BANYUWANGI, KOMPAS — Kopi enak tak selalu tanpa gula dan diseduh dengan metode tertentu. Sebab, enak tidaknya kopi sangat bergantung pada penilaian personal. Hal inilah yang harus dipahami pemilik kedai agar tetap laris didatangi pengunjung.
Hal itu mengemuka dalam diskusi Coffee Processing Festival di Banyuwangi, Selasa (16/10/2018). Peneliti cita rasa kopi dari Pusat Penelitian Kopi Kakao Indonesia Jember Yusianto dalam acara itu mengatakan, saat ini sudah banyak kedai kopi yang paham dengan pengolahan kopi. Namun, tak sedikit kedai yang terlalu memaksakan sajian kopi tertentu kepada pelanggannya; menyajikan kopi tanpa gula, atau menyuguhkan kopi dengan tingkatan sangrai (roasted) tertentu misalnya.
”Percuma pemilik kedai memiliki kopi atau barista terbaik kalau apa yang disuguhkan itu tidak sesuai dengan lidah konsumen. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih suka kopi yang hitam dan menggunakan gula. Kalau dipaksa menikmati kopi light roast dan tanpa gula, konsumen justru akan pergi,” ujar Yusianto.
Light roast adalah proses sangrai kopi dalam waktu singkat dan kadang dalam temperatur rendah sehingga minyak kopi belum terlalu keluar. Kopi yang disangrai pada tahapan light roast memiliki warna seperti teh.
Percuma pemilik kedai memiliki kopi atau barista terbaik kalau apa yang disuguhkan itu tidak sesuai dengan lidah konsumen. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih suka kopi yang hitam dan menggunakan gula. Kalau dipaksa menikmati kopi light roast dan tanpa gula, konsumen justru akan pergi. — Yusianto, ahli cita rasa kopi
Setelah mengetahui kopi dan jenis pengolahan kopi mana yang digemari konsumen, lanjut Yusianto, pemilik kedai juga harus memahami proses pengolahan kopi. Menurut dia, tahapan pengolahan sejak tahapan sangrai mempunyai kontribusi besar bagi cita rasa kopi.
”Sekitar 50 persen cita rasa kopi ditentukan sejak tahapan sangrai dan cara penyeduhan. Pemilik kedai dan barista harus paham jenis sangrai dan cara seduh apa yang menghasilkan cita rasa yang sesuai dan digemari konsumen,” ujarnya.
Hal senada disampakan praktisi kopi Setiawan Subekti yang juga hadir sebagai pembicara dalam Coffee Processing Festival. Ia mengemukakan, saat ini, sejumlah pelaku usaha kopi mulai paham akan pentingnya proses pengolahan kopi.
”Tidak ada satu pun jenis kopi terbaik yang cocok untuk semua orang. Namun, semua orang suka dengan kopi dengan proses yang terbaik,” kata pemilik sanggar kopi Genjah Arum tersebut.
Menurut Setiawan, kopi kualitas baik yang diproses dengan baik pasti menghasilkan cita rasa yang baik. Oleh karena itu, ia terus mendorong pelaku usaha kopi mulai dari pekebun, pemilik kedai, hingga barista untuk terus berusaha memproses kopi dengan baik agar menghasilkan cita rasa yang baik.
Proses kopi yang baik dimulai dengan perawatan kebun yang baik, panen petik merah, proses sortasi, penyimpanan yang baik, dan sebagainya. Sementara untuk penyajian, Setiawan menyarankan para pemilik kedai agar mempelajari karakteristik kopi yang ingin dihasilkan.
”Untuk menciptakan cita rasa tertentu, butuh sentuhan penyangraian yang tertentu pula. Namun, yang pasti jangan menyangrai kopi hingga hitam karena hangus. Sebab, karakteristik cita rasa kopi akan hilang dan hanya memunculkan rasa pahit,” katanya.
Dalam Coffee Processing Festival itu hadir sekitar 130 pelaku usaha kopi mulai dari pekebun, pemilik kedai, penyangrai, hingga barista. Mereka diajak untuk belajar mengolah kopi baik melalui seminar maupun praktik pengolahan pascapanen.
Suhartin, salah satu pemilik kebun sekaligus pemilik kedai kopi, menyatakan saat ini masih belum melakukan proses pengolahan pascapanen yang baik. Ia masih melakukan petik asalan, memetik kopi yang belum matang, bahkan saat masih berwarna masih hijau.
”Pola pikir pemetik kopi masih berkutat pada bagaimana cara mendapatkan 100.000 per hari. Cara yang mereka lakukan ialah mengumpulkan kopi sebanyak-banyaknya, minimal tiga karung dalam sehari. Hasilnya yang mereka kumpulkan, ya, kopi asalan,” ujarnya.
Suhartin merasa terbantu dengan adanya pelatihan di Coffee Processing Festival ini. Kini ia tahu cara untuk meningkatkan kulitas kopinya sehingga dapat mendongkrak harga jual produk kopi dari kebunnya.