiliki momentum untuk menjadi bangsa yang menghargai perbedaan dan membuka akses kesetaraan melalui penyelenggaraan Asian Para Games 2018.
Jakarta, Kompas Pembukaan Asian Para Games 2018 memberi pesan bahwa Indonesia memiliki spirit ramah penyandang disabilitas, merangkul keberagaman, dan membangun masyarakat yang inklusif. Kehadiran 2.762 atlet berkebutuhan khusus, ditambah pelatih, manajer, dan tim ofisial, yang berasal dari 43 negara se-Asia, menularkan semangat persatuan dan kesetaraan bagi warga Indonesia yang kadang berseteru karena perbedaan suku, agama, ras, golongan, dan politik.
Asian Para Games 2018 merupakan momentum hadirnya kesetaraan dan kesempatan yang sama bagi siapa pun, tak terkecuali para penyandang disabilitas. Mengusung slogan ”The Inspiring Spirit and Energy of Asia”, masyarakat diingatkan untuk selalu menjaga semangat positif, membuka kesempatan untuk berkompetisi secara sehat, mempersatukan Asia, dan mendukung kesetaraan sosial.
Sebelum pembukaan berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (6/10/2018), aktivis penyandang disabilitas Indonesia, Sikdam Hasim Gayo, mengatakan, Asian Para Games 2018 selayaknya jadi momentum Indonesia yang lebih ramah penyandang disabilitas. ”Saat ini ada lebih kurang 25 juta penyandang disabilitas apa pun di Indonesia. Sebagian besar masih terkurung oleh stigma negatif dan kesulitan untuk mandiri karena aksesibilitas yang belum terpenuhi,” ujar Sikdam.
Asian Para Games diharapkan dapat mengubah paradigma dan sikap masyarakat serta pemerintah terhadap penyandang disabilitas. ”Sebab, penyandang disabilitas juga warga Indonesia. Mereka juga warga negara sebagaimana orang-orang normal. Mereka ingin mandiri dan berprestasi dengan jalannya masing-masing,” kata Sikdam.
Ketua Panitia Penyelenggara Asian Para Games Indonesia (Inapgoc) Raja Sapta Oktohari mengatakan, Asian Para Games akan memainkan 512 nomor pertandingan dan perlombaan. Sebanyak 2.762 atlet dari 43 negara berpartisipasi dengan lebih dari 1.900 ofisial, 8.000 sukarelawan. 5.000 pekerja lapangan, ratusan tenaga medis, dan diberitakan oleh lebih dari 1.000 media.
Okto mengatakan, Indonesia masih merasakan kebahagiaan dari sukses penyelenggaraan dan prestasi Asian Games 2018 yang untuk kedua kalinya diselenggarakan di negara ini setelah 1962. Selanjutnya, Indonesia mencetak sejarah menyelenggarakan Asian Para Games untuk pertama kali.
”Ajang ini bukan sekadar tentang menang atau kalah. Melalui Asian Para Games kita tinggikan nilai-nilai sportivitas, solidaritas, kemanusiaan, dan hubungan harmonis antarbangsa-bangsa di Asia,” ujar Okto.
Presiden Komite Paralimpiade Asia (APC) Majid Rashed mengatakan, olahraga mempunyai peranan penting dalam mengubah hidup dan persepsi masyarakat terhadap penyandang disabilitas. ”Itulah mengapa kejuaraan ini sangat penting karena dapat membangun gerakan Paralimpiade Asia,” ujarnya.
Menurut Rashed, jumlah atlet yang bertanding di Indonesia lebih banyak dari dua penyelenggaraan Asian Para Games sebelumnya. ”Indonesia mempunyai daya tarik besar. Diharapkan Indonesia bisa memberikan dampak dan semangat disabilitas bagi kaum muda. Tidak ada batasan untuk apa yang bisa diraih,” ujarnya.
Presiden Joko Widodo juga menunjukkan sikap menjunjung tinggi semangat kemanusiaan, kesetaraan, dan sportivitas dengan membuka Asian Para Games menggunakan bahasa isyarat. ”Melalui Asian Para Games 2018, kita ingin merayakan persaudaraan, menunjukkan kegigihan dan prestasi, serta menjunjung tinggi kemanusiaan,” tutur Presiden.
Merangkul kebersamaan
Semangat merangkul keberagaman sudah terasa sejak awal pembukaan dimulai dengan munculnya gambar relief Candi Borobudur yang menyimpan cerita abadi tentang harmoni kehidupan warga penyandang disabilitas dan nondisabilitas. Selanjutnya muncul lampion arsitektur rumahrumah adat dan tempat-tempat ibadah dari lima agama dengan iringan tarian serta lagu-lagu rohani dan tradisional.
Bersamaan dengan pengibaran bendera Merah Putih, lagu kebangsaan ”Indonesia Raya” berkumandang. Puluhan penampil berlutut dan menerjemahkan lagu kebangsaan ke dalam bahasa isyarat universal. Anak-anak bisu-tuli dari Desa Bengkala, Bali, juga menerjemahkan lagu dalam bahasa Kolok. Efek cahaya merah putih memenuhi stadion.
Sebelum parade atlet, Rhea Marquez dan penari dengan kursi roda, Julius Jun Obero, beraksi di atas panggung mempersembahkan duet balet klasik (pas de deux). Gerakan tarian mereka disorot sinar laser dengan hiasan layar bergambar bunga wijaya kusuma. Penampilan ini melambangkan masyarakat yang hidup dalam toleransi dan menerima satu sama lain meski terlahir berbeda.
Selama pembukaan, penonton disuguhi pertunjukan yang melambangkan persatuan, keajaiban, kerja sama, semangat kolaborasi, dan kesetaraan antara penyandang disabilitas dan nondisabilitas. Pertunjukan yang dibagi dalam sembilan segmen itu menampilkan unsur-unsur alam, seperti matahari, hujan, dan pesona alam bawah laut.
Sejumlah tokoh penyandang disabilitas dihadirkan sebagai inspirasi bagi masyarakat. Salah satunya adalah pendaki gunung kaki satu Sabar Gorky yang berperan memanjat tiang kapal Para-nisi untuk mengibarkan layar yang memperlihatkan logo Komite Paralimpiade Asia.
Sabar Gorky kehilangan kaki kanan setelah jatuh dari kereta api saat dirinya SMA. Kehilangan kaki tak menyurutkan semangatnya. Dia merupakan pendaki gunung kaki satu yang sudah mencapai puncak Elbrus di Rusia (5.642 mdpl), Cartenz di Papua (4.884 mdpl), dan Kilimanjaro di Tanzania (5.895 mdpl).
”Saya sangat senang karena penyandang disabilitas Indonesia disuarakan. Selama ini banyak penyandang disabilitas yang disembunyikan keluarga karena malu, dianggap aib. Padahal, mereka punya potensi luar biasa,” ujar penonton upacara pembukaan, Teti Herawati, dari Himpunan Disabilitas Wanita Indonesia, Bandung.
Selain menampilkan semangat kesetaraan, pembukaan Asian Para Games juga kental akan nilai-nilai kemanusiaan. Dalam video ”The Box” ditampilkan cerita tentang Bulan Karunia Rudianti, seorang pelajar yang meminta kursi roda kepada Presiden Jokowi. Di akhir video, Bulan bertanya kepada Presiden, ”Saya di sini. Pak Jokowi ada di mana?”
Presiden pun turun dari tribune ke tengah panggung. Kehadiran Presiden di tengah acara itu menjadi gambaran bahwa Indonesia sangat menghargai penyandang disabilitas dan akan bersikap lebih baik untuk mereka. ”Ini jadi tonggak bahwa Indonesia akan lebih ramah untuk penyandang disabilitas” kata Direktur Seremoni Inapgoc Aulia Mahariza.
Presiden bersama Bulan dan atlet panahan Paralimpiade, Abdul Hamid, lalu memanah susunan huruf DIS dari kata disability yang semula berdiri di tengah panggung. Setelah tiga huruf DIS hancur, tersisa kata ability. Tepuk tangan penonton pun mengiringi. (INA/DRI/DNA)