Dua Panggung Lala
Nama panggung membuat Lala Karmela (33) kerap keliru diidentikkan dengan latar etnik, bahkan aliran musik tertentu. Meski begitu, ia memastikan diri tak keliru mengikuti kata hati yang menuntunnya pada dua ”panggung” berbeda: musik dan akting. Keduanya dilakoni dengan totalitas.
Alih-alih selalu kesal, gadis peranakan Indonesia-Filipina ini memilih fokus mengembangkan karier dan talenta. Selain dikenal punya suara merdu, Lala pun piawai menulis sekaligus menciptakan lagu-lagunya sendiri.
Salah satu lagu ciptaannya dia bawakan berduet dengan penyanyi Filipina terkenal, Christian Bautista. Lagu berjudul ”Unsaid” itu dibawakan ketika Lala dan Christian berada di bawah label yang sama, Warner Music Philippines pada tahun 2008.
Seorang pencari bakat memang menawarinya berkarier di Filipina setelah tahu Lala juga keturunan negeri itu. Selama tiga tahun Lala sempat berkarier di negeri kelahiran ibunya itu.
Bungsu dari tiga bersaudara pasangan Eko Kartodirjo dan Marie Herradura ini lumayan sukses di Filipina. Boleh jadi darah musik mengalir deras di tubuh Lala dari sang ayah, yang juga musisi dalam sebuah band rock pada era 1980-an di negeri jiran Malaysia.
”Dia sempat bermain band bersama Oddie Agam. Walau tidak rekaman, papaku lumayan terkenal. Sekitar empat tahun lalu band papa menggelar konser reuni di Hard Rock Café Kuala Lumpur dan penontonnya membeludak. Mereka adalah para penggemar band papa dahulu. Aku baru sadar kalau papaku itu lumayan tenar juga,” ujarnya tertawa bangga.
Sebelum ”Unsaid”, Lala juga mengeluarkan lagu tunggal (singel) berjudul ”Waitin’” (2007) dan ”What About You” (2008). Mengutip situs berita hiburan, www.pep.ph, Lala pun merilis satu album, ”Stars” (2007) berisi 10 lagu, dengan enam lagu di antaranya ia ciptakan sendiri. Oleh media setempat, Lala diapresiasi dengan julukan ”Indo-Pinoy Singer-Guitarist”.
Dalam sejumlah penampilan, Lala juga kerap tampil memainkan gitar. Tiga tahun berkarier di Filipina, Lala ditemani sang mama dan tinggal bersama keluarga mereka di negeri itu. Dia sempat merasa kerasan berkarier dan berkarya di sana. Begitu dikatakan Lala saat ditemui, Rabu (3/10/2019) di klinik kecantikan yang juga merupakan usaha sampingannya di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.
Kondusif
Menurut Lala, atmosfer berkesenian di negeri kelahiran ibunya itu sangat kondusif. Di sana, para artis penyanyi dan musisi juga bisa hidup dan berkarya dengan lebih rileks. Tak dibebani oleh urusan lain macam pencitraan atau tuntutan penampilan sebagai seorang artis, seperti yang ia alami saat berkarier di dunia hiburan Indonesia.
”Kalau di sini elu jadi artis ke mana-mana bawa sendiri gitar saja sudah bisa diomongin banyak orang. Mereka bilang, kok bisa artis enggak punya asisten sendiri? Kok ke mana-mana bawa sendiri gitarnya? Di sini (Indonesia) artis memang akan selalu ketambahan pikiran lain, terutama soal bagaimana menjaga image dan posisi mereka di industri musik. Hal itu aku alami sekarang,” ujar Lala.
Lala menambahkan, secara finansial pendapatan seorang musisi dan penyanyi terkenal di Filipina terbilang tak sebesar di Indonesia. Namun, dengan situasi dan atmosfer yang kondusif untuk berkesenian, kala itu Lala mengaku bisa menjadi sangat produktif. Dari hasil kumpul-kumpul setiap hari dengan banyak musisi dirinya bisa menghasilkan banyak karya.
Meski begitu, setelah tiga tahun berkiprah di Filipina, Lala memilih pulang ke Indonesia. Salah satu pemicunya adalah pertanyaan beberapa fans di Filipina, yang membuatnya gelisah. Mereka bertanya mengapa Lala di Indonesia sebelumnya justru lebih dikenal sebagai seorang pemain sinetron ketimbang penyanyi.
Pertanyaan seperti itu rupanya mengusik benak Lala, lantaran di Filipina dia bahkan sempat dinominasikan sebagai calon penerima penghargaan musik bergengsi. Sebelum pindah ke Filipina, Lala memang terlibat dalam sebuah sinetron bertema remaja, ”Senandung Masa Puber”, yang tayang di salah satu stasiun televisi swasta Indonesia.
Dengan nama artis, Karmela Mudayarti, Lala bermain dengan beberapa artis remaja terkenal ketika itu seperti Bunga Citra Lestari dan Raffi Ahmad. Nama Lala sebagai musisi muda berbakat dan pencipta lagu ketika itu belum dikenal di tanah airnya sendiri. Dia lantas bertekad ”pulang kampung” untuk membuktikan dirinya juga bisa sukses sebagai penyanyi di tanah airnya sendiri.
Di Indonesia Lala bergabung dengan label rekaman, Sony Music Indonesia. Pada saat itu pula nama artisnya mengalami ”penyesuaian” menjadi Lala Karmela. Karmela adalah nama asli dirinya, yang dipakai saat aktif bermain sinetron. Pihak label merasa nama Lala terlalu pendek lantaran hanya terdiri dari empat huruf.
”Soalnya ada semacam kepercayaan agar jangan pakai nama yang cuma satu kata, apalagi cuma empat huruf. Jadilah aku pakai nama Lala Karmela. Tapi, awalnya kok aku malah jadi sering dikira penyanyi dangdut. Selain itu aku juga sering dikira bersuku Sunda dan kelahiran Bandung. Bertahun-tahun sampai sekarang bahkan di Wikipedia aku ditulis kelahiran Bandung. Padahal, aku asli dan lahir di Jakarta,” ujar Lala.
Setelah hijrah ke Jakarta Lala membuktikan konsistensinya terus berkarya dan menghasilkan beberapa album dan singel. Tak hanya produktif bernyanyi dan mencipta lagu, Lala juga terjun ke dunia film. Dimulai dengan film Seleb Kota Jogja (2010), Ngenest (2015), Bukaan 8 (2017), dan Partikelir (2018).
Terakhir Lala juga akan memulai lagi proses pengambilan gambar film terbarunya, bekerja sama dengan Perusahaan Film Negara (PFN). Setelah tuntas mengambil gambar di Yogyakarta beberapa waktu lalu, dalam waktu dekat dia akan ke India untuk proses pengambilan gambar tahap akhir dari film bertajuk ”Kuambil Lagi Hatiku”.
Tak tanggung-tanggung
Seperti juga dunia musik, Lala mengaku tak mau tanggung- tanggung dalam berakting. Baginya beradu akting di film adalah bentuk petualangan di luar zona nyaman. Dari film, dia bisa mengeksplorasi beragam peran dan emosi, yang bukan tidak mungkin juga dia akan gunakan saat membuat atau membawakan sebuah lagu.
”Apa yang aku dapat dari berakting atau film akan aku pakai dalam bernyanyi. Untuk menciptakan atau membawakan lagu sedih aku akan menggunakan pengalaman dan perasaan atau emosi, yang aku dapat saat bermain di film Ngenest, misalnya.”
Untuk membuktikan keseriusannya, dalam proses shooting film yang kini tengah ia jalani, Lala ikut kursus bahasa dan tarian India secara intensif selama dua minggu. Hal itu untuk lebih menjiwai perannya di film, yang juga mengambil gambar di Candi Borobudur, Indonesia, dan Taj Mahal, India.
Sebelum berhasil mendapatkan peran pada film itu, Lala bahkan sempat mengambil kursus singkat dan latihan drama musikal di Broadway, New York, Amerika Serikat, bersama delegasi Abang dan None Jakarta, Agustus lalu. Tak hanya berakting dan menyanyi, Lala juga belajar koreografi dari sejumlah artis Broadway.
Lantas, mana sebetulnya apa yang jadi passion Lala, menyanyi atau main film?
”Buatku menyanyi itu adalah Lala, jati diriku. Saat bernyanyi aku menjadi diriku sendiri. Sementara kalau di film aku menjalani peran lain. Bermain film itu seolah menjadi semacam petualanganku. Aku ini seorang pencinta seni dan akan selalu mengikuti ke mana pun arah nuraniku,” ujar Lala.
Karmela Mudayatri Kartodirjdo
Nama Panggung: Lala Karmela
Lahir: Jakarta, 2 April 1985
Orangtua:
- Eko Kartodirdjo & Rose Marie Herradura
Pendidikan:
- SD, SMP, dan SMA Al-Izhar (2003)
- D-3 Sastra Inggris Universitas Indonesia (2006)
- Sarjana Fakultas Hukum Unika Atma Jaya (2016)
Penghargaan:
- Nominasi Best New Artist Anugerah Musik Indonesia Awards 2012
- Pemenang Best New Female Artist di Indonesia Box Office Movie Awards 2015
- Best Couple with Chicco Jericho Indonesia Movie Actors Awards 2017