AMBON, KOMPAS — Proses penertiban lokasi tambang liar di Gunung Botak, Pulau Buru, Maluku, mulai dilakukan pada Kamis (11/10/2018). Namun, dikhawatirkan petambang akan kembali lagi setelah penutupan. Pemerintah daerah diminta mengambil langkah lanjutan setelah penutupan itu.
”Perkara menutup tambang ilegal Gunung Botak itu hal mudah. Polri yang didukung TNI dapat melakukan hal itu. Namun, masalahnya, setelah ditutup, program apa yang dilakukan terhadap kawasan itu?” ujar Kepala Bidang Humas Polda Maluku Komisaris Besar Mohammad Rum Ohoirat.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, penutupan aktivitas tambang liar di Gunung Botak pernah dilakukan puluhan kali sejak mulai beroperasi pada Oktober 2011. Namun, setelah ditutup, petambang kembali menggarap lokasi itu. Aparat, kata Rum, kewalahan menghadapi kondisi semacam itu.
Menurut dia, sulit bagi aparat mengawal lokasi itu setiap saat lantaran jumlah personel terbatas. Lokasi tersebut seluas lebih kurang 500 hektar. Banyak pintu masuk sehingga sebagian besar titik tidak terkawal dengan baik. Bahkan, ada petambang yang nekat masuk pada malam hari.
”Masalahnya tidak mudah menempatkan aparat di sana. Butuh banyak pasukan dan dukungan logistik yang banyak. Itu anggarannya dari mana?” ujar Rum.
Kepala Bagian Humas Pemerintah Provinsi Maluku Bobby Palapia mengatakan, Pemprov Maluku juga sudah berupaya maksimal untuk menutup lokasi itu. Semua sumber daya sudah dikerahkan. ”Semua pihak harus bergandengan tangan secara serius untuk menangani Gunung Botak. Sekali lagi harus serius,” ujarnya.
Sejauh ini, Pemprov Maluku sudah mengizinkan salah satu perusahaan untuk membersihkan lokasi yang tercemar. Perusahaan tersebut pun diberi izin untuk mengolah emas. Namun, keberadaan perusahaan itu belakangan menjadi perdebatan lantaran banyak titik dengan pencemaran paling tinggi belum juga digarap.
Pada 2016, Komando Daerah Militer XVI/Pattimura di bawah pimpinan Mayor Jenderal Doni Monardo saat itu pernah melakukan penghijauan di Gunung Botak yang sempat ditutup selama hampir satu tahun. Sayangnya, upaya itu tidak disambut baik oleh pemerintah daerah. Tanaman yang dimobilisasi dengan susah payah oleh anggota TNI AD dari Bogor, Jawa Barat, banyak yang mati.
Rum menambahkan, saat ini tim penyelidik dari Badan Reserse Kriminal Polri berada di Gunung Botak untuk melakukan penyelidikan. Terkait apa dugaan tindak pidana, Rum mengaku belum tahun. ”Bersabar saja. Nanti akan disampaikan kepada publik,” katanya.