Khashoggi, Catatan Harian di Istanbul, dan 15 Pria Misterius dari Arab Saudi
Hari Selasa, 2 Oktober 2018, kota Istanbul berbalut cuaca cerah.
Jamal Khashoggi masuk dengan bahagia ke Konsulat Arab Saudi di kota itu. Ia datang untuk mengurus berkas yang dibutuhkan untuk menikahi tunangannya, Hatice Cengiz. Selama Khashoggi masuk ke dalam konsulat, Cengiz menunggu di luar. Sepuluh hari sudah berlalu, Cengiz masih harus menunggu. Khashoggi tidak diketahui keberadaannya setelah masuk konsulat.
Banyak orang tak menduga, nasib Khashoggi diselimuti misteri dan ketidakjelasan justru saat ia berada di negara yang dia yakini paling aman bagi warga Arab Saudi. Lebih dari setahun terakhir, wartawan veteran berusia 59 tahun itu tinggal di pengasingan Amerika Serikat. Menurut rekan-rekan dan koleganya, Khashoggi pernah berkata, dengan tinggal di AS, ia bisa menulis bebas. Sebuah kemewahan yang mustahil diperoleh di negara asal, Arab Saudi.
Di ”Negeri Paman Sam”, Khashoggi secara rutin menulis kolom di harian The Washington Post. Melalui tulisan-tulisan di salah satu koran terkemuka di AS itu, ia menulis aneka kritik terhadap Pemerintah Arab Saudi, seperti langkah Riyadh membungkam pihak-pihak yang berseberangan dengan negara, keputusan terlibat perang di Yaman, serta sanksi dan blokade terhadap Qatar.
Melalui tulisan-tulisan di harian The Washington Post, Khashoggi menyuarakan aneka kritik terhadap Pemerintah Arab Saudi.
Meski demikian, keamanan masih menjadi kekhawatiran Khashoggi. Bukan hanya terkait keselamatan dirinya, melainkan juga keluarganya. Di mata Khashoggi, Turki memberikan setitik oase rasa aman baginya. Di negeri itu, ia punya banyak kenalan pejabat tinggi, termasuk beberapa penasihat Presiden Recep Tayyib Erdogan. Khashoggi percaya ia akan aman di Turki.
”Dia bilang, negara teraman bagi warga Arab Saudi adalah Turki,” kata Yasin Aktay, penasihat Presiden Erdogan, sekaligus teman Khashoggi.
Rencana hidup baru
Di tengah kekhawatiran soal keamanan dirinya, produktivitas dan aktivitas Khashoggi tidak mereda. Ia terus aktif menulis dan menyambangi sejumlah negara. Pada Mei lalu, Khashoggi menghadiri sebuah konferensi di Istanbul. Menurut penuturan Cengiz dan teman dekat Khashoggi, di konferensi itulah Khashoggi bertemu Cengiz. Perempuan Turki yang lebih muda 23 tahun.
Hubungan di antara keduanya berkembang dengan cepat menjadi hubungan lebih personal. Khashoggi pun mengutarakan niatnya untuk memulai hidup baru bersama Cengiz. Bulan Agustus lalu, mereka memutuskan menikah di Turki, tempat Cengiz tinggal dan menghabiskan sebagian besar hidupnya.
”Jamal sudah membeli apartemen di Istanbul, dan kami sedang mengisi perlengkapan di rumah baru kami itu,” kata Cengiz kepada kantor berita Reuters, 9 Oktober lalu. ”Kami berencana menikah pekan ini sebelum Jamal kembali terbang ke Washington.”
Pilihan menikah di Istanbul bukan tanpa alasan. Di kota Istanbul itu, masjid-masjidnya mengingatkan Khashoggi pada masjid-masjid di kota kelahirannya, Madinah, Arab Saudi.
Sesuai undang-undang di Turki, Khashoggi—yang berstatus duda—harus memiliki surat keterangan yang membuktikan bahwa saat ini ia tidak berstatus menikah. Undang-undang di Turki melarang poligami. Menurut temannya di Eropa, Khashoggi pernah bertanya, apakah dia bisa mengurus surat keterangan itu di Kedutaan Arab Saudi di Washington. Namun, Khashoggi diberi tahu, Turki adalah tempat yang pas untuk mengurus hal itu.
Cengiz memperkuat cerita tersebut. Ia mengatakan, Khashoggi tidak akan mengurus dokumen tersebut di Istanbul andai saja bisa mengurus di tempat lain. Namun, petugas Arab Saudi menepis hal itu. Anggapan bahwa Khashoggi sengaja diarahkan untuk pergi ke Istanbul adalah keterangan yang ”tidak akurat”.
Teman Khashoggi di Eropa telah memperingatkan agar Khashoggi tidak mengurus dokumen di Istanbul karena khawatir aparat Arab Saudi menangkapnya saat ia menginjakkan kaki di konsulat Saudi.
Teman Khashoggi di Eropa itu telah memperingatkan agar Khashoggi tidak mengurus dokumen tersebut di Istanbul karena khawatir bahwa aparat Arab Saudi menangkapnya saat ia menginjakkan kaki di konsulat Arab Saudi. ”Ia mengatakan kepada saya, tidak ada jalan selain mengurus surat keterangan itu di kantor konsulat di Turki,” ujar sang teman di Eropa, yang sering saling kontak dengan Khashoggi beberapa hari sebelum Khashoggi menghilang.
Bahkan, dengan percaya diri, Khashoggi berusaha meyakinkan bahwa berkat koneksi yang bagus di Turki, demikian kata Khashoggi, ”Tidak ada orang yang bisa menggangguku di Istanbul.”
Akhirnya, Khashoggi mendatangi konsulat Arab Saudi tanpa perjanjian di Istanbul, Jumat, 28 September 2018. Cengiz menunggu di luar. Kunjungan pertama itu berjalan mulus. Khashoggi bercerita kepada Cengiz dan beberapa temannya yang lain bahwa petugas konsulat memperlakukan dirinya dengan sopan. Petugas konsulat menerangkan, butuh waktu untuk menyiapkan dokumen yang diperlukan Khashoggi.
Khashoggi bertukar nomor telepon dengan petugas konsulat bernama Sultan. Menurut Sultan, dokumen itu akan selesai pada awal pekan berikutnya. ”Ia keluar dengan tersenyum. Dia bilang, ’Insya Allah saya akan mendapatkan dokumen itu setelah saya tiba dari London’,” kenang Cengiz.
Hari Jumat itu juga, Khashoggi terbang ke London untuk menghadiri sebuah konferensi. Di acara ini, ia ditanya rekan-rekannya soal ancaman dari otoritas Arab Saudi terkait tulisan-tulisan dan komentarnya. ”Salah satu kolega saya bertanya tentang kemungkinan status kewarganegaraan Arab Saudi-nya dicabut,” kata Daud Abdullah, Direktur Middle East Monitor, yang menyelenggarakan konferensi tersebut.
”Dia mengabaikan hal itu. Dia pikir, otoritas (Arab Saudi) tidak akan sampai berbuat sejauh itu.”
Seorang pembangkang warga Saudi lainnya di pengasingan yang berbicara dengan Khashoggi sehari sebelum menghilang menyatakan, rekan Khashoggi waswas Khashoggi mengalami interogasi oleh aparat Saudi, tetapi hal itu tidak terjadi. Rekan lainnya, aktivis Palestina-Inggris Azzam Tamimi, yang bertemu Khashoggi di London mengatakan, Khashoggi ”kelihatan tidak takut sama sekali. Sebaliknya, ia rileks dan kalem”.
Tamimi sempat mengantar Khashoggi ke bandar udara di London.
Jam tangan Apple
Pada Senin (1/10/2018), Khashoggi tiba lagi di Istanbul dari London.
Selasa pagi, ia menelepon petugas Konsulat Arab Saudi yang bernama Sultan itu. Sultan memberi kabar kepada Khashoggi, dokumen bisa diambil pada hari itu juga pukul 13.00.
Khashoggi datang ke konsulat bersama Cengiz. Setiba di konsulat, sebuah bangunan tidak terlalu tinggi di pinggir kawasan pusat bisnis kota Istanbul, Khashoggi menitipkan dua telepon selulernya kepada Cengiz. Khashoggi berpesan, andaikata ia tidak keluar lagi, Cengiz harus menelepon Aktai, ajudan Presiden Erdogan. Khashoggi masuk ke konsulat dengan masih mengenakan jam tangan Apple warna hitam yang terkoneksi dengan salah satu telepon selulernya.
Seorang pejabat Pemerintah Turki dan pejabat senior keamanan negara itu mengatakan, dua perlengkapan elektronik yang tersambung satu sama lain itu menjadi pusat penyelidikan dalam kasus hilangnya Khashoggi. ”Kami telah memastikan bahwa (jam tangan) itu masih ada padanya saat ia (Khashoggi) masuk ke dalam konsulat,” ujar seorang pejabat keamanan.
Para penyelidik berusaha menentukan informasi apa yang dikirimkan jam tangan itu ke telepon selulernya. ”Petugas intelijen, kantor jaksa penyelidik, dan sebuah tim teknologi sedang mengerjakan hal itu. Turki tidak memiliki jam tangan itu sehingga kami berusaha mencari jawabannya melalui peranti yang tersambung dengannya,” kata pejabat keamanan tersebut menambahkan.
Dua perlengkapan elektronik milik Khashoggi yang tersambung satu sama lain menjadi pusat penyelidikan dalam kasus hilangnya Khashoggi.
Beberapa pakar teknologi menyebutkan, jam tangan Apple itu bisa memberikan data soal lokasi dan angka detak jantung. Tetapi, apa yang bisa diperoleh para penyelidik bergantung pada model jam tangan, apakah jam tangan itu tersambung dengan internet, dan apakah jam tangan itu cukup dekat dengan iPhone untuk disinkronkan.
Ketika Khashoggi tak kunjung keluar dan muncul, Cengiz bercerita, ia awalnya masih berharap Khashoggi sudah memperoleh dokumennya. Mungkin saat itu Khashoggi masih ngobrol dengan staf konsulat. ”Namun, setelah waktu berlalu dan para pegawai konsulat satu demi satu pulang, sementara dia (Khashoggi) belum juga keluar, saya mulai panik,” kata Cengiz.
Cengiz lalu menelepon Aktay, ajudan Presiden Erdogan, sekitar pukul 16.30, dan memberi tahu kepadanya bahwa Khashoggi menghilang. Segera setelah mendapat telepon itu, tutur Aktay, ia mengontak pasukan keamanan Turki dan sejumlah pejabat intelijen. ”Tentu saya juga menelepon kantor presiden, yang saat (Presiden Erdogan) sedang berada di rapat komite senior partai,” ujar Aktay.
”Setelah sekitar setengah jam, semua orang telah mendapatkan kabar dan siap melakukan langkah-langkah yang diperlukan dalam kasus ini. Dan tentu saja, kemudian periode waktu lama yang penuh ketegangan dan harapan dimulai.”
Sehari kemudian, Rabu, 3 Oktober, media lokal dan internasional melaporkan hilangnya Khashoggi. Otoritas Turki menyatakan, tidak ada bukti yang menunjukkan Khashoggi keluar dari konsulat, dan mereka yakin dia masih berada di dalam. Pihak Arab Saudi menepis balik bahwa Khashoggi telah meninggalkan konsulat dan mereka tengah menyelidiki kasus ini.
Dua petugas keamanan Turki mengatakan, rekaman kamera keamanan menunjukkan Khashoggi belum keluar dari konsulat lewat dua pintu yang ada.
Sejak itu, berbagai dugaan beredar. Sebagian menduga jurnalis senior itu dibunuh di dalam kompleks konsulat. Sebagian lagi menduga warga Saudi yang tinggal di Amerika Serikat dan Turki itu dibawa paksa dari konsulat ke Arab Saudi. Belum satu pun dugaan yang terbukti.
Arab Saudi membantah tudingan-tudingan itu dan berkeras Khashoggi sudah meninggalkan konsulatnya. Walakin, sampai sekarang Arab Saudi tidak memberikan bukti apa pun untuk mendukung klaimnya. Riyadh mengatakan, sistem kamera pengawas konsulat sedang rusak pada hari kedatangan Khashoggi.
Sebaliknya, aneka informasi yang bertentangan dengan klaim Riyadh terus bermunculkan. Awalnya, sejumlah pejabat Turki menyebut, Khashoggi dibunuh di dalam konsulat. Selanjutnya, tersiar rekaman kamera pengawas di sekitar konsulat dan bandara Turki. Rekaman itu disiarkan media-media Turki yang dikenal dekat dengan pemerintah.
15 pria misterius
Bocoran informasi berlanjut soal kedatangan 15 pria dari Arab Saudi dengan menumpang pesawat pribadi dan umum. Mereka tiba di Turki pada hari Khashoggi masuk ke konsulat.
Pesawat pertama mengangkut sembilan orang dan tiba pada Selasa dini hari. Sementara enam orang lainnya datang dengan pesawat penumpang umum. Selanjutnya pada Selasa siang, datang satu pesawat pribadi lainnya dari Riyadh. Tidak ada laporan soal penumpangnya.
Seluruh pria itu terekam masuk konsulat pada hari yang sama dengan kedatangan Khashoggi. Menurut keterangan beberapa sumber, sebagian lagi terekam meninggalkan konsulat beberapa jam setelah datang dengan naik dua mobil dan kembali ke bandar udara. Mobil ketiga juga meninggalkan konsulat pada waktu bersamaan, tetapi menuju ke arah sebaliknya.
Para penyelidik berusaha menelusuri rute kendaraan-kendaraan itu dengan menganalisis rekaman kamera pemantau. Saat dikonfirmasi mengenai berita kedatangan 15 pria dan mobil-mobil yang mereka gunakan itu, Konsulat Arab Saudi di Istanbul menyerahkan pertanyaan soal itu kepada otoritas Arab Saudi yang tidak memberikan tanggapan atau jawaban atas upaya konfirmasi.
Dalam rekaman yang beredar, sejumlah kendaraan dengan tanda nomor kendaraan diplomatik meninggalkan konsulat sekitar pukul 15.00. Padahal, hari itu dinyatakan 28 anggota staf konsulat diliburkan. Sebagian kendaraan itu, setelah melewati rute berputar, menuju ke bandara.
”Ini situasi yang sangat misterius. Para diplomat itu datang dengan jet-jet pribadi, berada di Turki selama beberapa jam, dan pergi lagi. Sangat mudah bagi mereka melewati petugas keamanan karena kekebalan diplomatik yang mereka miliki,” ujar salah satu sumber keamanan.
Milik Pemerintah Saudi
Menurut laman Flight Tracker, sistem daring yang merekam data perjalanan pesawat, pesawat jet pribadi yang membawa sembilan pria pada Selasa (2 Oktober) dini hari itu terdaftar pada perusahaan bernama Sky Prime Aviation Services. Seorang petugas di perusahaan itu mengonfirmasi, Sky Prime Aviation memiliki pesawat jet tersebut. Dan pada 2 Oktober lalu, pesawat itu digunakan melayani penerbangan. Ia menambahkan, perusahaan Sky Prime Aviation dimiliki perusahaan swasta di Arab Saudi.
Dua sumber di kalangan industri penerbangan mengonfirmasi bahwa perusahaan tersebut milik Pemerintah Arab Saudi. Pemerintah Arab Saudi menolak diminta konfirmasi mengenai hal itu.
Setiba di Istanbul, ke-15 pria itu mendaftar masuk secara cepat di dua hotel, yakni Movenpick dan Wyndham, yang dekat dengan konsulat Arab Saudi. Pihak hotel tidak bersedia memberikan keterangan soal kedatangan 15 orang tersebut.
Selain rekaman, beredar pula informasi soal rute penerbangan jet-jet asal Riyadh tersebut selepas meninggalkan Istanbul. Jet yang datang pada Selasa siang meninggalkan Istanbul bersama 6 dari 15 pria Saudi yang datang pada hari itu. Jet itu terbang pada Selasa malam dari Istanbul, lalu transit di Kairo, Mesir, sebelum melanjutkan penerbangan ke Riyadh, Rabu pagi.
Menjelang Selasa tengah malam, jet yang datang pada Selasa dini hari itu terbang bersama tujuh pria Saudi. Jet itu singgah di Abu Dhabi sebelum melanjutkan penerbangan ke Riyadh, Rabu pagi. Adapun dua dari sisa 15 orang lainnya itu naik penerbangan umum.
Sebuah sumber di Arab Saudi menyebutkan, intelijen Inggris yakin ada upaya untuk membuat Khashoggi mabuk yang berakhir dengan kondisi overdosis. Informasi ini disebutkan berasal dari intelijen Inggris. Saat dihubungi, intelijen Inggris tidak mau memberikan komentar. Dikonfirmasi mengenai hal itu, seorang pejabat Arab Saudi mengatakan, ”Kematiannya tidak benar.”
Penyebaran informasi tidak berhenti sampai di situ. Tidak lama setelah wajah 15 pria itu tersebar, internet dibanjiri informasi soal nama dan jabatan mereka di Arab Saudi. Mereka diidentifikasi sebagai tentara dan petugas intelijen Arab Saudi. Jejak digital sebagian pria itu menunjukkan mereka dekat dengan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman. Salah satu di antara mereka teridentifikasi sebagai ahli forensik.
Identitas mereka sudah diketahui. Sementara, aktivitas mereka di Turki tidak diketahui. Demikian pula nasib Jamal Khashoggi. Sampai kapan kasus hilangnya Khashoggi ini berkabut misteri? (AP/REUTERS)