NUSA DUA, KOMPAS — Investasi 78 proyek infrastruktur senilai Rp 1.304 triliun akan ditawarkan pemerintah dan investor pekan ini. Dengan begitu, diharapkan pembangunan infrastruktur dapat terealisasi tanpa perlu meningkatkan risiko utang.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, lewat anak usahanya Mandiri Sekuritas, mengoordinasikan kesepakatan investasi tersebut dalam acara Indonesia Investment Forum (IIF) 2018. Forum bertema ”A New Paradigm in Infrastruktur Financing” itu diinisiasi Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Kementerian Keuangan, dan Kementerian BUMN.
Direktur Utama PT Mandiri Sekuritas Silvano Rumantir mengatakan, sebagai langkah awal 12 badan usaha milik negara (BUMN) akan meneken kesepakatan investasi 20 proyek infrastruktur bersama investor. ”Kesepakatan ini di luar dari 78 proyek lain yang juga ditawarkan oleh BUMN,” ujarnya.
Penandatanganan nota kesepahaman akan dilakukan langsung oleh Presiden Joko Widodo dengan memanfaatkan momentum Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 di Bali, Kamis (11/10/2018), dengan nilai investasi mencapai Rp 638 triliun.
Silvano mengatakan, sesuai dengan arahan pemerintah, penyaluran pembiayaan investasi nanti tidak akan sepenuhnya bergantung pada perbankan. Sumber pembiayaan lain, seperti strategic partnership, project financing, dan pasar keuangan, juga akan dimanfaatkan.
Dari seluruh nilai investasi yang akan ditandatangani pada Kamis ini, 80 persen akan disalurkan melalui skema strategic partnership, 18 persen project financing, dan 2 persen lewat pasar keuangan.
”Jadi, investasi ke depan tidak bergantung pada cara tradisional, seperti obligasi rupiah atau IPO. Inovasi lain harus dimanfaatkan sehingga rasio risiko utang ke depan bisa tetap terjaga,” kata Silvano.
Dalam kesepakatan ini, perusahaan investasi yang berbasis di Amerika Serikat, EDB Paragon, menyiapkan investasi sekitar Rp 1,2 triliun untuk pembangunan Paramount Lombok Resort and Residence. Proyek ini digarap EBD Paragon bersama dengan PT Pembangunan Perumahan (Persero) di atas lahan seluas 7,65 hektar.
Direktur EDB Paragon Wajih Malki mengatakan, proyek properti ini adalah proyek pertama Paragon di Asia Tenggara. ”Kami sudah melihat dengan mata kepala sendiri dan saya yakin investasi di sini adalah pilihan yang tepat,” kata Wajih.
Meski Indonesia mendapat peringkat layak investasi, investor tetap selektif. Apalagi di tengah kondisi global yang tengah bergejolak, banyak negara berkembang lain yang juga berupaya menarik investasi untuk menumbuhkan perekonomian.
Hal ini mendorong Panitia Nasional Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 turut mengadakan sesi khusus bagi calon investor dalam rangka meningkatkan investasi di sektor pembangunan infrastruktur.
Deputi Direktur Departemen Pengembangan Pasar Keuangan Bank Indonesia Agustina Dharmayanti mengatakan, investor akan dipertemukan dengan regulator dan pelaksana proyek untuk membicarakan secara detail peluang investasi yang tersedia.
”Dari sesi pertemuan tersebut nanti akan jelas apa manfaat yang bisa didapat investor jika berpartisipasi,” ujarnya.
Selain mempertemukan investor dengan regulator, sesi tersebut juga menghadirkan investor yang sudah berinvestasi di proyek infrastruktur Indonesia untuk memberi testimoni dari sudut pandang sesama investor.