BANDUNG, KOMPAS - Pemilihan presiden dan wakil presiden 2019 dapat menjadi ajang pemersatu bangsa. Hal ini dapat diwujudkan, salah satunya lewat peran semua pasangan calon dalam kampanye yang santun dan menyejukkan.
Calon wakil presiden nomor urut 2 Sandiaga Uno mengatakan hal itu di sela kunjungannya di kawasan pertokoan di lingkungan pesantren Daarut Tauhiid, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (16/10/2018).
Kehadiran Sandiaga disambut Ketua Yayasan Daarut Tauhiid, Gatot Kunta Kumara, yang juga Dewan Pembina Yayasan Daarut Tauhid Abdurrahman Yuri atau A Deda. Deda adalah adik dari KH Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym, yang juga Dewan Pembina Yayasan Daarut Tauhid. Saat penyambutan, Gymnastiar tengah berada di Jakarta.
"Pilpres dapat menjadi ajang pemersatu bangsa, dan jangan justru menjadi ajang pemecah belah. Oleh karena itu, penting bagi semua pasangan calon agar berkampanye dengan santun dan menyejukkan. Jangan malah saling menjatuhkan," kata Sandiaga.
Menurut dia, meskipun masyarakat berbeda pilihan politik, persatuan tetap harus dijaga. Biarkan pula masyarakat yang kini semakin cerdas itu memilih menurut keyakinannya.
Bertemu PM Lee
Sementara itu, kemarin, calon wakil presiden nomor urut satu, KH Ma\'ruf Amin bertemu Perdana Menteri (PM) Singapura, Lee Hsien Loong, di Istana Singapura. Pertemuan berlangsung 20 menit. PM Lee menyambut Kiai Ma\'ruf yang disapa "Bapak Kiai" dengan hangat dan penuh persahabatan.
Selain menyampaikan selamat datang, PM Lee memberikan apresiasi atas kehadiran Ma\'ruf. "Terima kasih \'Bapak Kiai\' yang berkenan hadir, untuk berbagi pandangan dalam Public Lecture besok (Rabu ini) kepada masyarakat Singapura," kata PM Lee.
Sebelumnya, Kiai Ma\'ruf diundang S. Rajaratnam School of International Studies (RSiS) Nanyang Technological University (NTU) untuk memberi kuliah umum tentang Islam Wasatiyyah (Islam Jalan Tengah) dan Ekonomi Berkeadilan.
Dalam kesempatan itu, Ma\'ruf menyampaikan salam Presiden Joko Widodo dan mengharapkan hubungan dan kerja sama yang baik Indonesia-Singapura. "Terutama atasi persoalan ekstremisme, radikalisme dan perbaikan ekonomi," kata Kiai Ma\'ruf.
Di Asia Tenggara, tambah Ma\'ruf, tiap bangsa harus punya hubungan yang harmonis agar ekonominya tak tergantung pada Amerika dan China.