Gandrung Sewu Ditolak, Ini Tanggapan Maestro Gandrung
Oleh
Angger Putranto
·2 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS - Gelaran tahunan Gandrung Sewu mendapat penolakan dari segelintir kelompok masyarakat. Maestro Gandrung Temuk Misti (65) pun turut berkomentar.
Hal itu ia sampaikan ketika ditemui Kompas di Banyuwangi, Jumat, (19/10/2018). Mbok Temuk, mengaku kaget ada penolakan tersebut. Kabar tentang penolakan tersebut ia ketahui dari rekan gandrung senior Supinah.
"Isun yo nembe ngerti wingi Rebo iku lare. Ngerti seko Mbok Supinah. Isun kaget, hing tau ana kaya ngene ikai. (Saya juga baru tahu kemarin Rabu, Nak. Saya tahu hal itu dari Mbok Supinah. Saya kaget, belum pernah ada penolakan sebelumnya)," ujar Mbok Temuk sambil sesekali mengelus dadanya.
Mbok Temuk menuturkan, sejak ia menjadi Gandrung tahun 1968 belum pernah ada penolakan tersebut. Baru kali ini pagelaran gandrung ditolak oleh sejumlah kelompok masyarakat.
Ia menyesalkan adanya penolakan tersebut. Menurutnya pagelaran Gandrung Sewu merupakan bagian upaya pelestarian kebudayaan masyarakat lokal di Banyuwangi.
Gandrung, lanjut Mbok Temuk, juga merupakan bagian dari perjuangan ketika masa penjajahan Belanda. Baginya tidak ada alasan untuk membatalkan kegiatan Gandrung Sewu.
"Dulur\'e isun yo ono hang dadi ustad. Tapi yo hing ono hang nglarang isun dadi Gandrung. Arane pro kontra iku biasa, surga neroko iku iku tanggungan isun. (Saudara saya juga ada yang menjadi ustad. Tapi ya tidak ada yang melarang saya menari gandrung. Pro dan kontra itu sudah biasa, surga dan neraka biar menjadi tanggungan saya,)" ujar Mbok Temuk.
Tahun ini, pergelaran Gandrung Sewu memasuki tahun kedelapan. Namun, baru kali ini pergelaran itu mendapat penolakan dari pihak-pihak tertentu.
Salah satu yang menolak pergelaran itu ialah Front Pembela Islam Banyuwangi.
Penolakan tersebut terungkap dalam surat seruan dengan Nomor 004/SK/DPW-FPI Banyuwangi/II/1440. Dalam surat seruan tersebut juga dilampirkan draf surat penolakan kepada bupati.
”Menetapkan, Surat Kecaman/Kritik/Penolakan/ terhadap kegiatan Gandrung Sewu yang dilaksanakan di Pantai Boom Banyuwangi pada tanggal 20 Oktober”, seperti yang tertulis dalam surat tersebut. Dalam surat tersebut juga disampaikan bahwa hal itu dilakukan untuk mencegah segala bentuk bencana dan kemurkaan Allah.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi Yanuarto Bramuda mengatakan, pihaknya menerima pandangan-pandangan dari beberapa pihak terkait dengan pelaksanaan Gandrung Sewu. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi nantinya akan memutuskan yang terbaik bagi banyak pihak.
”Kami mendengarkan semua masukan dari banyak pihak. Tetapi, kami tidak bisa memutuskan sesuatu hanya berdasarkan keinginan satu pihak. Gandrung Sewu akan tetap dilaksanakan dengan mempertimbangkan masukan dari banyak pihak,” ujar Bramuda.