Menjelang pertemuan para pemimpin Uni Eropa, 18 Oktober, negosiator Inggris dan UE bekerja intens untuk mempersempit perbedaan sehingga Brexit tidak berakhir tanpa kesepakatan.
BRUSSELS, RABU Juru runding Inggris dan Uni Eropa melakukan negosiasi tertutup di Brussels selama sepekan ini untuk mempersempit perbedaan dalam isu perbatasan Irlandia Utara. Uni Eropa diwakili oleh Sabine Weyand dan Inggris oleh Oliver Robbins, keduanya membangun apa yang disebut ”terowongan negosiasi” untuk mengulas tuntas semua ganjalan.
Masalah perbatasan Irlandia Utara merupakan ganjalan besar yang masih tersisa karena hampir semua isu lain sudah disetujui oleh kedua belah pihak.
Pada intinya, UE dan Inggris berkeinginan agar perbatasan Irlandia tetap terbuka seperti saat ini, yaitu tanpa pos penjagaan oleh militer. Namun, bagaimana penerapannya, belum ditemukan solusi karena kedua pihak saling berpegang pada kedaulatannya.
Uni Eropa menawarkan agar Irlandia Utara diberi perlakuan khusus, warga dan produk dari Irlandia Utara tetap masuk dalam bea cukai UE. Inggris menolak hal ini karena tidak menginginkan ada dua sistem bea cukai dalam satu negara.
Sebaliknya, usulan Inggris yang menginginkan hanya produk Inggris yang bergabung dengan bea cukai Eropa, tetapi tidak termasuk jasa, modal, dan orang, ditolak oleh UE karena tak sesuai dengan pilar kebijakan UE.
Persoalan perbatasan ini menjadi sensitif bagi Perdana Menteri Theresa May karena selain proposalnya tidak didukung kubu Brexit di Konservatif, pemerintahannya juga sangat tergantung dari partai ekstrem kanan Irlandia Utara (DUP) yang memiliki 10 kursi di parlemen.
Ketua DUP Arlene Foster yang bertemu dengan juru runding UE Michel Barnier di Brussels, Selasa lalu, menyatakan bahwa partainya akan menolak kesepakatan yang membuka kemungkinan dibangunnya pos-pos penjagaan di dalam wilayah Inggris, yaitu antara Irlandia Utara dan Inggris (bukan Irlandia Utara dan Republik Irlandia). ”Kami tak ingin terdapat hambatan dalam pasar internal Inggris,” kata Foster.
Jika DUP menarik dukungan koalisinya terhadap PM May, pemerintahan May akan berakhir karena Konservatif tidak memiliki kursi mayoritas di parlemen.
Itu sebabnya Menlu Irlandia Simon Coveney menduga Inggris tidak akan secara formal membuka rencana terkait perbatasan Irlandia Utara dan memilih untuk membukanya pada UE di ruangan tertutup.
Sampai November
Para pemimpin UE berharap sudah terjadi perkembangan yang signifikan terkait isu perbatasan sebelum KTT UE berlangsung pada 18 Oktober agar parlemen setiap negara memiliki waktu untuk merespons hasil kesepakatan ini.
Namun, Menteri Brexit Inggris Dominic Raab mengatakan, meski pihaknya berharap negosiasi bisa selesai pada Oktober, besar kemungkinan akan diperpanjang sampai November. Raab menolak mengungkapkan kapan London akan memublikasikan rencana terbaru terkait dengan isu perbatasan Irlandia Utara.
Hal senada disampaikan Simon Coveney yang menduga negosiasi akan berlangsung sampai November. Meski demikian, para pemimpin UE sudah menyatakan, negosiasi bisa berlanjut sampai November hanya jika terdapat perkembangan yang signifikan dalam pertemuan Oktober ini.
Untuk mengantisipasi kemungkinan Brexit berakhir tanpa kesepakatan, Irlandia, kemarin, mengumumkan anggaran untuk berjaga-jaga (Brexit-proof) senilai 1,5 miliar euro. Anggaran itu akan digunakan seandainya
Brexit mengakibatkan keguncangan ekonomi sampai ke Irlandia. Anggaran ini akan ditambah 500 juta euro setiap tahun, mulai 2019, yang merupakan tahun perceraian Inggris dan UE.
Menkeu Inggris John Glenn mengatakan, pemerintah akan berupaya sekuat tenaga agar London tetap lanjut menjadi pusat keuangan global pasca-Brexit meski sekitar 5.000 pekerjaan terkait layanan finansial akan pindah ke Eropa.