28 Pemuda Indonesia Berlayar Sambil Bertukar Budaya
Oleh
ADHI KUSUMAPUTRA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 28 pemuda Indonesia akan mengikuti ajang pertukaran budaya tingkat Asia melalui sebuah pelayaran. Pemerintah Indonesia berharap para perwakilan Indonesia bisa membagikan kebudayaan Indonesia dan juga belajar dari negara lain.
Para pemuda yang tergabung dalam Program Kapal Pemuda Asia Tenggara atau Ship for South East Asia and Japan Youth Program (SSEAYP) ini akan berlayar dari Jepang kemudian kembali lagi ke Jepang. Para pemuda dari 11 negara Asia Tenggara dan Jepang terlebih dahulu akan berkumpul di Jepang selama lebih kurang 10 hari untuk mengenal kebudayaan Jepang dan mempromosikan kebudayaan masing-masing negara.
Para peserta akan memulai pelayaran dari 2 November hingga 12 Desember mendatang. Sebelum berangkat ke Jepang, mereka menjalani program pelatihan dari pemerintah selama tiga pekan. Mereka diberi pelatihan, seperti berbicara di depan umum, tata cara makan dan minum, dan mempelajari budaya tiap-tiap provinsi.
Sejumlah 28 pemuda ini berasal dari berbagai macam latar belakang sosial budaya, profesi, dan pendidikan. Selama pelayaran, pemuda-pemuda Asia ini akan menjalani kehidupan sehari-hari di atas kapal sambil memperkenalkan keadaan negara masing-masing negara.
Dalam perjalanan itu mereka akan singgah di Brunei Darussalam, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Mereka akan tinggal selama beberapa hari untuk berinteraksi dengan pemuda setempat dan melakukan aksi-aksi sosial.
Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Masafumi Ishii, mengharapkan semua peserta dapat menikmati pelayaran dan menjalin persahabatan dengan peserta dari negara lain.
”Esensi dari kegiatan ini adalah bagaimana interaksi antara manusia dan manusia lain tercipta. Hal itu menjadi dasar untuk membangun ikatan kuat antarpeserta sehingga di kemudian hari mereka bisa dengan mudah terhubung dan melakukan hal baik bersama,” kata Masafumi seusai acara pelepasan peserta program SSEAYP, Kamis (18/10/2018) di Kedutaan Besar Jepang, Jakarta Pusat.
Acara tahunan yang diselenggarakan sejak 1974 ini diharapkan bisa menjadi kawah candradimuka bagi ke-28 pemuda itu. Hal itu disampaikan Asisten Deputi Peningkatan Kapasitas Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia I Gusti Putu Raka.
”Dalam kapal pemuda Asia Tenggara nanti jadilah contoh bagi peserta dari negara lain. Tunjukan bagaimana kebinekaan, keberagaman, dan kebudayaan Indonesia,” kata I Gusti.
Ia juga mengimbau kepada 28 pemuda itu agar bisa memberikan kontribusi kepada setiap negara yang disinggahi. Selain itu, I Gusti juga meminta peserta membagikan apa yang mereka dapatkan dan mengaplikasikannya di negara dan lingkungan mereka setelah mereka selesai menjalani program itu.
Desi Marlita, pemimpin kontingen Indonesia, mengatakan, beberapa alumnus program ini banyak yang memegang peranan penting di Indonesia, seperti menempati jabatan-jabatan strategis di pemerintahan. Hal itu diharapkan mampu ditiru peserta program pada tahun ini. Mereka diharapkan mampu memainkan peran sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.
Perkenalkan kain Nusantara
Peserta program dari Provinsi DKI Jakarta, Gabby Victoria (23), mengatakan, sebelum berlayar, para peserta akan dikumpulkan di Jepang. Dalam kesempatan itu, setiap negara diberi stand yang berfungsi untuk mempromosikan kekayaan budaya setiap negara. Untuk tahun ini, Indonesia mengangkat tema Kain Nusantara.
”Jadi nanti kami akan memperkenalkan kain-kain ikat Nusantara kepada negara lain. Kami juga akan memdemonstrasikan terkait apa makna setiap corak kain dan fungsinya,” kata Gabby, lulusan Hubungan Internasional, Universitas Indonesia.
Jenis-jenis kain ikat yang akan mereka perkenalkan antara lain udeng khas Bali, data khas Minangkabau, dan iket khas Sunda. Kain-kain ikat itu nantinya juga akan dijadikan sebagai cendera mata bagi peserta dan penonton dari negara lain.
Tak hanya kain Nusantara, selama pelayaran, mereka juga akan menampilkan 23 kesenian asli Indonesia, salah satunya tari mambo dari Papua. ”Jadi masing-masing provinsi akan menyumbangkan kesenian untuk ditampilkan, mana yang paling memungkinkan yang akan ditampilkan,” kata Gabby.
Sebanyak 28 pemuda terpilih yang mengikuti program ini terdiri dari 14 laki-laki dan 14 perempuan. Mereka dipasangkan berdasarkan urutan tinggi badan. Gabby menjelaskan, peran pasangan ini adalah untuk menjaga pasangannya selama kegiatan.
”Jadi kita ke mana-mana harus bersama. Jika pasangan kita sakit, kita wajib untuk merawat dan menyemangati untuk segera sembuh,” ucap Gabby. Hal itu ditanamkan untuk menjaga solidaritas dan kekompakan kontingen Indonesia. (KRISTI DWI UTAMI)