Sekitar 90 persen dari revenue (pendapatan) setahun Calvin Klein -yang 160 juta dollar AS itu- berasal dari lisensi mereknya, seperti ke parfum dan mode," kata Managing Director Danumaya Dipa sekaligus Direktur Program Katapel 2018, Robby Wahyudi, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dia pun menyebutkan data lisensi merek di seluruh dunia yang total nilainya pada tahun 2017 mencapai sekitar 271 miliar dollar AS. Sebuah angka pendapatan dari sisi lisensi yang terbilang besar.
Robby memaparkan hal tersebut saat memberikan contoh monetisasi kekayaan intelektual di industri kreatif. Gambaran yang terasa kontras ketika disandingkan dengan penjualan kekayaan intelektual industri kreatif di Indonesia yang dinilai belum optimal.
Seperti disampaikan Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Ricky Pesik, dominasi kontribusi sektor ekonomi kreatif Indonesia selama ini berasal dari tiga sektor yang lebih berbasis kekuatan lini produksi.
Merujuk Ekonomi Kreatif Outlook 2017 dari Bekraf, ekonomi kreatif Indonesia tahun 2016 senilai Rp 922,59 triliun. Kontribusi tertinggi berasal dari sektor kuliner sebesar 41 persen. Disusul sektor mode 18 persen dan kriya 16 persen.
Padahal, menurut Ricky, ada potensi besar sektor ekonomi kreatif, yakni ketika sebuah gagasan dapat dilipatgandakan secara ekonomi tanpa perlu menyandarkan pada kekuatan produksi. Di titik ini, kapitalisasi hak kekayaan intelektual menjadi penting dalam ekonomi kreatif.
Sebagai gambaran, nilai pasar lisensi merek di Asia Tenggara disebutkan mencapai 10,4 miliar dollar AS. South East Asia Business Director Medialink Animation International Limited, Bambang Sutedja memperkirakan, angka di Indonesia tidak mungkin kurang dari 30 persen dari angka tersebut.
Ketua Umum Asosiasi Industri Animasi dan Kreatif Indonesia, Ardian Elkana mengatakan, bantuan untuk memonetisasi atau membangun jaringan akan sangat menolong pelaku industri kreatif. Apalagi mereka selama ini lebih banyak berkiprah di sisi proses kreasi dan produksi. Ada harapan Katapel 2018 bisa membantu monetisasi kreativitas pelaku industri kreatif.
Direktur Program Katapel 2018 dari Danumaya Dipa, Mayumi Haryoto menuturkan, sebenarnya banyak kreator lokal yang jago dalam eksekusi produk kreatif. "Bahkan, mereka sering direkrut oleh perusahaan luar. Banyak ilustrator lokal dipakai sampai level Hollywood, komik-komik internasional, dan lainnya," kata Mayumi.
Di sisi lain, banyak praktisi lisensi profesional di Indonesia sering menangani kekayaan-kekayaan intelektual luar negeri. Program Katapel 2018 antara lain ditujukan untuk mempertemukan para pemangku kepentingan di industri kreatif tersebut.
"Kami berharap mereka bisa saling bertukar ilmu dan menciptakan ekosistem yang dapat mendukung perkembangan IP-IP (intellectual property/kekayaan intelektual) di Indonesia," ujar Mayumi.
Melalui tiga tahap kursus singkat, pihaknya ingin mengedukasi, menyamakan persepsi, dan mempertemukan para kreator atau pemilik IP dengan ahli-ahli lisensi.
Kursus singkat tersebut akan diberikan kepada 50 peserta atau pemilik IP yang terseleksi dari semua pendaftar Katapel 2018. Materi yang diberikan mencakup aspek penciptaan IP, pengelolaan IP, dan pemasaran IP.
Peserta kursus kilat diharapkan berasal dari para kreator, termasuk di bidang animasi, komik, games, desain karakter, dan ilustrasi. Namun demikian, pemilik merek beragam produk lain, semisal mode, juga bisa berpartisipasi.
Tahap berikutnya akan dilakukan seleksi kedua untuk memilih 15 peserta yang akan mengikuti Demo Day. Pada kesempatan itu, mereka dapat mempresentasikan profil IP di depan para calon investor atau agen lisensi.
Selanjutnya penjurian akan menyeleksi mereka jadi 5 peserta yang akan dibawa ke trade show berskala internasional. Mentor pun akan membantu mereka selama setahun terkait strategi komersialisasi lisensi.
Saatnya berkreasi memajukan ekonomi kreatif agar kian besar kontribusinya bagi perekonomian negeri ini.