Jangan Lupakan Investasi Pendidikan dan Kesehatan Anak!
Oleh
Benny D Koestanto
·2 menit baca
LONDON, KAMIS — Pemerintah negara-negara di dunia wajib berinvestasi dalam bidang perawatan kesehatan dan pendidikan untuk anak-anak. Menurut Bank Dunia, Kamis (11/10/2018), hal itu diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Lembaga global itu mendefinisikan modal manusia sebagai pengetahuan, kesejahteraan, dan keterampilan seseorang yang diakumulasikan sepanjang hidup.
Menurut Human Capital Index Bank Dunia yang dirilis kemarin, lebih dari setengah semua anak yang lahir tahun ini akan kehilangan separuh dari potensi pendapatan seumur hidup mereka karena kemiskinan, kesehatan yang buruk, dan kurangnya pendidikan.
”Modal manusia adalah pendorong utama pertumbuhan ekonomi inklusif yang berkelanjutan, tetapi sayangnya investasi dalam kesehatan dan pendidikan belum mendapat perhatian yang layak," kata Presiden Kelompok Bank Dunia Jim Yong Kim dalam sebuah pernyataan.
Lembaga ini mencatat bahwa pengembangan sumber daya manusia adalah kunci untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sepanjang abad ke-20, terutama di negara-negara di Asia Timur. Namun, merujuk pada laporan itu, banyak pemerintah mengabaikan modal manusia, yang akan penting untuk mendorong dan membawa keberhasilan dalam ekonomi di masa depan.
Para penulis dalam laporan itu mencatat bahwa berinvestasi dalam sumber daya manusia membuat orang lebih produktif, fleksibel, dan inovatif-keterampilan yang menjadi semakin penting ketika tempat kerja berevolusi sebagai tanggapan terhadap perubahan teknologi yang cepat.
”Indeks ini menciptakan garis langsung antara meningkatkan hasil di bidang kesehatan dan pendidikan, produktivitas, serta pertumbuhan ekonomi,” kata Kim. ”Saya berharap itu mendorong lebih banyak negara untuk mengambil tindakan segera dan berinvestasi lebih banyak—dan lebih efektif—bagi warga mereka.”
Dengan menganalisis indikator seperti kematian anak serta tingkat pendidikan dan kesehatan, laporan Bank Dunia menemukan bahwa 56 persen anak yang lahir di seluruh dunia tahun ini hanya akan mencapai setengah dari potensi penghasilan mereka. Survei ini menempatkan 157 negara menurut seberapa produktif generasi pekerja mereka nantinya. Chad, Sudan Selatan, dan Niger berada di daftar paling bawah, sementara Singapura, Korea Selatan, dan Jepang berada di posisi teratas.
Negara-negara yang mencetak 0,5 dari 1 pada indeks—yang berarti mereka kehilangan setengah dari potensi ekonomi masa depan mereka—diperkirakan kehilangan 1,4 persen dalam pertumbuhan ekonomi tahunan selama 50 tahun. Sebaliknya, jika anak-anak yang lahir di negara-negara seperti Azerbaijan, Ekuador, dan Thailand—yang semuanya mendapat nilai 0,6—menerima pendidikan dan kesehatan berkualitas penuh, mereka akan menjadi 40 persen lebih produktif pada saat mereka memasuki dunia kerja. (REUTERS)