Perusahaan Rintisan India Oyo Hotels Rambah Indonesia
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Perusahaan rintisan unicorn asal India, Oyo Hotels, akhirnya resmi masuk ke pasar industri perhotelan Indonesia. Perusahaan ini akan berinvestasi sebesar Rp 1,5 triliun lebih di Tanah Air.
Pendiri dan CEO Oyo Hotels Ritesh Agarwal seusai peluncuran Oyo Hotels di Jakarta, Kamis (18/10/2018), mengatakan, selain India dan China, Indonesia adalah salah satu dari empat negara yang akan menjadi fokus pengembangan bisnis perusahaan tersebut.
Oyo Hotels adalah jaringan perhotelan dan penginapan yang memanfaatkan teknologi untuk pemesanan. Perusahaan ini menerapkan standarisasi pelayanan untuk hotel yang menggunakan nama Oyo Hotels. Perusahaan yang menerapkan sistem sejenis lainnya adalah Airbnb dan Airy.
“Kebutuhan masa kini adalah kemudahan dan kecepatan dalam mendapatkan penginapan yang berkualitas dengan harga terjangkau,” tutur Agarwal.
Indonesia merupakan pasar yang besar. Contoh menarik yang ditemukan adalah kalangan anak muda di Jakarta tak segan memesan kamar hotel untuk beristirahat ketika jalan terlalu macet dalam perjalanan pulang dari kantor.
Adapun Oyo Hotel telah beroperasi di Indonesia sejak Februari 2018 dengan lebih dari 30 hotel di Jakarta, Surabaya, dan Palembang.
Oleh karena itu, lanjutnya, ia akan berinvestasi sebesar 100 juta dollar AS atau Rp 1,52 triliun dengan kurs Rp 15.187 di Indonesia. Dalam 15 bulan ke depan, jaringan hotel akan diperluas di 35 kota. Beberapa di antaranya Yogyakarta, Bandung, dan Bali
“Mayoritas dana investasi akan digunakan untuk merenovasi hotel atau penginapan lokal yang memiliki potensi kerja sama serta pelatihan untuk pengembangan kapasitas karyawan hotel,” ujarnya.
Head of Central Operations Oyo Hotels Indonesia, Tadeus Nugraha mengatakan, perusahaan tersebut memproyeksikan akan muncul 60.000 pekerjaan baru pada 2020 jika target tersebut tercapai.
“Setiap tiga unit kamar yang bergabung ke jaringan hotel kami menciptakan satu peluang mata pencaharian baru bagi pekerja lokal,” kata Tadeus. Misalnya, housekeeping, front office, dan jasa katering,
Agarwal melanjutkan, penggunaan teknologi digital membantu bisnis perhotelan lokal. Ia mencontohkan, tingkat keterisian kamar Sarkawi Residence Indonesia di Jakarta yang menjadi partner Oyo Hotels hanya sebesar 28 persen per hari. Namun, kini tingkat keterisian mencapai 92 persen per hari.
Ada tiga faktor yang membuat sebuah hotel menjadi layak untuk diajak bekerja sama. Faktor-faktor itu adalah kualitas bangunan, lokasi, dan status kepemilikan aset hotel. Ketika hotel tersebut memenuhi syarat, bangunan akan kembali dikaji apakah membutuhkan renovasi.
Bukan ancaman
Agarwal menekankan, keberadaan perusahaan tersebut bukan untuk menjadi ancaman bagi perusahaan rintisan lainnya di Indonesia. “Namun, kami saat ini memang belum memiliki partner disini,” ucapnya.
Perusahaan rintisan unicorn ini akan menggandeng partner lokal, seperti influencer, untuk bekerja sama dalam pemasaran bisnis.
Oyo Hotels diluncurkan pada Mei 2013. Perusahaan itu telah beroperasi di lebih dari 350 kota di 6 negara. Secara total, ada lebih dari 10.000 mitra yang tersebar di India, China, Malaysia, Nepal, Inggris, dan Indonesia.
Perusahaan itu didukung oleh beberapa investor, seperti Softbank Group, Greenoak Capital, Sequoia India, Lightspeed India, Hero Enterprise, dan China Lodging Group.