Brasil Siap Hadapi Era Baru
Kemenangan Bolsonaro membuktikan kemampuannya memanfaatkan kemarahan atas korupsi para pejabat. Pemilu putaran kedua menghadapkan dua tokoh yang berlawanan visi.
RIO DE JANEIRO, MINGGU —Jair Bolsonaro (63), calon presiden dari partai kecil, berhasil meraih suara hingga 46 persen. Dia berhasil mengangkat korupsi dan keamanan untuk menarik suara rakyat agar memilihnya.
Pemilihan yang berlangsung pada Minggu (7/10/2018) memperlihatkan Fernando Haddad, kandidat dari Partai Pekerja, tidak berkutik dengan hanya mendapat 29 persen suara. Sementara empat capres lain mendapat suara 1,3 persen hingga 12,5 persen saja. Karena tidak ada yang mendapat suara di atas 50 persen, Brasil akan mengadakan pemilu putaran kedua pada 28 Oktober.
Bolsonaro yang diusung Partai Sosial Liberal menjanjikan akan mengubah sistem yang selama ini menyuburkan korupsi, yang diyakini telah mengakibatkan ekonomi Brasil terpuruk. Mantan tentara ini juga menjanjikan akan bertindak tegas kepada para kriminal; kalau perlu, tembak di tempat bagi pelakunya. Dalam kaitan ini, dia berjanji meliberalisasi hukum penggunaan senjata. Kejahatan di Brasil sangat mengkhawatirkan; terjadi 62.000 pembunuhan dalam setahun.
Di pihak lain, Fernando Haddad dari partai kiri lebih menekankan kepada isu perjuangan terhadap keadilan dan investasi di bidang pendidikan yang lebih besar. ”Kita tidak perlu membawa senjata. Kita membawa kekuatan argumentasi untuk mempertahankan Brasil dan rakyatnya,” kata Haddad dalam kampanye tentang senjata.
Melebihi prediksi
Hasil 46 persen bagi Bolsonaro cukup mengagetkan mengingat berdasarkan jajak pendapat terbaru sebelum pemilu dia hanya diunggulkan 35 persen. Namun, Bolsonaro merasa seharusnya tak perlu ada pemilu putaran kedua. Dia menuduh ada masalah dengan pemilu.
Matthew Taylor, profesor politik Amerika Latin dari American University, sudah meramalkan kemenangan Boslonaro. ”Haddad memiliki ganjalan besar di leher karena isu korupsi dan semua retorika tentang pemakzulan dan Lula,” kata Taylor, beberapa pekan sebelum hari pemungutan suara. Haddad merupakan kandidat yang diajukan Luiz Inacio Lula da Silva, mantan presiden yang kini dipenjara karena kasus korupsi.
Analis politik dari Minas Gerais Federal University, Fernando Meireles, melihat Bolsonaro mendapat momentum. ”Kemungkinan dia memenangi pemilu (putaran kedua) sangat besar,” katanya. Sebaliknya, bagi Haddad, bukan suatu yang tidak mungkin untuk bisa menyalip Bolsonaro. Berdasarkan survei, kemungkinan Haddad menambah suara sangat besar.
Pemilu yang juga merupakan pemilihan anggota legislatif dipandang sebagai yang paling sarat polarisasi. Siapa pun yang menang kelak akan menerima tantangan berat.
Limpahan suara
Kedua capres berharap kepada pemilih dari kandidat lain yang tersingkir di putaran pertama. Banyak pemilih, terutama kaum perempuan, sudah mengisyaratkan tak akan beralih ke Bolsonaro yang dikenal dengan ucapannya yang sering menghina perempuan. ”Jangan dia”, begitu poster-poster yang dibentang di depan TPS.
Gaya bicara yang cenderung keras dan kasar mengingatkan pada retorika yang dilakukan Donald Trump atau Presiden Rodrigo Duterte.
Namun, pendukungnya melihat ini sebagai kekuatan. Mereka mengharapkan Bolsonaro akan membawa angin baru terhadap Brasil. ”Brasil ingin perubahan”, kalimat itu sering disampaikan pendukungnya. ”Kami sudah kenyang dengan korupsi. Negara kami kaya. Jangan sampai jatuh ke tangan yang salah,” kata Roselina Milhomem, pengacara pendukung Bolsonaro.
Brasil yang merupakan negara ekonomi nomor delapan terbesar mengalami resesi ekonomi dibarengi dengan angka pengangguran hingga 13 juta orang.
Jika nanti Jair Bolsonaro terpilih, diperkirakan hubungan dengan Venezuela semakin buruk. Dalam kampanye, dia berjanji lebih keras kepada negara-negara kiri. (AFP/AP/REUTERS/RET)