DEPOK, KOMPAS - Kandungan air di Sekolah Dasar Islam Terpadu Pondok Duta, Cimanggis, Depok, tengah diperiksa oleh pemerintah. Sumber air di sekolah ini diduga tercemar hingga meracuni ratusan siswa di sekolah itu.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok Mohammad Thamrin, Kamis (18/10/2018), mengatakan, pihaknya sudah turun ke SDIT Pondok Duta bersama Dinas Permukiman, untuk mengecek kondisi air. Sampel air telah dibawa ke laboratorium untuk diteliti kandungannya. Selama menunggu hasil pengecekan laboratorium, sumber air diminta untuk tidak digunakan.
“Sejauh ini, dugaan utamanya adalah soal air. Jika memang benar sumur di SD itu telah tercemar, maka ke depan sumber air itu tidak boleh digunakan kembali,” kata Thamrin.
Air keran ikut menjadi dugaan penyebab siswa sakit karena sekolah baru saja menggali sumur untuk sumber air baru sekolah.
Saat Kompas mengukur sendiri, jarak antara sumur dan septic tank ini 47 langkah kaki atau sekitar 25 meter. Versi Dinas Pendidikan Depok, jarak sumber air dan septic tank ini 6 meter.
Septic tank berada di halaman sekolah, tepatnya di depan kamar mandi. Tampak juga pipa pembuangan udara di salah satu taman sekolah.
Saat ini, sekolah tetap berjalan seperti biasa dan menggunakan air dari sumur yang baru digali. Air ditampung dulu lalu dialirkan ke tiga kamar mandi di tiga lantai sekolah.
Hari (56) pedagang kelontong depan SDIT Pondok Duta yang sering mengambil air keran di sekolah itu untuk dimasak lalu diminum, mengatakan, pihak sekolah sempat menggunakan alat pengisi ulang air minum yang ada di sekolah.
"Setelah ramai didatangi media, lurah, Dinas Kesehatan, dan polisi akhir-akhir ini, pengantar galon minuman kembali datang untuk mengantarkan air minum isi ulang. Padahal sudah sebulan lebih, petugas ini tidak mengantarkan karena sekolah sempat menggunakan alat isi ulang air minum sendiri," katanya.
Pada Kamis pukul 18.05, tampak alat isi ulang air yang masih baru itu sudah tidak digunakan. Alat ini berada di sisi kiri sekolah, dekat dengan pos pengaman, berdekatan dengan tangki penampung air besar.
Salah satu orangtua siswa, Viny Felasiani (38), bercerita, anaknya sudah menunjukkan gejala diare sejak dua pekan lalu. Gejala itu semakin parah mulai Sabtu pekan lalu. Sejak Senin, anaknya tidak bisa masuk sekolah.
“Saat izin itu baru ketahuan kok ternyata ada banyak anak lain yang menderita sakit yang sama. Setelah ditelusuri, banyak anak bercerita bahwa air di sekolah berbau tinja. Dari sana kecurigaan kami berasal,” ungkap Viny.
Saat didaftar, ada 150 anak yang menderita diare, mual, muntah hingga demam. Sebagian bahkan harus dirawat di rumah sakit.
Adapun pihak sekolah tidak ada lagi yang bisa dikonfirmasi sekitar pukul 18.00 kemarin. Satpam yang berjaga juga enggan memberitahukan kediaman pimpinan sekolah. (Sita Nurazmi Makhrufah)