Perguruan Tinggi Berperan Tingkatkan Kewirausahaan di Indonesia
BANDUNG, KOMPAS — Kewirausahaan dan kemajuan perindustrian dapat meningkatkan kesejahteraan suatu negara. Indonesia dari sudut demografi dan kekayaan alam dapat menjadi negara besar dengan kekuatan kewirausahaan ini.
Namun, untuk mencapai itu, perlu didorong penerapan prinsip-prinsip kewirausahaan di masyarakat supaya mempunyai tingkat produktivitas dan daya saing yang tinggi. Hal itu memerlukan peran universitas.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan hal itu dalam pidato ilmiah berjudul ”Kewirausahaan di Era Revolusi Industri 4.0” di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (18/10/2018). Politisi Partai Nasdem ini menerima gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa) di bidang pendidikan kewirausahaan dari UPI.
Acara itu dihadiri, antara lain, Jaksa Agung M Prasetyo, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy. Selain itu, hadir pula mantan Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan Siswono Yudo Husodo, pendiri Mayapada Group Tahir, serta Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh.
”Untuk menumbuhkan sifat-sifat kewirausahaan dalam keseharian kita, perlu diubah pola pendidikan dan peran generasi muda, dan ini memerlukan peran universitas, terutama untuk meningkatkan produktivitas di era meningkatnya internet of things. Apalagi manusia kini juga berkompetisi dengan artificial intelligence (kecerdasan buatan),” kata Enggartiasto.
Namun, terkait dengan pentingnya kewirausahaan bagi kemajuan bangsa ini, Enggartiasto memaparkan, di Indonesia rata-rata baru 3,1 persen dari total penduduk usia kerja sebagai wirausaha. Padahal, di negara maju rata-rata 14 persen.
Berdasarkan laporan Global Entrepreneurship Index tahun 2018 yang menilai ekosistem suatu negara dalam menghasilkan wirausaha, negara-negara seperti Amerika Serikat, Swiss, Kanada, Inggris, dan negara maju lainnya menempati peringkat 10 teratas.
Dari Asia, Hong Kong dan Taiwan menempati urutan ke-13 dan ke-18. Negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina berada pada peringkat ke-27, ke-58, ke-71, dan ke-84. Adapun Indonesia hanya menduduki peringkat ke-94 dari 137 negara. Hal ini menunjukkan masih rendahnya tingkat kewirausahaan di Indonesia.
”Salah satu penyebab rendahnya kewirausahaan di Indonesia dimungkinkan karena sistem pendidikan di Indonesia kurang mendorong anak didik untuk berkembang menjadi pengusaha. Bahkan, hingga kini status pegawai negeri sipil masih dipandang sebagai profesi yang sangat prestisius,” ujarnya.
Hal itu dapat dilihat dari fenomena saat ini, betapa lulusan sarjana masih berbondong-bondong melamar menjadi pegawai negeri sipil dibandingkan dengan memanfaatkan dan menerapkan pengetahuan yang diperolehnya di bangku sekolah dan pendidikan tinggi untuk menciptakan lapangan pekerjaan, minimal untuk dirinya sendiri.
”Sistem pendidikan saat ini dan masa mendatang, dosen atau pengajar harus berfungsi sebagai mentor untuk memastikan siswa mengerti dan mampu mengaplikasikan konsep. Dosen dapat memberi tahu sumber-sumber data dan keilmuan yang berkualitas dan tepercaya, yang dapat menginspirasi siswa untuk menggali lebih dalam suatu bidang sesuai dengan ketertarikan mereka,” ucapnya.
Enggartiasto juga memaparkan konsep kewirausahaan di era revolusi industri 4.0, salah satunya adalah wirausaha adalah seorang visioner, yang antara lain mempunyai dasar pemikiran out of the box, yakni pemikiran di luar jalur kebanyakan dalam penyusunan strategi, sekaligus jeli dalam melihat peluang.
”Pemikiran orang yang visioner juga adalah risk taker. Ketika peluang itu datang harus berani mengambil keputusan dengan segala risikonya. Akan tetapi, risiko itu juga sudah dihitung dengan cermat,” kata Enggartiasto.
Rektor Universitas Pendidikan Indonesia Asep Kadarohman menuturkan, gelar doktor kehormatan merupakan anugerah istimewa yang hanya diberikan kepada figur yang memiliki prestasi dan reputasi istimewa.
”Enggartiasto Lukita merupakan sosok istimewa yang mempunyai banyak prestasi dan penuh dengan reputasi, baik dalam bidang kewirausahaan, organisasi, politik, maupun sosial kemasyarakatan, dan sejak 2016 beliau diamanahi tugas sebagai menteri perdagangan. Semoga dengan penganugerahan gelar kehormatan ini semakin menguatkan peran dan memberikan pengaruh positif dan signifikan bagi pertumbuhan wirausaha dan pengembangan pendidikan kewirausahaan di Indonesia,” papar Asep.
Muhadjir Effendy berpendapat, Enggartiasto dengan semua pengalamannya di dunia bisnis dapat mengomparasikannya dengan berbagai macam teori dari para ilmuwan atau ekonom. ”Beliau layak mendapat gelar kehormatan di bidang pendidikan kewirausahaan ini karena perjalanan kariernya memang berimpitan dengan dunia usaha,” ujar Muhadjir.