NUSA DUA, KOMPAS — PT Wijaya Karya (Persero) Tbk mendapat kepercayaan untuk membangun 1.000 rumah dan kantor pusat The Development Bank of Rwanda atau BRD Plc di Rwanda, Afrika. Hal itu tertuang dalam penandatanganan proyek senilai 151 juta dollar AS antara PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dan The Development Bank of Rwanda.
Kesepakatan tersebut ditandatangani oleh CEO BRD Plc Eric Rutabana dan Direktur Operasi Wika Destiawan Soewardjono serta disaksikan oleh Direktur Pelaksana Indonesia Eximbank atau Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) Dwi Wahyudi serta Direktur Kementerian Luar Negeri untuk Afrika Daniel Simanjuntak. Proyek tersebut, menurut rencana, didukung fasilitas pembiayaan dari LPEI.
”Ini akan menjadi karya Wika yang pertama di negara tersebut dan kami berharap akan menjadi pintu masuk untuk mengerjakan proyek-proyek infrastruktur lainnya,” kata Destiawan, dalam keterangan pers, Minggu (14/10/2018).
Saat ini PT Wijaya Karya (Persero) Tbk tengah mengerjakan sejumlah proyek di luar negeri, yaitu renovasi Istana Presiden Niger, pembangunan kompleks Perumahan Bateen Al Samar di Uni Emirat Arab, Jembatan Limbang Malaysia, Bandara Oecusse dan Jembatan Comoro di Timor Leste, serta proyek perumahan di Aljazair.
Setelah penandatanganan kesepakatan tersebut akan dilakukan pertemuan lebih lanjut guna mendetailkan rencana proyek. Ditargetkan proyek tersebut akan mulai dilaksanakan di akhir 2018.
Hasil dari Nusa Dua
Dari perhelatan Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk mencatatkan kesepakatan bisnis Rp 15,68 triliun. Itu berasal dari kesepakatan investasi dan perluasan pasar di luar negeri serta pembangunan tol di Jakarta dan Bandung.
Kesepakatan yang pertama berasal dari proyek pembangunan kawasan pariwisata Bali utara di antara Wika, Indonesia Tourism Development Coporation (ITDC), dan Menjangan Group dengan nilai investasi sebesar 198 juta dollar AS atau sekitar Rp 2,97 triliun.
”Kesepakatan kerja ini adalah langkah awal perjanjian berikutnya untuk menentukan aspek detail, seperti legal dan administrasi. Maka, yang terpenting adalah bagaimana pihak yang terlibat dapat mengeksekusi perjanjian yang telah disepakati,” kata Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk Tumiyana.
Kesepakatan berikutnya berkaitan dengan rencana pembangunan tiga jalan tol di Jakarta dan Bandung. Proyek yang pertama adalah pembangunan Bandung Intra Urban Toll Road (BIUTR) dengan nilai investasi lebih kurang Rp 10 triliun bersama PT Margautama Nusantara (MUN) dan PT Summarecon Agung Tbk.
Proyek BIUTR akan menghubungkan wilayah Pasteur, Cileunyi (tol Cisumdawu), dan Gedebage (Tol Purbaleunyi) sepanjang 25,35 km. Pembangunan rute Pasteur-Cileunyi akan melewati Gasibu, Pahlawan, Cicaheum, Ujung Berung, Cibiru. Sementara itu, pembangunan di ruas Ujung Berung juga akan dilanjutkan menuju Gedebage hingga terhubung. BIUTR menurut rencana dibuat melayang (elevated road) di atas ruas jalan yang ada saat ini.
Kesepakatan berikutnya terjalin antara Wika dan PT Citra Marga Nusphala Persada (CMNP) melalui penandatanganan Head of Agreement Pembangunan Jalan Tol Ancol Timur-Pluit (Harbour Road 2). Tol ini akan dimulai dari Junction Ancol sampai Junction Pluit. Dengan demikian, Harbour Road 2 Tol akan terkoneksi dengan harbour road 1 dan Jakarta Outer Ringroad W1-W2. Tol sepanjang 9 km ini akan dibangun dengan struktur elevated dan bertujuan untuk mengurai kepadatan lalu lintas di Harbour Road 1.
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk juga menyepakati kerja sama dukungan pembiayaan investasi atau modal kerja ekspor senilai 30 juta dollar AS atau sekitar Rp 2,26 triliun bersama PT Timah Tbk dan LPEI setelah penandatanganan nota kesepahaman yang dilakukan oleh Direktur Wika Destiawan Soewardjono dan Direktur Pengembangan Bisnis dan Komersial PT Timah Trenggono Sutioso dan Executive Director Indonesia Eximbank Sinthya Roesly.
Berdasarkan nota kesepahaman tersebut, Wika akan menjajaki peluang untuk mengerjakan smelter yang dimiliki oleh PT Timah di Nigeria dengan metode engineering, procurement dan construction (EPC).
Kesepakatan lainnya adalah konsorsium Wika-SEDIN Engineering Co Ltd ditunjuk sebagai pemenang tender pembangunan pabrik Kaltim Amonium Nitrat (KAN). Dengan nilai kontrak sebesar Rp 958 miliar, Wika akan membangun pabrik tersebut dengan pekerjaan engineering, procurement, construction, dan commissioning (EPCC).
Menurut Sekretaris Perusahaan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk Puspita Anggraeni, masuknya Wika ke pasar infrastruktur mancanegara akan menjaga kondisi keuangan perseroan di tengah penguatan nilai tukar dollar AS terhadap rupiah.
”Penerimaan pendapatan dari proyek-proyek luar negeri adalah dalam mata uang USD dan Euro sehingga menjadi natural hedging bagi kebutuhan mata uang asing perusahaan,” kata Puspita.