NASRU ALAM AZIZ / IRENE SARWINDANINGRUM / WISNU AJI DEWABRATA
·3 menit baca
PALU, KOMPAS Distribusi bantuan bagi korban gempa-tsunami Sulawesi Tengah terus dilakukan. Namun, banyak warga belum menerima. Mereka berharap distribusi lebih merata dan menjangkau daerah luas.
Minggu (7/10/2018), ratusan warga berjubel di Kantor Dinas Sosial Sulteng di Jalan Prof M Yamin, Kota Palu. Kantor itu pusat distribusi bantuan logistik. Warga mendaftar demi dapat bantuan secara berkelompok, baik berdasar posko maupun RT. Warga yang datang bukan hanya dari Kota Palu, tapi juga kabupaten tetangga, seperti Sigi dan Donggala.
Miliyanti (31), warga Desa Sidondo 1, Kecamatan Biromaru, Sigi, datang karena sejak gempa tak pernah mendapat bantuan. "Saya bersama empat keluarga lain tinggal di pekarangan," ujarnya.
Ia berharap bisa mendapat beras dan minyak goreng, karena selama mengungsi kebutuhan hidup bergantung penuh kepada tetangga. Selain itu, ibu hamil 8 bulan itu juga berharap bisa mendapat tenda karena selama ini tidur beralas tikar.
Zulkifli (48), warga yang mengungsi di Kelurahan Kabonena, Kecamatan Ulujadi, Palu, mengatakan, sejak gempa, baru Sabtu (6/10) malam dapat bantuan mi instan, air mineral, dan ikan kaleng. "Kami sangat butuh air bersih," ujarnya.
Di Kecamatan Palu Utara, distribusi bantuan diutamakan untuk pengungsi di posko pengungsian. Pengungsi tenda di depan rumah prioritas kedua.
Camat Palu Utara M Akhir Armansyah mengungkapkan, pihaknya kesulitan mendistribusikan bantuan kepada kelompok-kelompok kecil pengungsi yang membuat tenda di depan rumah. "Kalau ada bantuan, kami sisihkan sedikit untuk kelompok-kelompok kecil pengungsi. Sedangkan pengungsi di posko tidak akan terlewatkan saat pembagian bantuan," ujarnya.
Menurut Akhir, di Palu Utara terdapat sekitar 12 titik pengungsian besar dengan jumlah pengungsi mencapai 20.000 orang. Mereka mengungsi ke tanah lapang atau ke perbukitan. Sebagian pengungsi sudah pulang ke rumahnya tetapi belum berani tidur di dalam rumah.
Kepala Dinsos Sulteng Ridwan Mumu mengatakan, mulai Senin ini, bantuan akan diserahkan ke setiap kabupaten/kota terdampak untuk disalurkan langsung kepada warga yang membutuhkan. Dia menjelaskan, bantuan yang ada banyak. Namun, karena warga yang datang ke kantor Dinsos Sulteng juga banyak, jumlah bantuan yang dibagikan juga disesuaikan agar semua warga bisa menikmati.
Di lokasi lain, belum aktifnya kantor pemerintahan wilayah juga membuat distribusi bantuan terhambat. Hal itu terjadi di Kelurahan Tondo dan Kelurahan Layana Indah di Kecamatan Mantikulore, Palu.
Warga Kelurahan Tondo, Jufri (45), mengatakan, beberapa bantuan sebenarnya sudah ditawarkan ke sana. Namun, karena tak ada lurah, bantuan pun dialihkan ke lokasi lain. Banyak warga tak tahu bagaimana menghubungi lurah maupun camat wilayahnya.
"Katanya bantuan baru diberikan kalau ada tanda tangan lurah. Lalu, kami juga tidak tahu di mana kalau mau melaporkan kerusakan dan kebutuhan," ujarnya Jufri.
Kepala Rumah Sakit TNI AL Dr Ramelan Surabaya, Kolonel Laut (P) dr I Dewa Gede Nalendra juga mengharapkan lurah dan camat segera aktif. Sebab, peran mereka sangat vital untuk pendataan kebutuhan warga, terutama untuk mengumpulkan warga dari lokasi pengungsian yang sporadis ke pengungsian besar. Hal ini untuk mempermudah distribusi bantuan kesehatan.
Kantor Kelurahan Boyu, Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala, hingga hari Senin (8/10) dipastikan belum beroperasi seperti biasa, meski fisik bangunan tidak mengalami kerusakan berarti. Namun demikian, Lurah Boyu, Reni Oktara menyatakan pelayanan terhadap warganya tidak terganggu.
"Sebagai lurah saya siap melayani kapan pun warga membutuhkan," kata Reni yang sejak bencana gempa dan tsunami aktif mendata warganya yang berjumlah 850 keluarga.
Di Boyu hanya sekitar 30 keluarga yang terdampak parah. Sebanyak 41 meninggal, 16 orang di antaranya belum ditemukan. (M FINAL DAENG)