PALU, KOMPAS - Korban bencana alam gempa-tsunami Sulawesi Tengah yang kini masih mengungsi di sejumlah tenda darurat berharap segera dipindahkan ke hunian sementara yang lebih layak. Pemerintah daerah menargetkan hunian sementara rampung sebelum masa tanggap darurat berakhir pada 26 Oktober 2018.
Hingga hari ke-16 setelah bencana gempa-tsunami melanda Palu, Donggala, dan Sigi, banyak warga yang rumahnya rusak berat masih tinggal di tenda darurat. Sebagian pengungsi menempati tenda bantuan dari kementerian dan instansi swasta. Namun, tidak sedikit korban memasang tenda sendiri dengan kualitas seadanya.
Data Satuan Tugas Gabungan Paduan menyebutkan, jumlah rumah rusak di Palu, Donggala, dan Sigi mencapai 68.451 unit dengan jumlah pengungsi mencapai 78.994 orang. Namun, jumlah pengungsi itu diperkirakan berkurang.
Alasannya, sebagian dari mereka kini mulai kembali ke rumah masing-masing atau kediaman kerabatnya.
Wilianti (36), pengungsi di Petobo, Palu, mengatakan, dirinya tinggal di tenda berukuran 6 meter x 5 meter bersama 29 orang atau delapan rumah tangga. Mereka tidur berdesak-desakan bersama beragam barang-barang yang berjubel di sudut tenda.
”Siang panas dan malam sangat dingin,” kata Wilianti saat ditemui di Petobo, Minggu (14/10/2018).
Wilianti berharap pemerintah segera merelokasi ke hunian sementara agar mereka bisa hidup lebih layak. Sebagai perempuan, dia kerap risi saat mengganti pakaian dan mandi di tempat MCK (mandi cuci kakus) darurat.
”Saya dengar kabar, di hunian sementara, satu ruangan untuk satu keluarga. Meskipun kecil, setidaknya kami punya ruangan sendiri,” kata Wilianti.
Pengungsi lainnya di Petobo, Muhammad Arifin (35), juga ingin segera dipindahkan ke hunian sementara. Dia tinggal di tenda sempit dan pengap bersama 20 pengungsi lain.
”Saya stres tinggal di tenda seperti ini. Serba tidak enak. Mau ke kamar mandi saja antre sangat lama. Bahkan, hanya untuk sekadar ganti baju pun kami tidak bisa leluasa,” ujar Arifin.
Dibangun
Kepala Humas Pemerintah Provinsi Sulteng Haris Kariming mengatakan, hunian sementara kini sedang dibangun. Di Kabupaten Sigi tengah dibuat 400 unit sejak Sabtu (13/10). Sementara untuk Kota Palu dan Kabupaten Donggala menunggu penunjukan lokasi wali kota dan bupati setempat.
Jika Pemerintah Kota Palu dan Pemkab Donggala telah menunjukkan lokasi, kata Haris, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan segera membangunnya.
Haris menambahkan, pembangunan hunian sementara dilakukan sembari memverifikasi data pengungsi dan rumah rusak. Pemerintah menargetkan sebelum masa tanggap darurat berakhir 26 Oktober 2018, hunian sementara bisa rampung.
”Harapannya, jika hunian sementara bisa dirampungkan ketika masa tanggap darurat berakhir, kami bisa fokus ke tahap rekonstruksi,” ujarnya.
Selain membangun hunian sementara, menurut Haris, tim penanggulangan bencana juga sedang memperbaiki fasilitas umum yang rusak akibat gempa, seperti jalan dan sistem air bersih. Puing-puing akibat tsunami dibersihkan agar arus transportasi warga kembali pulih. (AIN)