Warga Ingin Jadi Bagian dari Kampung Wisata Bahari
Oleh
Andy Riza Hidayat
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Berdasarkan hasil dari Community Action Plan, warga Kampung Aquarium, Penjaringan, Jakarta Utara ingin berkembang sebagai kampung wisata bahari yang bersinergi dengan bangunan cagar budaya di sekitarnya. Selain itu, mereka juga telah menyusun konsep hunian relokasi yang memberi ruang sosialisasi cukup bagi warga.
Koordinator Wilayah Tim Kerja Community Action Plan (CAP) Dharma Diana, mengatakan warga Kampung Aquarium sadar bahwa tempat yang mereka tinggali dikelilingi oleh bangunan cagar budaya. “Misalnya Museum Bahari, Pelabuhan Sunda Kelapa, dan Masjid Luar Batang. Mereka tidak hanya ingin jadi sekadar pelengkap, namun juga terlibat sebagai objek wisata,” kata Yani, panggilan akrabnya di Jakarta, Selasa (16/10/2018).
Kampung Aquarium, lanjut Yani, juga mengusung visi dan misi sebagai kampung wisata bahari. Sebab, selama ini, wisatawan ramai mengunjungi kampungnya. “Alasannya, banyak wisatawan berkunjung untuk melihat kehidupan dan kegiatan warga. Kami hidup dalam multi etnis dan mayoritas bekerja sebagai nelayan. Itu melatarbelakangi visi dan misi kami,” tambah Yani.
Ketua RT 012/004 Kampung Aquarium Topas juga menyampaikan saat ini cukup banyak wisatawan yang kaget dengan kondisi Kampung Akuarium. Sebab, tidak sedikit wisatawan yang dulu datang ke tempat itu. “Soalnya banyak dari mereka yang dulu kesini terus datang kembali ke sini dan kaget. Mereka tahu bahwa ini bukan Kampung Aquarium yang dulu,” kata Topas.
Menurut Topan, wisatawan tersebut tidak hanya mengelilingi kampung, tapi juga menggunakan jasa warga untuk berwisata ke Pelabuhan Sunda Kelapa dan lampu merah dengan perahu dan sampan.
Yani mengatakan, warga Kampung Aquarium bersama Jaringan Rakyat Miskin Kota (JRMK), telah menyampaikan hasil CAP kepada Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan pada Minggu (7/10/2018). “Alhamdulilah pada 7 Oktober di Kampung Rawa, sekaligus peringatan Hari Habitat Internasional, kami bersama JRMK mengundang Pak Anies untuk presentasi terkait hasil dari Pre CAP, dan CAP kami dengan konsultan,” ujar Yani.
Ketua RT 012 RW 04 Kampung Aquarium, Topas, mengatakan, warga juga telah menyampaikan denah hunian kepada Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, pada pertemuan lalu. “Hasil kerjasama antara warga, konsultan, dan pemerintah sudah disampaikan ke Gubernur,” kata Topas.
Salah satu harapan warga dalam CAP, lanjut Topas, yaitu ingin agar warga-warga lain yang saat ini menempati rumah susun bisa kembali berkumpul lagi di Kampung Aquarium. “Rencana awal kami ya itu, kembalikan kampung beserta warga-warganya. Baik mereka yang di shelter, rusun, kampung, mengontrak di luar bisa kembali lagi kesini. Sekarang masih pada berpencar,” kata Topas.
Saat ini, warga Kampung Aquarium tinggal di shelter (tempat penampungan) yang dibangun sejak Maret 2018. Setidaknya ada 85 Kepala Keluarga. Mereka menetap pada di 90 petak hunian berukuran 3,5 x 6 meter yang terbagi dalam tiga blok. Blok A berjumlah 38 petak hunian, blok B 28 petak, 24 petak lainnya terdapat di blok C. Masing-masing blok memiliki 16 MCK komunal.
Ruang sosialisasi
Menurut Yani, konsep hunian yang disepakati oleh warga adalah hunian yang memberi ruang sosialisasi. Mereka juga berharap bangunan yang disiapkan tidak seperti rumah susun. Sebab, interaksi antarwarga akan berkurang.
“Rasa kekeluargaannya kurang. Kami ingin kampung kami itu berciri khas tentang kampung. Tidak individual, kami ingin gotong royong dan hubungan sosialnya masih tetap ada,” kata Yani.
Yani menambahkan, dalam penyusunan CAP, peran konsultan adalah mengakomodir dan menampung seluruh aspirasi warga. Adapun Tim Kerja CAP berusaha menyusun konsep hunian relokasi yang dikehendaki. “Kalau kami sendiri ya menata mau huniannya seperti apa, bagaimana ruang terbuka hijaunya, apa visi misi, dan ciri khas kampungnya seperti apa,” kata Yani.
Yani menambahkan, CAP merupakan salah satu bentuk kemajuan. Melalui itu, keinginan warga bisa didengarkan. Misalnya berkaitan dengan tata ruang yang kurang bagus, jalan yang terlalu sempit, atau kurangnya penghijauan.
“Bukan pemerintah turun ke bawah kemudian dikerjakan. Tapi bagaimana usulan dari bawah dan pemerintah merespon. Kemudian bisa sama-sama merealisasikan. Mudah-mudahan 2019 bisa terealisasi,” kata Yani. (Fajar Ramadhan)