Penerbangan Komersial Terpanjang di Dunia Tiba di New York
Oleh
Ilham Khoiri
·3 menit baca
NEW YORK, KOMPAS — Penerbangan komersial terpanjang di dunia, antara Singapura dan New York, dengan pesawat Airbus A350-900 Ultra Long Range terbaru milik Singapore Airlines mendarat di Newark Liberty International Airport, New York, Amerika Serikat, Jumat (12/10/2018), pukul 05.23 pagi waktu setempat. Bertolak dari Changi International Airport pukul 23.45 malam waktu lokal, total perjalanan sepanjang 16.700 kilometer itu ditempuh dalam waktu 17,25 jam.
”Terima kasih sudah turut menjadi bagian dari penerbangan komersial terlama di dunia,” kata Kepala Pilot pesawat A350 Singapore Airlines Kapten SL Leong sambil menyalami para penumpang yang antre turun dari pesawat di Newark Liberty International Airport, New York. Para penumpang menyambut jabat tangan dengan bersemangat. Dia tampak bergembira sukses menerbangkan pesawat itu dengan lancar bersama tiga pilot lain.
Didukung empat mesin penggerak dan tangki yang memuat lebih banyak bahan bakar, Airbus A350-900 Ultra Long Range terbaru diterbangkan dengan cepat. Rute Singapura-New York dijalani dengan melintasi langit di atas Jepang, Samudra Pasifik Utara, dan Kanada. Dalam kecepatan tinggi, pesawat nyaris tidak mendapatkan pemandangan matahari terbit di atas langit Jepang.
Begitu pesawat mendarat di New York, Jumat pagi, sejumlah penumpang bertepuk tangan. Perjalanan panjang itu berlangsung lancar, bahkan lebih cepat dari perkiraan waktu sebelumnya, 18 jam. Saat berangkat dari Singapura, cuaca sedang gerimis. Tiba di New York juga disambut gerimis, cuaca sekitar 15 derajat celsius. Pemandangan di luar masih gelap.
”Senang menjadi bagian dari penerbangan perdana ini, juga saya pulang ke rumah,” kata Ted Toth, pengusaha asal New York, yang tinggal di Singapura. Dia rutin pergi-pulang antara dua negara itu untuk mengurus bisnisnya. Kali ini, dia menjajal rute perdana Singapura-New York.
Airbus A350-900 berkapasitas 161 kursi, terdiri dari 67 kursi kelas bisnis dan 94 kursi kelas ekonomi premium. Dalam penerbangan perdana ini, total kapasitas itu tak terisi sumuanya. Para penumpang tampak menikmati perjalanan karena pesawat terbaru Singapura Airlines itu memang dirancang untuk memberikan kenyamanan bagi penumpang dalam perjalanan lama.
Langit-langit pesawat lebih tinggi, tempat duduk cukup lapang, dan lampu redup yang nyaman untuk istirahat. Selama perjalanan lebih dari 17 jam, para penumpang umumnya beristirahat dengan tidur. Saat terjaga, mereka menikmati berbagai hiburan yang disediakan, seperti menonton film, mendengarkan musik, main games, membaca, atau mengobrol dengan penumpang lain.
Para pramugari berusaha membuat penumpang nyaman. Makanan dan minuman disajikan secara berkala beberapa saat setelah tinggal landas, pada pertengahan perjalanan, dan di ujung penerbangan menjelang pendaratan. Menunya bervariasi sehingga bisa dipilih sesuai selera.
Senior Vice President Sales and Marketing Singapore Airlines Campbell Wilson, saat ditemui di dalam penerbangan perdana itu, mengungkapkan, maskapai ini pernah menjalankan rute Singapura-New York tahun 2004 sampai 2013. Layanan ini kemudian ditangguhkan karena alasan ekonomi, terutama harga bahan bakar yang tinggi. Kini, ketika ekonomi semakin baik dan harga bahan bakar terjangkau, rute yang sama dihidupkan kembali dengan pesawat baru.
Permintaan pasar akan rute ini tinggi, terutama dari negara-negara seperti Indonesia, Filipina, Thailand, juga India. Para pelanggan suka bepergian langsung dari Singapura menuju New York karena lebih menghemat waktu dan lebih efisien. ”Rute ini bagus untuk mendorong pertumbuhan bisnis, menciptakan keuntungan, membuka lebih banyak peluang. Amerika adalah pasar besar dan kesempatan yang terbuka,” katanya.