JAKARTA, KOMPAS - Langkah Dian David Michael Jacobs (41) tak terbendung sehingga sukses meraih medali emas di ajang Asian Para Games 2018 di nomor tunggal putra kelas 10 tenis meja. Medali ini menjadi pembuktian David yang bangkit mengatasi kesedihan karena ditinggal oleh almarhum ayahnya, Jan Jacobs, saat ia menjalani pemusatan pelatihan nasional untuk Asian Para Games 2018.
”Ini kejuaraan besar pertama saya tanpa didampingi ayah. Ayah saya meninggal ketika saya mengikuti pelatnas pada 5 Maret 2018,” kata David, Selasa (9/10/2018), seusai final di Ecovention Ancol, Jakarta.
Pesan terakhir sang ayah agar ia terus melakukan yang terbaik selama hidupnya, membakar semangatnya untuk terus menorehkan prestasi. Medali emas itu pun didedikasikan bagi mendiang ayahnya. David yang pernah meraih medali perunggu di Paralimpiade London 2012 juga kian bersemangat mengejar emas di Paralimpiade Tokyo 2020.
Sejak awal fase grup, Minggu (7/10), hingga semifinal, Selasa, David meraih kemenangan telak tiga set melawan atlet-atlet dari Korea Selatan dan Jepang. Di final, ia mampu menaklukkan Lian Hao dari China dengan skor 3-1 (11-4, 7-11, 11-6, 17-15).
Seusai memenangi pertandingan, David merebahkan tubuh di arena. Dalam hitungan detik, Bayu Widhie Hapsara, pelatihnya, memeluk erat atlet asuhannya. Keduanya beberapa saat berpelukan di lantai arena.
David lalu berlari ke tribune penonton untuk memeluk Neelce Jacobs (81), ibundanya, dan Jeanny Inggrid Palar (28), istrinya. Hasil ini sekaligus mematahkan keraguannya karena ia tidak menargetkan emas dari nomor tunggal. Sebelumnya, tim tenis meja menargetkan dua emas dari nomor ganda putra kelas TT10, yaitu David/Komet Akbar, dan dari ganda putra kelas 5 kursi roda, Agus Sutanto/Tatok Hardiyanto.
Pada Rabu (10/10), duo David/Akbar akan menjalani laga ganda putra untuk memperebutkan emas. David berharap kemenangan di nomor tunggal menjadi pemacu bagi dirinya dan Akbar untuk meraih emas dan bisa lolos kualifikasi Paralimpiade Tokyo 2020.
”Melihat kemenangan David, saya semakin geregetan untuk segera bertanding esok (hari ini). Kami akan matangkan kekompakan dan berusaha meraih emas kedua di cabang tenis meja,” kata Akbar.
Pelatih tenis meja Paralimpiade Indonesia, Bayu Widhie Hapsara, menyatakan, hasil yang diraih David sangat berarti untuk memotivasi atlet lainnya.
Selain dari David, kontingen RI juga menambah dua emas, yakni dari Elsa Maris (32) pada nomor tunggal putri boling 10 pin di kelas TPB 4 (tunagrahita) dan dari Sapto Yogo Purnomo pada nomor lari 100 meter putra di kelas T37 (keterbatasan koordinasi gerak). Indonesia kemarin juga meraih 5 perak dan 7 perunggu. Hingga Selasa malam, kontingen Merah Putih di posisi keenam dengan 8 emas, 13 perak, dan 18 perunggu.
Tren positif renang
Dari Stadion Akuatik Senayan, duo perenang Guntur dan Zaki Zulkarnain menjaga tren positif Indonesia, yaitu tiada hari tanpa medali di cabang renang Asian Para Games. Guntur dan Zaki masing-masing meraih medali perak dan perunggu di nomor 100 meter gaya dada punggung SB8 (keterbatasan tubuh bagian bawah). Hingga semalam, total 1 emas, 2 perak, dan 3 perunggu diraih tim renang Indonesia.
Meski hanya meraih perunggu, Zaki menangis haru saat memeluk pelatihnya. Ia meraih medali itu seusai perenang China, Yang Guanglong, didiskualifikasi. Pada perlombaan itu, Guanglong, yang meraih perunggu di Paralimpiade Rio De Janeiro 2016, finis terdepan dan unggul telak dari pesaing lainnya.
”Saya tidak menyangka bisa meraih medali (perunggu) padahal tadi finis keempat. Saya memang tidak ditargetkan medali dan tadi gugup lihat catatan waktu lawan-lawan. Ini menambah semangat,” ujar Zaki, atlet tunadaksa debutan di Asian Para Games 2018.
Menurut pelatih renang Indonesia, Bhima Kautsar, Asian Para Games 2018 bisa menjadi batu loncatan bagi perenang nasional untuk tampil di Paralimpiade Tokyo 2020. Indonesia punya kans meraih perunggu di Paralimpiade Tokyo, antara lain dari Jendi Pangabean (nomor 100 meter gaya bebas putra S9) dan Syuci Indriani (nomor 100 meter gaya dada dan 200 meter gaya ganti S14).
Syuci mengatakan, medali di Tokyo menjadi target terbesarnya. ”Saya ingin berlatih lebih keras lagi dan itu tidak akan mudah,” katanya. (DVD/JON)