Hunian Korban Likuefaksi Akan Direlokasi ke Empat Wilayah
Oleh
Ayu Pratiwi
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Empat wilayah di Palu, Sulawesi Tengah, dan sekitarnya, apabila dipastikan aman terhadap bencana alam, berpotensi dijadikan sebagai lokasi hunian tetap, khususnya untuk para korban yang terdampak fenomena likuifaksi akibat bencana gempa yang melanda Sulawesi Tengah sejak 28 September 2018. Bangunan di wilayah yang terkena likuifaksi tidak bisa dibangun lagi.
Keempat wilayah yang ditunjukkan oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang itu adalah Talise, Duyu, Tondo, Sigi Biromaru, dan Balaroa. Wilayah itu akan diperiksa oleh Badan Geologi dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk dipastikan keamananannya terhadap bencana alam.
Keempat wilayah dengan total luas sekitar 700 hektar itu disampaikan oleh Dirjen Tata Ruang Kementerian ATR Abdul Kamarzuki seusai seminar tentang geologi di Kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta, Jumat (12/10/2018). ”Hak guna bangun di keempat lokasi itu sebentar lagi habis sehingga proses pengadaannya nanti mudah,” ucapnya.
Selain itu, ada pula Balaroa yang sedang dipertimbangkan menjadi salah satu tempat yang berpotensi menjadi lokasi hunian tetap. Namun, status tanahnya, kata Abdul, belum jelas.
Rudy Suhendar, Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, menyampaikan, identifikasi keamanan di keempat wilayah itu ia targetkan selesai dalam satu bulan dari sekarang. Apabila dinyatakan aman, keempat wilayah itu akan dijadikan sebagai wilayah hunian tetap bagi korban bencana, khususnya yang wilayahnya terdampak likuefaksi.
”Lokasi (yang terkena likuefaksi) tidak bisa dibangun lagi karena bisa runtuh suatu saat. Tanah di lokasi itu tidak pure lagi dan terdiri dari bangunan-bangunan yang hancur,” ujar Rudy.
Ignasius Jonan, Menteri ESDM, menekankan pentingnya memetakan wilayah mana saja yang bisa digunakan untuk aktivitas manusia. ”Dengan demikian, diharapkan kerusakan akibat bencana dapat diminimalkan,” katanya.
Laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, likuefaksi terjadi di empat tempat, yakni di Kelurahan Petobo, Kota Palu; Jalan Dewi Sartika, Palu Selatan, Biromaru, Kabupaten Sigi; dan Desa Sidera, Kabupaten Sigi. Di daerah Petobo, Biromaru, Jono Oge, dan Sidera diperkirakan banyak korban terendam lumpur setinggi sekitar tiga meter. Sementara sebagian Kota Palu tertimbun lumpur hitam setinggi lima meter.
Selain itu, fenomena likuefaksi di Perumnas Balaroa, berjarak sekitar 2,6 kilometer dari laur Sesar Palu-Koro, mengakibatkan 1.747 rumah rusak. Di Perumnas Petobo, berjarak 1 kilometer dari jalur Sesar Palu-Koro, 744 rumah rusak (Kompas.id, 3/10/2018).
Hingga Kamis (11/10/2018) siang, BNPB mencatat jumlah korban meninggal dunia bencana gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah mencapai 2.073 orang. Pencarian, penyelamatan, dan evakuasi korban berakhir pada Jumat ini.