Berjuang hingga Titik Akhir
Para atlet bulu tangkis Paralimpiade pantang menyerah demi ”Merah Putih”. Mereka mengerahkan kemampuan terbaik demi bangsa Indonesia. Perjuangan mereka menjadi kenangan manis di penutup Asian Para Games.
JAKARTA, KOMPAS — Atlet-atlet nasional menampilkan perjuangan pantang menyerah pada final bulu tangkis Asian Para Games 2018, Sabtu (13/10/2018), di Istora Senayan, Jakarta. Meski ada yang gagal meraih medali emas, semua atlet berhasil memenangi hati penonton dan seluruh masyarakat Indonesia.
Sekitar 5.000 penonton memadati seluruh sisi tribune Istora sejak pagi. Kemarin, mereka mengawal perjuangan atlet Paralimpiade nasional yang menjalani enam partai final, dua di antaranya merupakan final sesama pebulu tangkis Indonesia.
Penampilan heroik ditampilkan atlet nasional Ukun Rukaendi (48) saat melawan atlet asal India, Pramod Bhagat (30), pada final tunggal putra SL3 atau keterbatasan kaki. Meski kalah dari sisi kecepatan langkah dan kebugaran tubuh karena berselisih 18 tahun, Ukun mencoba mengimbangi Bhagat.
Pada gim pertama, atlet asal Jawa Barat itu berkali-kali terjatuh untuk menyelamatkan kok yang masuk di depan net. Ukun dengan kondisi kaki kanan yang lebih kecil akibat polio mengandalkan kaki kirinya untuk mengambil bola ke depan dan belakang. Ia dengan langkah pincang sangat kerepotan dan tertinggal 15-18.
Ukun tidak menyerah. Ia mencoba bermain reli panjang dengan sabar. Tujuannya, memancing Bhagat membuat kesalahan sendiri. Hal itu sempat efektif dan membuat skor imbang 19-19. Sayangnya, pada akhir gim, ia lengah dan kalah 19-21.
Mantan guru itu memulai gim kedua dengan percaya diri, langsung unggul 5-1. Saat skor itu terjadi reli sangat panjang. Ukun yang sedang berada di tengah lapangan tiba-tiba mendapat drop shot dari Bhagat.
Tidak mampu mengejar, ia pun terbang mengejar kok. Suara tubuh jatuh menghantam karpet lapangan jelas terdengar. Bola tetap hidup. Bhagat memainkan bola ke belakang. Ukun yang masih terduduk menyeret badannya, lalu memukul kok. Setelah mampu berdiri, ia kembali harus terbang menyelamatkan kok. Reli itu berakhir dengan poin untuk Bhagat. Ukun pun terlentang kelelahan di lapangan.
Sejak saat itu, penonton di Istora menggila. Hal itu mengawali Ukun untuk memenangi gim kedua 21-15. Ukun senang luar biasa. Meski masih harus menjalani gim ketiga, ia sujud syukur kemudian menengadahkan tangan sambil terduduk di lapangan.
Namun, pada gim ketiga, stamina Ukun terkuras. Setelah berjuang sepenuh tenaga pada gim penentu itu, Ukun menyerah 14-21. Ia pun meraih perak setelah bermain 1 jam 24 menit.
”Saya mohon maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia, semua penonton di Istora. Juga kepada istri dan anak saya yang datang menonton hari ini. Lawannya bagus, dia bisa main cepat, saya kewalahan,” ujar Ukun.
Perjuangan tak kenal lelah juga diperlihatkan di final tunggal putra SL4 atau keterbatasan kaki ringan, Fredy Setiawan. Fredy yang unggul pada gim pertama tidak mampu meneruskan penampilannya pada gim berikutnya. Ia kalah dari pemain India, Tarun, 21-10, 13-21, 19-21.
Saat itu Fredy berjuang dengan cedera lutut yang membuatnya merasa nyeri saat bertumpu sepanjang pertandingan. ”Ya, memang sakit, tetapi saya tahan saja karena fokus menang, terutama setelah mendengar dukungan di Istora,” katanya.
Meski kalah, publik Istora tidak kecewa kepada Ukun dan Fredy. Mereka bangga terhadap perjuangan para atlet yang tidak menyerah hingga titik akhir. Setelah kekalahan, penonton meneriaki Ukun dan Fredy bak pahlawan sampai mereka keluar dari lapangan.
Hujan emas
Meski kalah di dua nomor itu, Indonesia berhasil meraup emas dalam empat nomor lain. Nomor itu adalah ganda putra SL3-SL4, ganda campuran SL3-SU5, serta ganda putra dan tunggal putra SU5.
Di final ganda putra SL3-SL4, Fredy yang masih menahan sakit di lututnya membalaskan kegagalan meraih emas. Ia yang berpasangan dengan Dwiyoko berhasil menumbangkan atlet Korea Selatan, Sun Woo-jeon/Dong Jae-joo, 22-20, 22-20.
Atlet nasional lain, Hary Susanto/Leany Ratri Oktila, menunjukkan kelasnya pada final ganda campuran SL3-SU5. Juara dunia itu menang mudah atas pasangan Thailand, Siripong Teamarrom/Nipada Seangsupa, dua gim langsung, 21-7, 21-10.
”Tadi kami bermain cukup rileks karena unggul dalam empat pertemuan sebelumnya. Apalagi tadi dukungan penonton sangat luar biasa. Itu membantu kami,” kata Ratri.
Sementara itu, Indonesia sudah memastikan emas pada ganda putra SU5 dan tunggal putra SU5. Di nomor itu terjadi final sesama Indonesia.
Di tunggal putra, Dheva Anrimusthi meraih emas setelah mengalahkan Suryo Nugroho, 22-20, 21-13. Selain itu, di ganda putra, Dheva yang berpasangan dengan Hafizh Briliansyah juga menggandakan emas setelah kembali mengalahkan Suryo yang berpasangan dengan Oddie Listiant Putra, 21-9, 21-9.
Kemarin, tim bulu tangkis menambah 4 emas dan 4 perak untuk kontingen Indonesia. Adapun total raihan cabang bulu tangkis adalah 6 emas, 5 perak, dan 4 perunggu. Raihan itu melampaui target 4 emas yang dibebankan oleh Komite Paralimpiade Nasional (NPC).
Pelatih kepala bulu tangkis Paralimpiade, Imam Kunantoro, mengatakan, penampilan tim bulu tangkis di luar dugaan. ”Banyak atlet mampu mengalahkan unggulan pertama, seperti Dheva di tunggal putra dan Suryo/Oddie di ganda putra,” katanya.
Hal ini menjadi pertanda baik untuk melangkah ke Paralimpiade Tokyo 2020. Untuk Tokyo, lanjut Imam, ia belum mengetahui nomor apa saja yang akan dipertandingkan. ”Intinya kami siap untuk melangkah menuju Tokyo,” katanya. (KEL)