JAKARTA, KOMPAS — Agar kualitas layanan terjaga, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengevaluasi operasional transjakarta. Dinas Perhubungan menyiapkan sanksi kepada pihak-pihak yang sengaja menurunkan standar layanan minimal hingga merugikan penumpang.
Kepala Bidang Angkutan Jalan Dinas Perhubungan DKI Jakarta Massdes Arouffy memastikan hal itu setelah terjadinya serangkaian kecelakaan dari Januari hingga awal Oktober 2018. Menurut Massdes, evaluasi tersebut sesuai dengan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 33 Tahun 2017 tentang Standar Pelayanan Minimal Layanan Angkutan Umum Transjakarta.
Di dalam aturan itu, layanan transjakarta harus dapat memberikan keamanan, keselamatan, dan kenyamanan. Apabila standar layanan minimal itu tidak dipenuhi, sudah pasti Dinas Perhubungan DKI memberikan sanksi kepada transjakarta berupa pengurangan subsidi.
”Setiap indikator standar pelayanan minimal (SPM) memiliki bobot penilaian yang bisa memunculkan adanya penalti, yaitu pemotongan subsidi. SPM dan penalti itu menjadi cara kami untuk mengingatkan transjakarta supaya transjakarta terus berbenah,” kata Massdes, Rabu (10/10/2018) di Jakarta.
Sementara itu, Budi Kaliwono, Direktur Utama PT Transportasi Jakarta, mengatakan, kecelakaan bisa terjadi karena faktor eksternal di luar kendali operator. Namun, kecelakaan juga dapat dipicu oleh faktor internal, seperti kelalaian sopir sebagaimana yang terjadi saat transjakarta terguling di Jalan Gatot Subroto akhir September lalu.
”Kami tidak memberikan ampun untuk kelalaian sopir, baik sopir dari operator mitra maupun pun sopir transjakarta,” kata Budi.
Pemahaman akan faktor internal dan eksternal itu, lanjut Budi, menjadi bagian untuk terus mengedepankan aspek keselamatan, keamanan, dan kenyamanan layanan BRT. Hal-hal semacam itu, kata Budi, sudah selalu disampaikan Transjakarta saat pertemuan koordinasi rutin dengan operator, yaitu supaya operator mitra juga bekerja keras dengan SPM Transjakarta yang sudah ditentukan.
”Karena yang menjadi evaluasi bukan hanya masalah kecelakaan, melainkan juga ada banyak hal lain, misalnya jarak antarbus, lampu kurang terang, hingga AC kurang dingin,” ujar Budi.