Pengelola Optimistis Jalan Layang Tol Jakarta-Cikampek Selesai Maret 2019
BEKASI, KOMPAS — Pembangunan jalan layang Tol Jakarta-Cikampek sudah setengah jalan. Meskipun menghadapi sejumlah tantangan, pengelola optimistis penyelesaian proyek ini selesai tepat waktu, yaitu akhir Maret 2019.
Direktur Utama PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek Djoko Dwijono, di kantornya di Bekasi, mengatakan, realisasi pembangunan hingga 6 Oktober 2018 atau minggu ke-80 mencapai 51,25 persen.
Menurut Djoko, perkembangan pembangunan jalan layang sepanjang 38 kilometer yang terbagi atas 10 zona ini bervariasi. Ada yang dalam tahap pembangunan fondasi, pemasangan balok jembatan, pemasangan kolom, pengecoran balok, ada pula yang sudah tahap pemasangan pelat jalan.
Djoko mengakui, banyak tantangan yang dihadapi dalam pembangunan jalan layang tol ini. Selain karena dibangun di tengah-tengah Jalan Tol Jakarta-Cikampek yang lalu lintasnya padat, proyek ini juga berbarengan dengan proyek lain di beberapa titik di jalur yang sama. Proyek tersebut antara lain kereta ringan (LRT), kereta cepat Jakarta-Bandung, dan Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta atau Jakarta Outer Ring Road (JORR) 2 Cibitung.
Potensi keterlambatan ada, tetapi kami berusaha keras mengatasinya. Kami optimistis bisa menyelesaikan proyek ini sesuai target.
”Potensi keterlambatan ada, tetapi kami berusaha keras mengatasinya. Kami optimistis bisa menyelesaikan proyek ini sesuai target,” kata Djoko, Selasa (16/10/2018).
Bersabar
Proses pembangunan jalan layang Tol Jakarta-Cikampek memicu kemacetan di sejumlah titik Jalan Tol Jakarta-Cikampek. Pembangunan fondasi di sekitar simpang susun Kilometer 9 Cikunir menyebabkan penyempitan jalan dari empat lajur menjadi dua lajur sehingga memicu kemacetan.
Kemacetan juga rawan terjadi di titik lainnya tempat keluar masuk mobil bahan konstruksi atau yang mengalami penyempitan jalan, seperti di Bekasi Timur dan Tambun.
Yahya (35), pengguna Jalan Tol Jakarta-Cikampek, mengatakan, kemacetan terjadi sejak proyek dimulai dan semakin parah dalam empat bulan terakhir. Jika biasanya waktu tempuh dari Pancoran, Jakarta Selatan, ke Cikarang atau sebaliknya hanya satu jam, sekarang bisa mencapai tiga jam.
Kemacetan terjadi sejak proyek dimulai dan semakin parah dalam empat bulan terakhir. Jika biasanya waktu tempuh dari Pancoran, Jakarta Selatan, ke Cikarang atau sebaliknya hanya satu jam, sekarang bisa mencapai tiga jam.
Menurut Yahya, selain karena pengerjaan jalan, kemacetan juga sering dipicu ketidaktertiban pengendara. Banyak pengendara yang memotong jalan sembarangan.
Sopir truk barang ini mengakui, kemacetan membuat jadwal pengiriman barang terlambat, menguras tenaga, membuat jenuh, dan menyebabkan emosi kadang tidak terkendali. Namun, dia memaklumi kondisi ini dan mencoba bersabar. Sebagai antisipasi, dia berusaha berangkat lebih awal.
”Sekarang sabar-sabar saja dulu, siapa tahu tahun depan pembangunannya selesai sehingga tidak macet lagi,” katanya ketika ditemui di area istirahat Kilometer 6.
Dihubungi terpisah, Emir Zarry, pengguna Jalan Tol Jakarta-Cikampek, mengatakan, jalur dari Jakarta menuju Karawang Barat tidak terlalu macet pada pagi hari. Namun, saat kembali ke Jakarta, dia menghadapi kemacetan berat hingga nyaris berhenti. Ini dia alami sejak Juli 2018. Jika biasanya waktu tempuh dari Karawang Barat ke tempat tinggal Emir di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, hanya dua jam, sekarang bisa mencapai empat jam.
”Penyebabnya, penyempitan lajur di Kilometer 8 arah ke Jakarta dari empat lajur menjadi dua lajur. Efeknya sampai ke Kilometer 40. Apalagi bila ada satu atau dua kendaraan mogok,” ujarnya.
Emir mengharapkan, pengerjaan jalan dan sejumlah proyek lain di sekitar lokasi dilakukan pada malam hari. Dengan demikian, kemacetan pada siang hari bisa dikurangi.
Berdasarkan pantauan Kompas di Kilometer 12 dan Kilometer 14 Jalan Tol Jakarta-Cikampek pada pukul 10.00 dan 14.00, lalu lintas dari Jakarta ke arah Karawang Barat lancar. Pada arah sebaliknya, lalu lintas padat merayap. Setiap beberapa menit, kendaraan berhenti.
Djoko mengakui, proses pembangunan jalan memicu kepadatan dan kemacetan lalu lintas. Selain itu, kemacetan juga dipicu pengguna jalan tol yang sudah melebihi kapasitas. Rasio volume kendaraan dan jalan (V/C) jalan sudah melebihi angka 1 atau sangat padat. Idealnya, rasio tersebut tidak lebih dari 0,8.
Sebagai antisipasi, pengerjaan jalan dengan intensitas berat dilakukan malam hingga dini hari. PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek bersama polisi lalu lintas dan pemangku kebijakan lainnya juga mengatur lalu lintas, seperti pengalihan arus, pembatasan kendaraan berat, dan penyesuaian rambu-rambu dengan proses pembangunan. Pihak perusahaan juga senantiasa memberikan informasi jika ada hambatan jalan sehingga pengguna jalan bisa memilih moda ataupun waktu perjalanan.
Jika jalan layang Tol Jakarta-Cikampek selesai, bisa mengurangi beban Jalan Tol Jakarta-Cikampek di bawahnya sekitar 30 persen sehingga kepadatan lalu lintas bisa terurai.
Djoko berharap, pengguna jalan tol bisa memaklumi dampak pembangunan. Pembangunan terus dilanjutkan agar bisa selesai tepat waktu. ”Jika jalan layang Tol Jakarta-Cikampek selesai, bisa mengurangi beban Jalan Tol Jakarta-Cikampek di bawahnya sekitar 30 persen sehingga kepadatan lalu lintas bisa terurai,” katanya. (YOLA SASTRA)