JAKARTA, KOMPAS - Pendidikan yang siap menghadapi Revolusi Industri 4.0 tidak sekadar memastikan penguasaan dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Justru yang paling mendasar, Pendidikan atau Education 4.0 menguatkan nilai-nilai dan kompetensi dalam diri siswa untuk mampu mengembangkan kreativitas sehingga siap menyongsong perubahan yang cepat.
"Memaknai Pendidikan 4.0 bukan fokus pada program mengadakan satu tablet untuk satu siswa. Tetapi memampukan siswa untuk mengembangkan cara berpikir kritis, kreatif, dan berkolaborasi dengan memanfaatkan TIK. Hal ini yang mesti dipahami bersama, utamanya oleh pendidik di sekolah,"kata Staf Ahli Bidang Inovasi dan Daya Saing, Kemdikbud Ananto Kusuma Seta dalam pembukaan seminar nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang digelar Pustekkom dengan tema Menyiapkan Generasi Emas dengan Pendidikan 4.0 yang Berkualitas di Jakarta, Kamis (11/10/2018).
Menurut Ananto, literasi digital semakin penting dalam pendidikan 4.0. Hal ini memang membutuhkan dukungan dalam koneksi internet yang baik ke sekolah. Jangan sampai ada sekolah yang tidak terkoneksi internet.
Sementara itu, Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (Pustekkom) Gogot Suharwoto mengatakan perkembangan dan kemajuan TIK memberi peluang kepada pendidik untuk memanfaatkan TIK dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan demikian, peserta didik meningkat hasil belajarnya.
"Pustekkom mengembangkan Rumah Belajar yang dapat diakses secara gratis untuk mendukung Pendidikan 4.0. Kami mendorong pemanfaatan Rumah belajar di semua sekolah melalui dukungan Duta Rumah Belajar dari guru di 34 provinsi," kata Gogot.
Ketua Umum Pengurus Besar Republik Indonesia (PGRI) Unifah Rosyidi mengatakan guru harus berubah dan mau belajar untuk memanfaatkan TIK dalam pembelajaran. PGRI sebagai organisasi profesi guru yang mendukung peningkatan kualitas guru mengembangkan PGRI Smart Learning and Character Center yang memberikan pelatihan dalam penguasaan pedagogi siber bagi guru secara gratis.
"Pembelajaran digital membuat demokrasi dalam pengetahuan. kebenaran tidak lagi dikuasai guru di dalam kelas. Karena itu, pola pembelajaran harus dikembangkan ke arah yang lebih kreatif, partisipatif, dan menyeluruh," kata Unifah.
Menurut Unifah, peran guru perlu dikuatkan dalam mengajarkan etika, budaya, kebijaksanaan, pengalaman, hingga empati sosial. "Nilai-nilai inilah yang tidak dapat diajarkan mesin," kata Unifah.