Ekonomi China Diperkirakan Melambat di Triwulan Ketiga
Oleh
Benny D Koestanto
·3 menit baca
BEIJING, RABU -- Pertumbuhan ekonomi China pada triwulan III-2018 diperkirakan melambat. Turunnya investasi dan mulai berimbasnya perang dagang China-Amerika Serikat diperkirakan menjadi sentimen negatif bagi China secara keseluruhan. Hal itu tergambar pada jajak pendapat yang dirangkum AFP terhadap 12 ekonom pada Rabu (17/10/2018) atau dua hari menjelang rilis resmi angka produk domestik bruto China.
Pertumbuhan yang lamban akan menandai laju ekspansi China yang paling lambat sejak triwulan I-2009 atau ketika krisis keuangan melanda pasar global dan menjatuhkan mesin ekspor China. Perselisihan perdagangan dengan AS datang pada saat yang sulit bagi ekonomi China.
Hal itu semakin membebani China yang telah terpukul oleh upaya pemerintah untuk mengatasi tingkat utang yang menggunung. Hal itu tampak dengan pengetatan atas kredit untuk pemerintah daerah dan perusahaan-perusahaan milik negara dan menurunnya investasi di bidang infrastruktur.
Merujuk pada hasil survei itu, PDB China pada triwulan III-2018 akan turun dari 6,8 persen dan 6,7 persen di triwulan pertama dan kedua. Pembuat kebijakan China telah menetapkan target pertumbuhan sekitar 6,5 persen untuk tahun ini, turun dari 6,9 persen pada tahun 2017.
Menurut Betty Wang, ekonom China di ANZ, perlambatan itu bisa berasal dari kombinasi perang dagang dan menurunnya investasi. Meski ekspor China ke AS telah bertahan dan naik tahun ini karena eksportir mendesak barang-barang di seluruh Pasifik untuk mengalahkan penerapan tarif, namun perang perdagangan telah merusak kepercayaan terhadap ekonomi. "Sentimen itu jelas telah memukul pasar," kata Wang.
Indeks Composite Shanghai telah jatuh 22 persen tahun ini di tengah gejolak pasar. Sedangkan mata yang turun sekitar sembilan persen terhadap dollar AS. Beijing menghadapi tindakan penyeimbangan yang rumit karena mencoba untuk meningkatkan pinjaman kepada perusahaan swasta yang membutuhkan kredit.
Bank Rakyat China telah memangkas modal cadangan bank beberapa kali tahun ini, sementara kepala bank sentral, Yi Gang, mengindikasikan minggu ini ada lebih banyak tuas diperlukan guna menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi negeri itu. Investasi aset tetap, terutama di bidang infrastruktur, telah jatuh ke rekor terendah tahun ini karena Beijing mendorong deleveraging dan pemerintah lokal menganggur atau membatalkan proyek. Para analis menilai kondisi itu itu telah memukul pertumbuhan ekonomi.
"Kami percaya pihak berwenang telah memberikan prioritas untuk meningkatkan ekonomi domestik atas stabilitas kebijakan yuan dan deleveraging keuangan," kata Liu Ligang, kepala ekonom Citibank untuk China. Ia menilai respons kebijakan proaktif dapat membantu menstabilkan pertumbuhan sekitar 6,5 persen pada triwulan keempat.
"Perang perdagangan mungkin memburuk sebelum menjadi lebih baik, dan dampaknya terhadap ekonomi China bisa lebih terlihat di triwulan-triwulan mendatang.”
Hubungan antara China-AS memburuk tajam tahun ini, karena Presiden AS Donald Trump berusaha menekan ekonomi China dengan memaksa konsesi dalam negosiasi perdagangan kedua negara. Washington telah menerapkan tarif hingga setengah dari impor Cina sementara Beijing juga membalas hal itu atas sebagian besar impor AS.
Para ekonom memperkirakan friksi perdagangan akan lebih membebani pertumbuhan ekonomi tahun depan. Dana Moneter Internasional mengatakan pekan ini bahwa jendela peluang untuk menjaga pertumbuhan global "menyempit" karena perselisihan perdagangan semakin mendalam dan pasar negara berkembang menghadapi krisis fiskal.