Saat memulai usaha, kedisiplinan dalam menjalankan business plan menjadi penting. Apalagi dalam era menjamurnya usaha rintisan (start up) sekarang ini. Membangun sebuah usaha rintisan tidaklah selalu glamor, yaitu diliput oleh media, mendapatkan banyak respons positif, atau diundang menjadi pembicara sehingga terkenal. Hal-hal itu justru membuat Anda lengah dan tidak awas terhadap kesalahan yang seharusnya bisa dihindari. Berikut ini beberapa kesalahan yang harus dihindari saat menjadi wirausaha start up.
Pelit atau royal?
Dalam dunia usaha, ada pandangan antara harus royal atau pelit mengeluarkan dana. Pandangan royal adalah seorang wirausaha harus mengeluarkan uang untuk mendapatkan uang. Adapun pelit di sini seperti pepatah ekonomi, dengan modal sekecil-kecilnya bisa mendapatkan untung sebesar-besarnya.
Namun, intinya, jangan salah memilih. Anda sebaiknya berani mengeluarkan uang untuk berinvestasi pada sumber daya manusia dan kualitas produk. Terkadang, seorang wirausaha lupa untuk berinvestasi pada keduanya dan memilih untuk promosi sebesar-besarnya.
Berpikir tidak punya kompetitor
Saat perusahaan rintisannya tumbuh dan terkenal, terkadang seorang wirausaha berpikir dia tidak punya kompetitor. Apalagi di era seperti sekarang ini, ketika semuanya seakan demi nasionalisme, seorang wirausaha terkadang terbuai. Padahal, berpikiran selalu mempunyai kompetitor adalah baik. Pemikiran itu membuat Anda selalu bisa mengantisipasi dan berpikir keras untuk selalu berinovasi dan menciptakan hal atau sistem yang baru demi perkembangan perusahaan.
Tidak ada target
Seorang wirausaha kerap lupa akan target realistis yang bisa dicapai. Mereka cenderung terperangkap pada ide-ide besar dan menetapkan target jangka panjang atau target yang sesuai dengan keinginan mereka. Bahkan, ada yang cenderung bilang, ”Jalanin saja. Kita lihat setahun ini.” Padahal, dalam menjalankan usaha rintisan, dibutuhkan target-target jangka pendek yang realistis.
Jangan bilang, ”Aku ingin menjadi seperti Traveloka, Tokopedia, atau lainnya dengan omzet ratusan juta dollar.” Tetapi, sebutkan target jangka pendek yang lebih spesifik, seperti ”Bulan ini aku ingin bisa menjual 300 produk” atau ”Aku harus bisa menaikkan omzet 10 persen”. Dari situ, Anda bisa lebih mudah menyusun peta jalan dan langkah tepat untuk bisa mencapainya.
Margin tipis? Tidak apa-apa
Kita pasti sering mendengar, ”Tidak apa-apa untung tipis. Yang penting banyak secara kuantitas.” Cobalah untuk mengubah pola pandang itu. Dalam sebuah usaha, profit yang sehat dibutuhkan agar bisnis tidak hanya berjalan, tetapi juga tumbuh. Jika sudah mendapatkan pelanggan loyal, ketika Anda menambah harga jual sedikit dengan kompensasi menambah kualitas, tentu mereka tidak akan keberatan.
Selain itu, coba lihat biaya produksi dan operasional. Bagian manakah yang kemungkinan akan berimbas buruk jika tidak ada penambahan biaya atau alat? Jika masih bisa dipertahankan, berarti kenaikan harga jual untuk mendapatkan profit tidak dibutuhkan. Namun, jika ada yang harus segera ditambahkan dan membutuhkan penambahan biaya, berarti menaikkan harga untuk mendapatkan keuntungan lebih banyak harus segera dilakukan. [VTO]