Meski baru 5,8 kilometer, pengoperasian Tol Depok-Antasari (Desari) memiliki arti penting. Sesuai namanya, tol ini diharapkan memperlancar arus kendaraan antara Jakarta dan Depok. Tol ini jadi alternatif dari jalur konvensional antara Jalan Lenteng Agung dan Margonda. Tol Desari juga terhubung dengan jaringan Tol Lingkar Luar Jakarta atau JORR.
Ke depan, Tol Desari tak hanya berakhir di Bojong Gede. Pemerintah telah meminta badan usaha jalan tol, PT Citra Waspphutowa, untuk melanjutkan pembangunan sampai ke Sela Benda, Kabupaten Bogor sehingga panjangnya bertambah dari 21,6 kilometer (km) jadi 28 km. Tol ini juga direncanakan tersambung dengan ruas Tol Bogor Ring Road.
Ke depan, Tol Desari juga akan tersambung dengan Tol Ciawi-Sukabumi. Dengan demikian, Tol Desari akan sejajar dengan ruas Tol Jagorawi sekaligus jadi alternatif bagi masyarakat baik ke arah Bogor maupun Jakarta.
Prinsipnya, jalan tol merupakan jalur alternatif dan baru dibangun setelah jalur utama terbangun. Dengan demikian, masyarakat tetap memiliki pilihan untuk melalui jalan lain, tidak harus lewat tol. Dari sisi fungsi, jalan tol pada dasarnya dibangun untuk memperlancar arus logistik dan pengguna jarak jauh.
Di wilayah Jabodetabek, tol telah menjadi urat nadi mobilisasi arus barang maupun orang. Banyak tol sudah sangat padat. Rata-rata jumlah total perjalanan di Jabodetabek pada 2015 sebanyak 47,5 juta pergerakan per sehari. Jumlah itu mencakup pergerakan di dalam Jakarta, keluar Jakarta, maupun ke dalam Jakarta.
Sementara dalam sehari rata-rata terdapat 4,4 juta transaksi di seluruh jalan tol Indonesia. Dari jumlah itu, 80 persen atau sekitar 3,52 juta transaksi ada di tol Jabodetabek. Contohnya, ruas Tol JORR yang awalnya di pinggiran Jakarta, kini seakan sudah di tengah kota dengan pusat perkantoran yang berkembang di kanan kirinya.
Agar fungsinya lebih optimal, tol mesti saling tersambung menjadi sebuah jaringan. Di Jabodetabek, Tol JORR yang dibangun bertahap telah membentuk sebuah ‘cincin’ yang melingkari Jakarta dari timur sampai ke barat. Jaringan itu kemudian tersambung dengan ruas-ruas yang mengarah ke barat atau timur, semisal dengan tol Becakayu atau tol Jakarta-Cikampek.
Demikian pula Tol Desari yang akan tersambung Tol JORR II yang kini sedang dibangun. Tol JORR tersebut akan menjadi ‘cincin’ tol berikutnya. Sebenarnya, tol JORR II sudah lama direncanakan pembangunannya. Namun, pembebasan lahan selama ini menjadi kendala. Sebagai gambaran, ruas Cengkareng-Batu Ceper-Kunciran telah tanda tangan perjanjian pengusahaan jalan tol (PPJT) pada 2009, ruas Kunciran-Serpong pada 2008, dan ruas Serpong-Cinere pada 2011.
Kemudian ruas Cinere-Jagorawi tanda tangan PPJT pada 2006, ruas Cimanggis-Cibitung pada 2011, ruas Cibitung-Cilincing pada 2007, ruas Depok-Antasari pada 2006, ruas Bekasi-Cawang-Kampung Melayu pada 2007 meski mulai dibangun sejak 1996, dan ruas Bogor Ring Road pada 2006. Beberapa ruas JORR II akan beroperasi secara bertahap, seperti tol Desari, mulai tahun ini, tahun 2019, sampai 2020.
Meski demikian, jalan tol tetap menjadi jalur alternatif dari jalur utama. Untuk di perkotaan seperti Jabodetabek, pergerakan orang mesti pertama-tama dilayani oleh angkutan transportasi massal, bukan jalan tol. Bahkan, melalui kebijakan integrasi sistem transaksi di jalan tol, pemerintah menggaris bawahi bahwa tol pertama-tama diperuntukkan untuk memperlancar arus logistik.
Oleh karena itu, tarif kendaraan golongan II sampai V justru mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan kendaraan yang menempuh jarak dekat. Pengguna tol yang biasa menempuh jarak pendek seakan disarankan untuk menggunakan jalur non tol atau memanfaatkan angkutan umum.