Petani Nepal Terancam Gagal Panen karena Kekeringan
Oleh
Elok Dyah Messwati
·3 menit baca
Ravi Ale telah bekerja keras membantu ayahnya mengurus 2 hektar lahan keluarga di Nepal Timur. Sayangnya, hasil panen tahun ini hanya sedikit, sementara uangnya sudah habis. Untuk menyambung hidup, bulan depan Ale berencana pergi ke India untuk mencari pekerjaan bersama dengan lima temannya satu desa.
Masalah di Nepal saat ini adalah kekeringan yang telah berlangsung selama lebih dari satu tahun. Padahal, sebelumnya wilayah di Nepal jarang sekali terkena bencana kekeringan.
”Padi dan jagung hampir gagal tumbuh karena saat seharusnya musim hujan, ternyata tidak ada hujan,” kata istri Ale, Sunita, sembari duduk di luar rumahnya di Desa Aangna yang terdiri atas 570 rumah tangga.
”Setelah musim kemarau panjang, kami mengharapkan hujan. Tapi hujan tak kunjung datang, malah kekeringan masih belum berlalu,” kata Sunita. Sunita bekerja sebagai penjahit di pasar dekat rumahnya agar bisa mendapatkan uang. Namun, dengan hasil panen dari ladang keluarga yang sangat sedikit, penghasilannya tidak cukup untuk membiayai lima anggota keluarga.
Perubahan iklim menyulitkan banyak petani di seluruh dunia, termasuk di Nepal Timur. Menurut petani Nepal, musim kemarau berkepanjangan menghantam produksi teh di wilayah tersebut, dan musim hujan yang hanya sebentar berarti sayuran dan tanaman pangan lainnya diperkirakan gagal panen di banyak daerah di Nepal.
”Kelangkaan air dan kekeringan adalah sesuatu yang asing bagi kita beberapa tahun yang lalu, tetapi sekarang kekeringan sudah kita rasakan dan itu menjadi hal yang normal,” kata Ale. Para ahli pertanian dan pejabat setempat mengatakan, mereka khawatir dengan semakin parahnya kekeringan di wilayah timur Nepal.
”Kekeringan dalam waktu yang panjang di distrik yang sebenarnya tidak terlalu rentan terhadap kekeringan adalah fakta yang mengejutkan,” kata Ananta Prakash Subedi, pakar lingkungan Universitas Pertanian dan Hutan Chitwan.
Subedi mengatakan, Program Aksi Adaptasi Nasional Nepal (NAPA) telah menempatkan wilayah Panchthar sebagai salah satu wilayah yang rentan terhadap kekeringan dalam pemetaan kerentanan tahun 2010. Kekeringan hanyalah satu masalah yang dihadapi wilayah tersebut.
Suhu yang sangat tinggi juga membawa masalah hama dan penyakit yang lebih buruk dari biasanya, juga merusak tanaman. ”Bahkan, tanaman yang sebenarnya tahan dalam situasi kering sekarang tidak dapat bertahan dalam kondisi seperti itu karena mereka dimakan hama,” kata Subedi.
Bantuan terbatas
Narahari Niraula, petugas pertanian di Kantor Pengembangan Pertanian Distrik Panchthar, mengatakan, pemerintah setempat telah menyediakan bantuan gandum dan makanan lain di daerah yang dilanda kekeringan sejak Agustus.
Namun, penduduk desa khawatir dukungan pemerintah tersebut tidak akan berkelanjutan dan mengatakan bahwa itu hanya mencakup sebagian kecil dari kerugian mereka. ” Selama satu atau dua bulan, kami dapat melakukan hal itu, tetapi kemudian kami harus berjuang sendiri,” keluh Ale yang mengatakan bahwa sebelumnya dia tidak perlu bermigrasi untuk mencari pekerjaan.
Niraula mengatakan bahwa banyak penduduk lokal telah menggunakan cadangan makanan dan hewan mereka. Kini mereka takut ancaman kelaparan memburuk, terutama jika bencana kekeringan seperti selama setahun terakhir terjadi lebih sering.
Menurut Subedi, agar desa lebih tahan terhadap tekanan iklim yang memburuk, perlu dilakukan perubahan. Mulai dari lebih banyak menyimpan air dan hasil panen hingga pengelolaan hama yang lebih baik, mengajarkan kerja lapangan dan mengajarkan teknik baru kepada petani.
Menurut warga, perubahan semacam itu sudah berlangsung di sejumlah desa di Nepal dan panen meningkat di daerah-daerah itu. Namun, menurut Ale, teknik-teknik tersebut belum mencapai Distrik Panchthar, dan sebagian karena tidak ada yang tahu bahwa cara-cara itu akan dibutuhkan.
Akibatnya, di Desa Aangna, semakin banyak petani yang sekarang ingin bermigrasi untuk mengubah nasib mereka sampai musim hujan berikutnya. ”Saya ingin tinggal di sini bersama keluarga, tetapi pada saat yang sama saya tidak dapat melihat anak-anak saya kelaparan,” kata Ale. (THOMSON REUTERS FOUNDATION)