Dua Provinsi di Sumatera Berduka, Masa Darurat Berlangsung 7 Hari
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Masyarakat di sejumlah tempat di Provinsi Sumatera Utara dan Sumatera Barat berduka akibat dilanda bencana banjir dan longsor besar. Hingga Sabtu (13/10/2018), sudah 22 korban meninggal, 15 orang hilang, dan puluhan orang terluka. Pemerintah daerah menetapkan masa tanggap darurat selama tujuh hari.
Bencana akibat hujan deras yang melanda dua provinsi di Sumatera itu terjadi pada Kamis, 11 Oktober, dan Jumat, 12 Oktober. Keterangan terbaru mengenai dampak bencana dijelaskan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Sabtu ini.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan persnya mengatakan, korban bencana itu berasal dari empat kabupaten, yakni Mandailing Natal dan Kota Sibolga (Sumatera Utara) serta Tanah Datar dan Pasaman Barat (Sumatera Barat).
Sumatera Utara
Di Mandailing Natal, tercatat 13 orang meninggal dan 10 orang hilang. Banjir dan longsor terjadi di sembilan kecamatan, yaitu Natal, Lingga Bayu, Muara Batang Gadis, Naga Juang, Panyabungan Utara, Bukit Malintang, Ulu Pungkut, Kotanopan, dan Batang Natal, pada Jumat pagi dan sore.
Di Desa Muara Saladi, Ulu Pungkut, Mandailing Natal, sebanyak 11 murid madrasah meninggal tertimpa bangunan yang hancur akibat diterjang banjir bandang pada Jumat sore saat jam pelajaran berlangsung. Sementara 10 orang hilang.
”Kejadian berlangsung mendadak. Sungai Aek Saladi tiba-tiba mengalir dengan debit besar dan membawa lumpur dan meluap sehingga menerjang madrasah. Jumlah korban hilang masih dapat berubah karena belum dapat dipastikan,” tutur Sutopo.
Selain itu, banjir bandang dan longsor di Mandailing Natal mengakibatkan 17 rumah roboh, 5 unit hanyut, serta ratusan rumah terendam banjir dengan ketinggian 1-2 meter di Kecamatan Natal dan Muara Batang Gadis.
Pemerintah setempat telah menetapkan status tanggap darurat banjir dan longsor di Mandailing Natal selama tujuh hari (12-18 Oktober 2018). Kebutuhan mendesak adalah bahan makanan pokok dan alat berat.
”Evakuasi, pencarian, dan penyelamatan korban masih dilakukan. Kondisi medan berat karena desa-desa terdampak berada di pegunungan, pinggir hutan, dan akses sulit dijangkau karena rusak,” ujar Sutopo.
”BPBD Mandailing Natal, BPBD Provinsi Sumatera Utara, TNI, Polri, SAR daerah, SKPD, PMI, dan relawan menangani darurat bencana,” lanjutnya.
Di Kota Sibolga, Sumatera Utara, hujan pada Kamis lalu menyebabkan longsor yang mengakibatkan 4 orang meninggal, 1 orang luka berat, dan 3 orang luka ringan. Selain itu, 25 rumah rusak berat, 4 rumah rusak sedang, dan sekitar 100 rumah terendam banjir dengan ketinggian 60-80 sentimeter.
Sumatera Barat
Banjir bandang juga terjadi di Nagari Tanjung Bonai, Jorong Kalo-Kalo, dan Jorong Ranah Batu di Kecamatan Lintau Buo Utara di Tanah Datar, Kamis malam. Bencana itu menyebabkan 4 orang meninggal, 3 orang hilang, dan 6 orang luka-luka. Adapun 6 rumah rusak berat, 3 kedai rusak berat, 1 ruko rusak berat, dan 2 jembatan rusak berat.
Bupati Tanah Datar telah menetapkan masa tanggap darurat selama tujuh hari, 12-18 Oktober 2018.
Longsor dan banjir juga terjadi pada Kamis di beberapa wilayah di Pasaman Barat. Tercatat satu korban meninggal dan dua orang hilang. Sekitar 500 unit bangunan terendam banjir, 3 jembatan gantung roboh, dan 2 rumah hanyut.
Bupati Pasaman Barat juga telah menetapkan masa tanggap darurat selama tujuh hari, 11-17 Oktober 2018. Kebutuhan mendesak adalah alat berat, bahan kebutuhan pokok, selimut, dan pakaian.