Korban akibat Aksi Bunuh Diri di Afghanistan Meroket
Oleh
Benny D Koestanto
·2 menit baca
KABUL, MINGGU — Perserikatan Bangsa-Bangsa mengungkapkan bahwa jumlah warga Afghanistan yang tewas atau terluka dalam serangan bunuh diri melonjak 46 persen dalam sembilan bulan pertama 2018. Otoritas PBB pada Minggu (7/10/2018) mengingatkan bahwa modus bom bunuh diri cenderung semakin dipilih kaum militan dengan target warga sipil.
Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA) menyatakan bom bunuh diri menyebabkan 2.343 korban sipil. Hal itu termuat dalam laporan khusus tentang penggunaan alat peledak yang diimprovisasi (IED) dalam konflik Afghanistan.
Dinyatakan bahwa bom bunuh diri digunakan lebih dari taktik lain, termasuk pertempuran darat. Penggunaan jenis IED, termasuk bom bunuh diri dan ranjau pelat tekanan, naik 21 persen dari tahun sebelumnya menjadi 3.634.
Pihak UNAMA memperingatkan meningkatnya jumlah serangan yang disengaja dan tidak pandang bulu terhadap warga sipil merupakan pelanggaran serius terhadap hukum humaniter internasional yang bisa menjadi kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
”Sifat tak terduga dari jenis serangan ini, yang sering kali menjauh dari pertempuran dan di daerah penduduk sipil, telah menyebabkan warga sipil Afghanistan hidup dalam ketakutan akan ledakan berikutnya, sangat membatasi kemampuan mereka untuk menjalani kehidupan normal,” demikian pernyataan UNAMA.
Lebih dari separuh penyebab jatuhnya korban warga sipil yang disebabkan oleh IED dikaitkan dengan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Sementara Taliban, kelompok militan terbesar di Afghanistan, menyumbang sekitar 40 persen.
UNAMA menyatakan banyak serangan tampaknya diarahkan secara khusus pada komunitas minoritas. Ekstremis, seperti NIIS, telah melakukan serangan mematikan terhadap sejumlah sekte di seluruh wilayah dan mengakibatkan ratusan orang tewas.
Target lain serangan termasuk stadion olahraga, masjid, klinik kesehatan, dan pusat pendaftaran pemilih. Serangan bunuh diri besar terakhir terjadi pada 2 Oktober di sebuah rapat umum pemilihan di provinsi timur Nangarhar yang menewaskan 13 orang dan melukai lebih dari 40 orang. Kelompok NIIS mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Pihak UNAMA diharapkan merilis laporan terkait korban sipil secara keseluruhan untuk periode Januari-September pada akhir bulan ini. Laporan babak pertama yang dirilis pada Juli menunjukkan jumlah warga sipil yang tewas dalam konflik pada rekor tinggi sebanyak 1.692 orang. Sebanyak 3.430 orang lainnya mengalami luka-luka. (AFP)